Bab 13 : Namanya Amar

24.2K 1.8K 41
                                    

Sesampainya di rumah akupun menceritakan semua kejadian yang aku alami dari awal aku melihat cowok judes itu sampai aku ketemu dengan dua cowok menyebalkan itu.

"Untungnya Daffa pernah ngajarin kamu Nda jadi kamu bisa jaga diri dan untungnya lagi ada cowok yang nolong kamu". Kata bunda sambil mengelus kepalaku.

"Eh, nama cowok itu siapa bunda?"

"Loh kamu gak tahu namanya?".

Aku hanya menggeleng.

"Kamu gimana sih Nda, lupa isi bensin, lupa nanyak nama orang yang nolong kamu." protes bunda.

"Bunda gak tahu ajah. Nada tuh takut banget tadi. Tapi Nada gak nunjukin kalau Nada takut sama orang-orang resek itu. Nada mau di colek-colek bundaa. Emang Nada sabun colek apa." rengek ku ke bunda

"Iya iya maafin bunda. Kalau ada bunda di sana bunda bakalan pukul itu orang dengan sandal bunda."

Aku melihat ke 3 lelakiku. Mimik wajah mereka tidak semenakutkan tadi sekarang berganti dengan perasaan lega.

"Ayah". Akupun mengahampiri Ayah dan memeluknya.

"Seharusnya Ayah nganterin kamu tadi". Kata Ayah menyesal.

"Bukan salah Ayah kok, salahnya Nada yang lupa isi bensin. Coba Nada gak lupa isi bensin kan gak bakalan terjadi."

"Kalau Daffa ada di sana Kak, Daffa patahin tangan mereka yang berani nyolek-nyolek kakak". kata Daffa dan aku yakin Daffa bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu.

"Kaffa khawatir banget tadi waktu bunda bilang kakak nangis di telpon, sampek Kaffa denger sendiri kakak nangis beneran.".

"Iya Kaffa nyetir mobilnya tadi kayak mau ngejar penjahat tadi, ngebut." kata bunda.

"Iya penjahat yang gangguin kakakku." Kata Kaffa dengan senyum hangatnya.

Bunda menghampiriku lalu mencubitku

"Aaaa sakit bunda." ringisku.

"Kamu gak tahu gimana perasaan bunda, ayah dan kedua adikmu waktu denger kamu nangis kejer kayak tadi. Mau copot jantung bunda ini." kata bunda sambil menyentuh dadanya.

"Iya maafin Nada." Kataku menyesal

Tiba-tiba dering telfon Kaffa berbunyi.

"Siapa kaff?" tanya bunda.

"Bang Haikal bun, tadi sempet nelpon waktu jemput kak Nada."

"Kok bisa tepatan gitu yaa"

"Jodoh bun." Kata Daffa

"Iya iya aamiin." kata bunda semangat sekali.

"Kaffa angkat dulu".

"Kalau mau ke sini habis isya' ajah bilangin ke Haikal." kata Bunda Kaffa mengangguk berlalu.

"Nada gak mau ketemu Haikal."

"Kenapa?"

"Mata Nada bengkak kayak gini bunda, malu."

"Biarin. Biar tahu dia kalau anak bunda jelek kalau nangis." ucap bunda mengabaikan keluhanku.

                     🍁🍁🍁🍁

"Kenapa? Jelek ?" Tanyaku ke Haikal yang sejak tadi melihatku.
Meskipun tidak sebengkak dan semerah tadi  kan masih ada bekas-bekasnya lah, aku kan nagisnya kejer.

Dia hanya menggeleng. "Kamu beneran gak pa-pa?" tanyanya untuk kesekian kalinya.

Entah kenapa aku suka melihat ekspresi khawatirnya itu. Dia seperti sangat menyayangiku.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang