Bab 25 : Tante Rika

25.9K 1.9K 28
                                    

Setelah pulang dari mengantar Rahma dan sekalian menjenguk ibunya aku kembali ke rumahku aku mengantarkan Kaffa dan Daffa terlebih dahulu. Aku melihat Nada yang menaiki tangga terlebih dahulu. Biasanya dia akan bergelanyut manja kepadaku ketika menaiki tangga tapi sekarang dia malah naik sendiri. Pasti aku bikin salah sehingga membuat dia jadi sedikit mengabaikanku. Aku menyusulnya.

"Nada, kamu baik-baik saja?" Tanyaku khawatir.

"Ya" jawabnya singkat.

Ketika seorang wanita yang asalnya bawel tiba-tiba menjadi diam atau irit bicara itu pertanda dia sedang ngambek dan marah kepadamu.

"Kamu gak pa-pa?"

Dia membuka kerudungnya nampaklah rambut hitam lurusnya yang indah.

"Iya gak pa-pa."Katanya cuek sambil duduk di meja rias sambil menyisir rambutnya.

Yang kedua ketika wanitamu ditanya kamu kenapa? Dan di jawab gak pa-pa. Jangan percaya. Itu pasti ada apa-apa. Yasudah biarkan dia bercerita sendiri nanti. Aku tidak akan memaksanya.

"Yasudah, aku pakai kamar mandinya dulu." Kataku sambil mengambil handuk.

"Dasar gak peka" lirihnya. Tapi aku bisa mendengarnya.

"Gak peka apanya?" Tanyaku mengurungkan niatku ke kamar mandi.

"Gak pa-pa". Katanya lagi. Ya Allah, aku ingin mencium istriku sekarang. Gemas.

"Yasudah." aku kembali menuju ke kamar mandi.

"Dasar genit."

Aku menghampirinya. Dan melihat wajahnya di cermin

"Siapa yang genit?" Tanyaku tidak mengerti.

"Kamu." Dia melihatku di pantulan cermin juga.

"Aku?" kataku menunjuk diriku sendiri.

Dia berdiri menghadapku. Dia sedikit mendongak untuk menatapku. Ah, imut sekali.

"Iya kamu genit dan juga ganjen." Katanya sambil bersedekap.

Bukannya itu adalah kata yang cocok untuk perempuan. Maksudku kalau laki-laki kan playboy, mata keranjang, buaya dll. Bagaimana bisa aku genit?

"Iya kamu! aku tahu kamu itu ganteng, tinggi, cool, macho, cuek, pinter, mapan type cowok yang most wanted lah. Dan karena kamu punya sifat yang aku sebutin barusan kamu tebar pesona di kantormu sehingga temen kantor wanitamu sering membicarakanmu entah itu di toilet dan juga di kantin. Gak usah tanya aku tahu dari mana. Aku tahu dari Rahma. Awas ya Haikal kala kamu tebar pesona....."

Yang ketiga ketika wanitamu sedang ngomel-ngomel gak jelas kayak Nada ini, dengarkan saja biarkan dia mengeluarkan unek-uneknya. Kalau kau menyelanya itu akan bertambah buruk. Dengarkan saja omelannya yang kecepatannya melebihi kereta api tercepat di dunia.

Aku melihat dia sedikit terengah-engah karena kecepetan bicaranya dan rasa sesalnya sudah di keluarkan semua.

Aku tersenyum ke arahnya "sudah? Sini peluk."

Aku memeluknya dia sedikit memberontak tapi akhirnya luluh juga. Dasar wanita. Suka berbelit-belit. Kenapa gak langsung bilang kalau dia sedang cemburu.

Aku mengelus rambutnya yang ada di bawah leherku lalu mengecupnya. "Udah cemburunya?" tanyaku tersenyum.

Dia melepas pelukanku. "Siapa yang cemburu?" Katanya cemberut.

"Aku cuman memperingatkan kamu Haikal jangan suka tebar pesona di kantormu."

"Siapa yang tebar pesona Nada?" Kataku menahan tawa geliku.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang