07. Karena Dia

2.4K 368 19
                                    

Setelah pekerjaan di kantor selesai, Irene memutuskan untuk pulang dengan naik bus. Halte lumayan sepi karena hari sudah menjelang malam.

Irene sudah menunggu selama tiga puluh menit, namun bus belum juga datang. Udara semakin dingin dan sialnya Irene hanya memakai rok selutut. Dari kejauhan Irene melihat tiga orang preman yang berjalan ke arahnya. Irene takut, tidak ada orang di sini, jalanan juga sepi. Dengan cepat Irene berjalan ke arah yang berlawanan dengan preman itu. Tetapi ketiga preman itu berhasil mencekal pergelangan tangan Irene.

"Mau kemana gadis manis, hmm?" ucap seorang preman pada Irene.

"Le-lepaskan aku." Irene mencoba melepas cekalan pria itu.

"Lepaskan? Oh tidak semudah itu sayang."

"Cepat berikan semua yang kau punya!" ucap preman lainnya.

"Aku tidak punya apapun." jawab Irene dengan pelan. Pria itu memandang Irene dari atas ke bawah.

"Hm baiklah, kau masih punya keperawanan bukan?" bisik preman itu yang membuat Irene semakin takut.

"Berikan saja itu pada kami, ha ha ha." kedua preman lainnya kini memegang kedua tangan Irene dan satunya mencoba untuk menyentuh wajah Irene.

"Jangan kumohon jangan." Irene mencoba untuk memberontak, namun tidak bisa, tenaga mereka lebih kuat.

Pria itu membelai wajah Irene sambil berbisik lirih.

"Kau sangat cantik." Irene membuang muka saat pria itu mencoba mendekatkan wajahnya. Namun preman itu tidak kehabisan akal, dengan kuat ia mencengkram dagu Irene dan menghadapkan pada dirinya, saat preman itu ingin menciumnya, dengan gesit Irene langsung meludahi wajah preman itu yang membuat sang preman semakin marah.

"Kurang ajar! cepat lucuti dia!" mata Irene membulat sempurna, cairan bening yang tidak ia inginkan akhirnya keluar juga dari matanya.

"Jangan hiks kumohon." Irene terus meronta saat para preman itu mencoba merobek baju Irene dengan paksa.

Krek.

Mereka berhasil merobek baju Irene, bra hitam yang Irene pakai pun terlihat. Irene menangis histeris, jika mereka benar-benar melakukan ini padanya, ia berjanji bahwa besok akan ada berita seorang wanita yang bunuh diri. Irene pasrah, dia hanya menangis sambil melihat ketiga preman itu tertawa.

"Badanmu cukup bagus juga." preman itu menahan dagu Irene dan mencoba untuk menciumnya lagi.

****

"Fiuh..." Taehyung menyandarkan punggungnya di sofa. Wanita itu benar-benar mengadukan dirinya pada Ibunya yang membuat Taehyung di marahi oleh sang Ibu. Memikirkan itu membuat kepala Taehyung pusing, belum lagi kerjaan yang masih menumpuk. Salah sendiri dengan mudahnya ia menyuruh Irene pulang terlebih dahulu. Dan jadilah sekarang Taehyung harus menyelesaikannya seorang diri.

Setelah tiga puluh menit berkutat dengan laptop, akhirnya semua telah selesai dengan bantuan Jimin. Taehyung sengaja mengirim beberapa file dan untung saja Jimin mau membantunya. Taehyung melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tangannya.

20.30

Setengah sembilan malam, oh bahkan Taehyung belum makan malam, kini ia kelaparan. Taehyung memutuskan untuk pulang sambil mencari restoran untuk makan malam.

Jalanan sangat sepi hanya ada satu dua mobil yang melintas, untung saja, karena sesungguhnya Taehyung sedikit mengantuk malam ini. Saat melewati halte tidak sengaja Taehyung melihat seorang perempuan yang sepertinya tengah dilecehkan oleh tiga orang preman. Taehyung memicingkan matanya, sedetik kemudian ia melebarkan matanya saat mengenali perempuan itu, rasa kantuknya pun langsung menghilang seketika.

Beside You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang