04. Rencana

2.6K 373 2
                                    

Irene menjatuhkan diri di atas ranjang, setelah seharian mengikuti Taehyung, gadis itu sangat lelah sekarang.

"Jadi dia pemimpin Kim Corp. Bagus, kebetulan dia butuh sekretaris baru."

"Aku akan melamar kerja di perusahaannya, dengan begitu aku bisa memperlambat jamku sampai aku mendapat banyak uang. Hah.... Sebaiknya aku mandi dan langsung tidur."

Irene bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi Irene langsung tidur.

****

Keesokan harinya Irene terbangun karena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar melalui celah jendela. Sambil menguap gadis itu duduk sambil bersandar di kepala ranjang.

"Jam berapa sekarang." gumamnya, diliriknya jam dinding di depannya.

"Astaga sudah jam delapan." buru-buru ia mempersiapkan diri. Hari ini gadis itu berencana untuk melamar pekerjaan di perusahaan Taehyung.

Sekitar empat puluh lima menit, Irene baru selesai dengan kegiatannya. Kini ia menunggu bus di halte dekat kontrakannya.

Untungnya tak lama kemudian bus datang, jadi dia tidak menunggu terlalu lama. Sesampainya di depan gedung perusahaan, Irene diam sejenak melihat bangunan kokoh itu.

"Ayo Irene semangat!" monolognya.

Saat di meja resepsionis, gadis itu bertanya dengan lembut.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Emm.... Begini, aku ingin melamar pekerjaan. Apa ada lowongan kosong?"

"Ah kebetulan Sajangnim membutuhkan sekretaris baru. Mari saya antar ke ruangannya." Irene mengangguk sambil mengikuti langkah wanita itu.

Sampai di depan pintu, sejenak Irene melihat jamnya. Seperti biasa jamnya berhenti, berarti Taehyung ada di dalam.

Tiba-tiba rasa gugup menyelimuti Irene, bagaimana jika ia tidak diterima.

"Ini ruangannya, saya permisi."

"Terimakasih." Dengan ragu Irene mengetuk pintu itu.

Tok tok tok

"Masuk." terdengar jawaban dari dalam. Perlahan Irene membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Dapat ia lihat Taehyung sedang membaca berkas-berkas yang entahlah Irene juga tidak tahu.

"Ekhem... Selamat pagi." Taehyung mengalihkan pandangan ke arah gadis yang ada di hadapannya.

"Ya ada perlu ap–tunggu, bukankah kau gadis yang aku tabrak kemarin?" rasa gugup Irene semakin bertambah, rupanya Taehyung mengingatnya.

"Iya..."

"Apakah lukamu sudah sembuh."

"Hmm... Ya sudah lebih baik."

"Syukurlah, lalu ada apa kau kemari?"  Irene melipat bibirnya sebelum akhirnya menatap Taehyung dan berkata.

"A-aku sedang mencari pekerjaan, kata wanita di meja resepsionis tadi kau sedang butuh seorang sekretaris bukan?"

"Jadi kau ingin menjadi sekretaris ku begitu?" Taehyung itu orangnya to the point tidak suka berbasa-basi.

"Ya begitulah." ucap Irene sambil tersenyum tipis.

"Baiklah, boleh aku lihat berkas mu."

"Ah iya silahkan." Irene memberikan berkas miliknya pada Taehyung. Setelah beberapa menit Taehyung membaca, kemudian ia bertanya.

"Jadi ini pertama kalinya kau bekerja?"

"Iya.." keringat dingin mengucur dari dahinya, Irene sungguh gelisah. Bagaimana jika Taehyung tidak mau menerimanya karena ia tidak memiliki pengalaman kerja. Mengingat betapa besarnya perusahaan ini, pasti dia tidak main-main untuk memilih sekretaris.

Setelah aku baca, tidak ada yang menarik tentang gadis ini. Tetapi aku juga tidak enak jika menolaknya setelah perbuatan ku kemarin. Batin Taehyung.

"Oke kau diterima, besok kau bisa mulai bekerja." Irene membulatkan mata dan mulutnya.

"Benarkah?" Taehyung mengangguk sambil tersenyum tipis, melihat Irene tersenyum bahagia entah kenapa ada getaran aneh yang ia rasakan, Taehyung juga tidak menampik bahwa Irene memiliki wajah yang cantik, bahkan sangat cantik.

"Terimakasih, aku akan melakukan yang terbaik."

"Hmm."

"Baiklah aku permisi, sekali lagi terimakasih." Irene membungkuk kepada Taehyung lantas keluar dari ruangan.

"Yes yes, aku diterima." Irene tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, gadis itu melompat-lompat sambil berteriak. Bahkan ada pegawai lewat yang menatap bingung ke arahnya. Irene malu ia membungkukkan badan pada pegawai itu sambil tersenyum kikuk.

"Malunya aku, sebaiknya aku pergi." ucap Irene sambil menutup wajahnya dengan tas yang ia bawa.

Setelah keluar dari gedung, Irene berjalan menyusuri jalanan. Sungai Han. Karena letak perusahaan tidak jauh dari sungai han, gadis itu memutuskan untuk pergi ke sana. Ia duduk di salah satu bangku.

Irene memejamkan matanya, menghirup udara dengan rakus. Kemudian membuka matanya, melirik ke arah jamnya.

"Bagaimana aku mengatakan tentang ini pada Ibu dan juga Yeri?"

"Aku tidak ingin mereka bersedih." cicit Irene pelan.

"IRENE!!" merasa ada yang memanggil namanya, Irene pun berbalik dan bola matanya membulat seketika.

"SEULGI!!" Irene berlari ke arah Seulgi dan memeluknya. Seulgi adalah teman baik Irene saat dia pindah ke Seoul.

"Astaga Rene, kau selamat?!" Irene melepas pelukannya dan mengangguk.

"Ah syukurlah, aku sempat takut saat mendengar berita itu Rene."

"Tapi waktuku juga tidak akan lama Seul." Irene menatap Seulgi dengan sendu.

"Apa maksudmu?" tanya Seulgi bingung.

"Mungkin kau tidak akan percaya Seul."

Seulgi semakin bingung dengan penuturan Irene, kini mereka duduk di bangku yang sebelumnya Irene duduki.

"Ceritalah Rene, aku percaya."

"Apa kau percaya jika aku bisa melihat jam kehidupan seseorang?"

"Jam kehidupan?"

"Hm aku tahu kapan orang akan menghembuskan nafas terakhirnya." Seulgi sedikit terkejut mendengar penuturan Irene.

"Bagaimana mungkin di jaman sekarang masih ada hal seperti itu."

"Aku juga tidak tau Seul, setelah aku tenggelam kemudian terdampar di pinggir pantai. Tiba-tiba aku bisa melihat jam kehidupan semua orang." Sepertinya Irene melupakan satu fakta di sini. Mungkin ia lupa jika gadis itu tidak bisa melihat jam kehidupan Taehyung.

"Berarti kau bisa melihat jam kehidupan ku Rene!?" ucap Seulgi panik.

"Hmm... Tenang saja waktumu masih panjang." Irene sedikit terkekeh saat melihat wajah tegang Seulgi. Tanpa sadar Seulgi menghela nafas lega.

"Lalu bagaimana denganmu?" raut wajah Irene berubah sedih.

"Waktuku tidak lama Seul." Irene melirik tangan kirinya.

"Tinggal 174 hari lagi." lanjutnya, Seulgi mengusap bahu Irene.

"Aku percaya padamu Rene, dan jangan bersedih, belum tentu itu benar bukan?" Irene tersenyum menatap Seulgi lalu mengangguk.

"Aku harap juga begitu." lirihnya.

"Oh iya kau masih tinggal di kontrakan itu kan?" Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya, kapan-kapan main ke rumah dong Seul."

"Siap."

"Em Rene aku harus pergi, apa kau tidak apa ku tinggal?"

"Iya tidak apa-apa."

"Baiklah aku pergi dulu, sampai jumpa." Seulgi melambaikan tangan pada Irene yang dibalas lambaian juga olehnya.

"Semoga kau selalu bahagia Seul." Irene berkata sambil memandang punggung Seulgi yang semakin menjauh.

___________

TBC

Beside You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang