Malam harinya sepulang dari pantai, Taehyung membantu Irene untuk mengemas barang-barang Irene di rumah kontrakannya. Seperti apa yang dibilang Taehyung, Irene akan tinggal bersamanya di apartemen mulai hari ini juga. Selesai mengemas, mereka segera menuju apartemen Taehyung.
Tiba-tiba Irene menghentikan langkahnya saat Taehyung akan membuka pintu apartemennya.
"Ada apa?" tanya Taehyung bingung.
"Apa kamu yakin, bagaimana jika orang-orang berfikir ak–"
"Sstttt, hiraukan saja mereka yang berfikir seperti itu, hm."
"Tap–"
"Aish, kamu ini cerewet sekali."
"Yak! turunkan aku Taehyung." tidak mempedulikan Irene, Taehyung langsung menggendong Irene memasuki apartemen dan menurunkannya di sofa ruang tamu.
"Tunggu sebentar aku akan membawa kopermu ke kamar, kamu mandi saja dulu."
"Baiklah." Irene berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
***
Taehyung baru saja keluar dari kamar mandi setelah merapikan barang-barang kekasihnya di kamar yang akan Irene tempati. Untung saja apartemen Taehyung tersedia dua kamar.
Lelaki itu berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan sang kekasih. Saat di dapur Taehyung melihat Irene sedang berkutat dengan alat-alat dapur.
Senyum jahil pun terbit di bibirnya, dia mengendap-endap lalu melingkarkan tangannya di perut Irene hingga membuat gadis itu hampir menjatuhkan panci yang ia pegang jika saja Taehyung tidak sigap menangkapnya.
"Kamu ini kenapa mengagetkan ku." tanpa memperdulikan Irene yang mengomel padanya, Taehyung kembali memeluk Irene dari belakang, meletakkan dagunya di bahu.
"Tae, aku sedang memasak jangan menggangguku."
"Aku diam saja dari tadi, apa aku mengganggu mu?"
"Kamu itu berat jangan seperti ini." Irene menggerakkan bahunya berharap Taehyung mengangkat dagunya dari sana.
"Tidak mau, aku ingin seperti ini." Taehyung tetap kekeh tidak ingin melepas pelukannya dan malah mengecupi leher Irene.
"Tae!!"
"Apa sayang?"
"Lepas atau aku potong burung kecil mu itu!" Taehyung melototkan matanya dan melepas pelukannya dengan cepat saat Irene berbalik sambil menyodorkan pisau ke arahnya.
"Yak bagaimana bisa kamu memotongnya, apa kamu tidak ingin merasakannya dulu, hm?" goda Taehyung sambil menggerling nakal.
"Hei, kamu benar-benar ingin aku potong ya."
"Ouch, baiklah-baiklah aku akan menunggu di meja makan, oke." Irene hanya memutar bola matanya kemudian berbalik untuk melanjutkan masakannya.
"Oh iya, omong-omong burungku tidak kecil asal kamu tahu."
"TAEHYUNG DIAM!!!" Irene akhirnya berteriak, sungguh telinganya panas mendengar ucapan Taehyung yang vulgar.
"Ahahaha......" Taehyung berjalan ke meja makan sambil tertawa puas setelah menggoda kekasihnya.
***
Setelah makan malam, Irene sengaja keluar ke halaman belakang untuk menghirup udara sekaligus melihat langit malam yang tampak cantik malam ini. Gadis itu duduk di bangku yang ada di sana, menggosok kedua telapak tangannya kala hawa dingin menerpa tubuhnya.
Pandangan gadis itu jatuh pada pergelangan tangan kirinya, membuatnya kembali termenung. Irene mengusap pelan pergelangan tangannya yang menampilkan sebuah deretan angka yang sungguh jika bisa Irene tidak ingin melihatnya.
162 hari 5 jam
Saking fokusnya dengan pergelangan tangannya, sampai Irene tidak menyadari jika dari tadi Taehyung sedang menatapnya dengan sendu sambil bersandar di depan pintu.
Lelaki itu berjalan dengan perlahan ke arah Irene kemudian duduk di sebelah gadisnya dan langsung menggenggam tangan mungil Irene yang membuat sang empunya menoleh ke arah Taehyung.
"Tae..."
"Dari tadi ku perhatikan kamu melamun." Irene menunduk tak berani menatap mata Taehyung.
Melihat Irene menunduk, Taehyung mengangkat dagu Irene untuk menatapnya, dapat ia lihat jika mata Irene berkaca-kaca.
"Apa karena jam kehidupan mu?" tanya Taehyung, Irene kembali terdiam.
"Kita sudah membahas ini sebelumnya bukan? Kamu hanya perlu percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja." Taehyung menatap intens mata Irene.
"Tetap saja, saat aku melihat jam kehidupan ku, aku selalu terbayang jika suatu saat aku akan meninggalkan mu, Tae."
"Aku takut......" lirih Irene. Taehyung langsung menarik kekasihnya itu ke dalam pelukannya.
"Jangan takut, ada aku kan?" Taehyung melepas pelukannya lalu menangkup kedua pipi Irene.
"Tap–"
"Baiklah jika itu masalahnya." ucap Taehyung sambil mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celananya. Dengan perlahan Taehyung mengikat sapu tangan itu pada pergelangan tangan kiri Irene, tepat di mana letak jam kehidupan Irene.
"Sudahkan? kamu tidak akan takut lagi." ucap Taehyung sambil tersenyum, sementara Irene masih kaget dengan perilaku Taehyung. Namun detik berikutnya senyum cerah mengembang di bibir Irene, ia sungguh terharu dengan apa yang Taehyung lakukan.
"Tae...." lirihnya.
"Hmm?"
"Terimakasih."
"Tidak masalah sayang, tapi setelah ini berjanjilah padaku kamu tidak akan takut lagi, oke." Irene mengangguk dengan semangat, lalu memeluk Taehyung dengan erat.
"Saranghae." ucap Irene pelan tetapi masih dapat Taehyung dengar.
"Nado saranghae." balas Taehyung dengan tulus sambil mencium puncak kepala Irene dengan sayang.
Tanpa Irene ketahui sebenarnya Taehyung juga takut jika hal yang tidak ia inginkan terjadi. Selama ini Taehyung selalu menghibur Irene dengan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Namun dalam hatinya yang paling dalam, Taehyung juga ragu, apa dia bisa menjaga Irene selamanya. Irene tidak mungkin meninggalkannya bukan? meskipun sedikit ragu, Taehyung akan tetap berusaha semampu yang dia bisa, karena Taehyung tidak akan bisa hidup tanpa Irene.
__________________
TBC
Mian aku baru bisa update, karena dua minggu ini ada jadwal PTS:"(
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You ✓
Fantasy(completed) Pada hari itu, setelah terjadi peristiwa yang hampir menewaskan dirinya. Irene harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya memiliki kelebihan bisa melihat sisa waktunya hidup di dunia. Setiap bangun dari tidurnya, Irene selalu diland...