33. Deja Vu

1.8K 252 24
                                    

Irene menatap Taehyung yang tertidur pulas setelah makan. Gadis itu menaikkan selimut sebatas dada, kemudian mencium kening Taehyung dan mengusap rambutnya pelan.

Perlahan pintu terbuka, Irene melihat kehadiran Taeyeon dan Yerin yang memasuki kamar rawat Taehyung. Gadis itu bangkit dari duduknya dan sedikit menjauh dari ranjang Taehyung, ia masih menatap Taeyeon canggung.

"Sudah tidur ternyata," Matanya tak sengaja melihat mangkuk bubur yang kosong, lalu Taeyeon menatap Irene.

"Apa dia yang menghabiskan buburnya?" Tanyanya tidak percaya yang di balas anggukan dari Irene. Secepat itu Irene membawa perubahan pada putranya, padahal dari kemarin malam Taehyung tidak mau makan sama sekali. Namun sekarang, dengan mudahnya gadis ini membuat Taehyung memakan buburnya bahkan tanpa sisa.

"Terimakasih, aku sudah khawatir dari kemarin malam ia tidak ingin makan." ucapnya lega.

"Sama-sama, Tante."

Kini Irene duduk di sofa yang berada jauh dari ranjang Taehyung. Sementara Taeyeon dan Yerin duduk di kursi samping ranjang. Irene iri melihat Yerin, gadis itu lebih dekat dengan keluarga Taehyung ketimbang dirinya. Tak hanya itu, Yerin juga gadis yang baik dan juga cantik. Nyali Irene semakin ciut di depan keluarga Taehyung, lagi pula ia merasa tidak di perlukan lagi di sini, akhirnya Irene memutuskan untuk pulang.

"Tante, saya pamit pulang. Karena ada kerjaan yang tidak bisa saya ditinggalkan." Bohongnya, bahkan ia bekerja di toko miliknya sendiri. Irene hanya tidak kuat jika berlama-lama di sini, seperti nyamuk yang tidak di inginkan kehadirannya. Lihatkan dari tadi ia tidak diajak berbicara sama sekali, selain menanyakan Taehyung tadi.

"Ah baiklah." Saat Irene sudah sampai pintu, Taeyeon memanggilnya.

"Irene, bisakah besok kau kemari. Setidaknya untuk membujuk Taehyung agar ia mau makan lagi." Hatinya perih saat mendengar ucapan wanita bermarga Kim itu. Seakan-akan ia adalah orang asing yang merawat Taehyung, padahal ia masih kekasih putranya bukan? Apa memang semua gadis di perlakukan seperti ini oleh Ibu kekasihnya, Irene rasa hanya dia yang di perlakukan begini. Ia akan jauh lebih senang jika Taeyeon mengucap kata seperti,

Temani lah Taehyung di sini. Bukankah puteraku membutuhkan seseorang yang dia cintai.

Maka dengan senang hati Irene akan meng-iyakan kata-katanya. Tapi itu semua hanya akan jadi angan-angan Irene semata, karena nyatanya Taeyeon tidak berkata demikian.

Sambil mencoba tersenyum, Irene mengangguk. "Akan saya usahakan."

"Hm, hati-hati di jalan."

Irene keluar dari kamar Taehyung sambil menahan tangisnya. Perasaannya sakit saat dirinya tidak dianggap sebagai orang yang Taehyung cintai.

***

Keesokan harinya, Irene sudah datang di rumah sakit untuk menemui Taehyung. Seperti kata Ibunya kemarin, hari ini ia akan menyuapi Taehyung. Kebetulan pintu ruangan tidak di tutup, namun saat ia akan masuk, hatinya memanas melihat pemandangan di depannya. Yerin ternyata sudah menyuapi Taehyung dan lelaki itu tampak tidak menolak sedikit pun. Kedua insan itu masih belum menyadari kehadiran Irene, gadis itu masih bergeming di ambang pintu. Hingga suara Taeyeon dari belakang, berhasil membuat Yerin dan Taehyung menoleh ke arah Irene.

"Kau sudah datang? Ah sayang sekali, Taehyung sudah di suapi oleh Yerin. Aku pikir dia tidak akan mau makan lagi, tapi aku salah. Yerin berhasil membujuknya, maafkan aku ya."

Irene menutup kedua matanya sambil menahan semua kesedihannya, tidak ia tidak boleh menangis. Irene membuka matanya sambil tersenyum paksa.

"Tidak apa-apa Tante, kalau begitu saya pulang saja." saat Irene berbalik, sebuah suara berhasil menghentikannya.

Beside You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang