Bab 1 : Cowok Aneh

109K 3.8K 57
                                    

Siang ini matahari lagi terik-teriknya. Aku pulang dari kampus setelah selesai bimbingan dengan Ibu Hana, Dospemku. Aku sekarang sudah di semester akhir dan lagi sibuk-sibuknya dengan skripsi.

Dering telponku berbunyi membuatku menghentikan langkahku, ternyata telpon dari adikku, Kaffa. "Assalamu'alaikum Kaff."

"Wa'alaikumussalam Kak, kak sepertinya aku gak bisa jemput kakak deh aku masih ada urusan."

"Yah... kok gitu" jawabku kecewa. "Kalau gitu kan kakak tadi bawa si copy." Aku menamai motorku dengan nama copy soalnya mirip-mirip dengan nama merek motornya.

"Emang di bolehin sama Ayah?" Tanya Kaffa.

"Yaa gak tahu, cobak ajah dulu. Daffa udah pulang sekolah belum yaa?"

"Udah pulang paling kak, telpon ajah."

"Yaudah deh Kaff, Assalamu'alaikum" kataku mengahiri telpon.

"Wa'alaikumussalam."

Aku langsung menelpon Daffa. Cukup lama Daffa untuk mengangkat telponnya mungkin lagi di jalan. Dan akhirnya dia angkat.

"Halo, apa kak?" Kata Daffa sedikit berteriak.

Kebiasaan ini anak bukan bilang salam dulu. Malah teriak lagi.

"Kamu lagi mau pulang kan? Jemput kakak dong." Pinta ku sedikit memelas.

"Katanya Bang Kaff yang mau jemput?"

"Gak jadi, tadi udah nelpon kakak. Ada urusan mendadak katanya."

"Urusan apa sih?" Tanya Daffa.

"Ya mana kakak tahu Daff, si Kaff gak bilang. Dan kakak gak sempet tanya, udah deh bisa jemput kakak apa enggak?" Tanyaku sedikit sewot.

"Iya iya, tunggu bentar di situ."

"Jangan lama-lama yaa Daff, kakak udah kayak kepiting rebus nih." Keluhku.

"Iya bawel." Lalu aku buru-buru bilang "tapi jangan ngebut juga" kataku mengingatkan.

"Lah terus maunya gimana? Jangan ngebut. Tapi di suruh cepet sampai."

"Hadeh, terserah kamu dah Daff." Kataku mengalah.

"Dah Assalamu'alaikum." Kata Daffa mangahiri percakapan kami di telepon.

"Wa'alaikumussalam" Itu anak kalau mau berhenti nelepon baru inget yang mau bilang salam kalau ngangkat telepon keseringan lupa yang mau bilang salam.

Aku menunggu di depan kampus sambil berdiri. Lalu aku melihat sahabatku Indah menghampiriku.

"Belum pulang nyil?" Katanya setelah dekat denganku. Iyya dia memanggilku Nyil alias Unyil karena kenapa? Karena aku kecil mungil katanya. Tapi kadang dia memanggilku adik. Indah lebih tua dari aku hanya beberapa bulan. Tapi kita lahir di tahun yang sama.

"Iya, kamu mau bimbingan sama pak Mukhlas?" Tanya ku.

"Iya ni, kamu udah bimbingan sama bu Hana?" Tanya nya.

"Iya ini baru selesai" kataku sambil membetulkan kerudungku yang sedikit miring.

"Gimana rasanya bimbingan sama dosen terdisiplin di jurusan kita?" Kata ku membuka obrolan.

Indah adalah sahabatku. Aku mengenalnya dari ospek karena kita sekelompok. Aku masih inget gimana aku bisa kenal dengan dia. Dulu aku mencari kelompok ku dan dia juga sedang mencari kelompoknya sehingga kita saling bertabrakan. Karena bertabrakan itu kita saling tanya kelompok masing-masing dan ternyata kita sekelompok. Satu Fakultas dan satu jurusan lagi. Akhirnya kita selalu bersama dan selalu milih kelas yang sama dari semester 1 sampek semester 6. KKN pun kita sekelompok.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang