Di jalan menuju pulang ke rumah, Sista hanya terus merenung. Apa yang ia dapatkan hari ini begitu mampu membuat dirinya terguncang begitu dahsyat. Ia sungguh tidak menyangka dengan kenyataan yang sebenarnya.
Bisa-bisanya ia selama ini berpacaran dengan saudaranya sendiri. Jika diingat-ingat kembali, Sista rasanya ingin menjambak rambutnya saja.
🍁🍁🍁
Sama hal nya dengan Alvin. Dalam perjalanan pulang, ia selalu memikirkan ucapan Mamanya.
"Jadi selama ini, gue udah pacarin adek gue sendiri?" Batin Alvin.
Sungguh begitu sulit untuk dipercaya. Tapi di samping Alvin tengah memikirkan hal itu, ponselnya berdenting. Ternyata yang mengirim chat pada Alvin adalah Sista——Perempuan yang sampai sekarang selalu ada dipikirannya.
"Al, untuk kali ini aja. Aku mau kita ketemu dan bicara empat mata"
Alvin kembali berpikir. Pasti Sista ingin membicarakan perihal tadi. Alvin mencoba untuk berbicara pada Mamanya, soal Sista yang ingin bertemu dengannya.
"Ma, aku mau ketemu Sista," ucap Alvin dalam satu tarikan napas.
"Ada perlu apa lagi kamu mau ketemu sama perempuan itu? Semuanya kan, sudah jelas. Dan tidak perlu lagi kamu bicarakan hal itu sama dia," ucap Ani.
"Tapi Ma—"
"Udahlah Ma. Kasi Alvin ijin. Dia kan sudah mau menuruti apa yang kita mau. Dan sekarang, untuk terakhir kalinya, Alvin minta sesuatu sebelum ke Spanyol," Ali menyela.
Ani berpikir sejenak.
"Oke. Mama kasih kamu ijin. Silahkan kamu bicara sepuasnya sama perempuan itu untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, jangan pernah kamu hubungi dia lagi. Dan kalau bisa, semua hal tentang dia yang ada di HP kamu, hapus semua. Mama tidak ingin kamu selalu memikirkan perempuan itu lagi. Pikirkan masa depan kamu," ucap Ani.
"Oke. Aku mau tanya satu hal sama Mama. Kalau memang Sista itu anak Mama, otomatis dia saudara aku. Tapi kenapa Mama justru tidak menganggap Sista ada? Bahkan menyebut nama Sista aja, Mama nggak sudi. Sebenarnya ada masalah apa sih Ma? Apa yang salah dari Sista? Dia darah daging Mama juga," tanya Alvin.
"Kalau soal itu yang kamu tanyakan, tolong kamu kasih Mama waktu untuk bisa berpikir untuk menjawab. Karena jawaban yang kamu mau, Mama rasa begitu berat untuk Mama jawab. Jadi, tunggu waktu yang tepat saja," kata Ani.
Setelah mengatakan hal itu, air mata menetes membasahi pipi Ani. Jika dia ingat-ingat kembali masa itu, rasanya begitu menyayat hati.
Flashback on*
(Dengerin lagu yang di mulmed ▶️)
20 tahun yang lalu...
"Mas, aku mau kita nikah besok!" Ucap Ani.
Laki-laki yang ada di hadapan Ani ini, refleks langsung bangkit dari duduknya mendengar ucapan Ani——kekasihnya.
"Kenapa tiba-tiba?"
Ani memperlihatkan testpack (sori ya gaes, kalo salah. Karena soalnya saya ngga tau namanya apa. Mungkin bener sih. Cuma penulisannya yg salah 😅)
Dimas mengambil benda itu dan melihatnya. Betapa terkejutnya ia saat hasil yang di tunjukkan adalah positif.
"Nggak mungkin. Ini cuma bohongan!" Kata Dimas seraya melempar testpack itu.
"Tolong Mas, kamu jangan mengelak. Ini udah takdir. Jadi aku mau, kita nikah besok! Nggak ada cara lain selain kamu harus tanggung jawab ke aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
RomanceBerusaha berjuang dan mempertahankan. Tapi hasilnya??? Apa harus diakhiri begitu saja atau tetap yakin kalau semuanya akan baik-baik saja?