Hari telah berganti, tampak semua orang kini sibuk dengan pekerjaan masing-masing di sebuah desa kecil daerah Busan. Sama halnya dengan Irene yang kini sedang mengayuh sepedanya untuk pergi ke toko bunga tempatnya bekerja.
Sebenarnya toko ini adalah milik teman Irene, namun sudah lama terbengkalai dan jadilah Irene yang membuka toko bunga itu, kemudian temannya memberikan toko itu sepenuhnya pada Irene.
Sesampainya di sana Irene memarkirkan sepedanya lalu berjalan memasuki toko bunga untuk segera di buka, terhitung sudah tiga minggu ia menjalankan toko ini dan hasilnya lumayan untuk memenuhi kebutuhan Irene sehari-hari.
Setelah membuka toko Irene mengelilinginya untuk memastikan ada bunga yang rusak atau tidak.
Ting
Bunyi lonceng menandakan ada seseorang yang datang. Irene menoleh ia mendapati seorang Nenek yang terlihat mencari sesuatu, Irene mendekat berniat untuk membantunya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Nenek itu menoleh.
"Em aku ingin membeli bunga mawar putih, apa ada?" tanya sang Nenek. Irene menyipitkan matanya merasa tidak asing dengan Nenek di hadapannya ini.
"Tunggu bukankah kita pernah bertemu sebelumnya, Nek? saat di kereta api." ucap Irene dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Nenek itu terlihat mengingat sesuatu hingga akhirnya ia memekik karena berhasil mengingat Irene.
"Ah kau yang duduk di depanku waktu itu bukan?"
"Benar Nek, itu aku." ujar Irene sambil mengangguk semangat.
"Bagaimana kabar mu, nak?"
"Aku baik-baik saja Nek, mari duduk dulu Nek." setelah keduanya duduk Irene kembali membuka percakapan.
"Bagaimana kabar Nenek?" tanya Irene antusias.
"Baik, seperti yang kau lihat."
"Syukurlah, lalu bagaimana dengan Kakek– ah maaf Nek." Irene memukul pelan kepalanya saat menyadari kebodohannya sendiri. Dia lupa jika Kakek pasti telah tiada sekarang.
"Tidak apa-apa nak." Nenek berujar santai.
"Tapi Nek, apa benar jika Kakek telah....." ucap Irene hati-hati.
"Iya kau benar, suamiku telah tiada sepuluh hari kemudian setelah kita bertemu." Irene mengusap punggung tangan sang Nenek dengan lembut.
"Pasti Nenek sangat sedih kehilangan orang yang Nenek cintai bukan?"
"Sedih itu pasti, tapi kita harus bangkit, jangan terpuruk berkepanjangan karena masih banyak orang yang ingin melihat kita tersenyum bahagia." Irene mengangguk menyetujui.
"Oh iya, di mana pemuda itu? kalian sepasang kekasih bukan?" Irene menundukkan kepala lalu menatap sang Nenek dengan senyum paksaan.
"Aku pergi meninggalkannya Nek, aku ingin melihatnya bahagia. Apa salah jika aku ingin dia bahagia Nek?" sang Nenek tersenyum lembut.
"Salah jika kebahagiaannya adalah dirimu."
"Apa maksud Nenek? dia tidak akan bahagia denganku Nek. Karena tidak lama lagi aku akan–" sanggah Irene sambil terkekeh.
"Kau salah Nak, justru kaulah kebahagiaannya. Kau akan selamat jika bersamanya percayalah." Nenek menggenggam tangan Irene.
"Bagaimana bisa Nek, itu sangat mustahil."
"Kau akan mendapatkan jawaban suatu saat nanti, asal kau selalu bersamanya." melihat Irene yang masih ragu, Nenek kembali berkata.
"Percayalah...."
Irene memandang wajah Nenek kemudian tersenyum.
"Aku butuh waktu untuk percaya ini semua Nek." Irene menundukkan kepala, Nenek mengusap lembut rambut Irene.
"Tidak apa-apa nak–oh iya di mana bungaku." tanya Nenek.
"Astaga! maafkan aku Nek, aku lupa karena kita asik bercerita tadi." ucap Irene sambil menunjukkan cengirannya.
"Sebentar ya Nek, aku ambilkan bunganya dulu." Irene segera bergegas untuk mengambil bunga mawar putih yang Nenek minta.
"Ini Nek." Irene memberikan sekuntum mawar putih.
"Berapa harganya?"
"Nenek ambil saja, aku memberikannya untuk Nenek." ujar Irene.
"Tidak-tidak, aku ingin membelinya." ucap sang Nenek sambil memberikan sejumlah uang, Irene tersenyum lalu menolak uang dari Nenek secara halus.
"Cukup Nek, bunga itu untuk Nenek. Jadi mau tidak mau Nenek harus membawanya ya..." Nenek terharu melihat kebaikan Irene.
"Baiklah terimakasih, nak. Tunggu lah sebentar lagi, dia akan datang." Irene mengernyitkan dahinya bingung.
"Dia siapa maksud Nenek?"
"Kau akan tau nanti." saat Irene akan membuka suara, Nenek kembali berbicara.
"Kalau begitu Nenek pulang dulu ya..." dengan perlahan Nenek berjalan keluar toko. Irene hanya memandang punggung Nenek yang semakin menjauh.
"Apa maksud Nenek–astaga! aku lupa menanyakan alamat Nenek." Irene menepuk keningnya pelan. Kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali.
Sebulan yang lalu Irene memang pergi ke rumah Nayeon temannya, ia meminjam uang untuk pergi ke Busan. Akan tetapi karena temannya itu baik hati bahkan ia memberikan uang tanpa harus Irene kembalikan dan dia juga yang memberikan toko bunga ini pada Irene. Sungguh, Irene berhutang banyak pada Nayeon.
***
Seminggu berlalu, dan selama itu pula Taehyung mencari keberadaan Irene yang tak kunjung ia temukan. Laki-laki itu sudah mencari gadisnya sampai ke ujung kota Daegu, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Irene.
Hari ini dengan berat hati, Taehyung kembali ke Seoul karena ada pekerjaan yang menuntutnya untuk segera kembali.
Sesampainya di apartemen Taehyung memeriksa laptopnya dan membenahi beberapa dokumen penting perusahaan dengan rasa lelah, di temani secangkir kopi panas dan kaca mata yang setia bertengger di hidung mancungnya. Demi mencari kekasih hatinya ia rela begadang agar tugasnya itu cepat selesai dan ia bisa melanjutkan untuk mencari Irene.
Dua jam sudah ia gunakan untuk bergelut dengan berkas-berkas perusahaannya. Taehyung melepas kacamatanya, ia berjalan ke arah balkon untuk melihat bintang sekaligus menghirup udara segar. Obsidian gelap itu memandang bulan yang bulat sempurna memancarkan cahayanya.
"where are you, Bae? I miss you...." bisiknya lirih sambil terus memandang bulan dengan senyum yang tulus, seakan-akan bulan bisa mengantarkan rindu yang ia rasakan saat ini.
Sepertinya ikatan batin mereka begitu kuat hingga di tempat lain pun, Irene juga memandang bulan di balik kaca jendelanya, matanya memancarkan kerinduan pada seseorang yang ada di hatinya saat ini. Tangan mungilnya meraba-raba kaca tipis itu, seakan-akan ia melihat bayangan Taehyung ada di hadapannya.
"I miss you, Tae...... really miss you...." ucapnya lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
59 hari 5 jam 24 menit
Mereka berdua berharap bulan dapat mengirimkan rindunya. Hanya saja mereka tidak tahu jika keduanya saling merindu....
________________________
TBC
Irene sama Taehyung masih belum ketemu, harap bersabar ya....
Akan ada waktunya di mana mereka bertemu nanti...Jangan lupa tinggalkan vomment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You ✓
Fantasy(completed) Pada hari itu, setelah terjadi peristiwa yang hampir menewaskan dirinya. Irene harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya memiliki kelebihan bisa melihat sisa waktunya hidup di dunia. Setiap bangun dari tidurnya, Irene selalu diland...