Bab 34 : Umroh

23.8K 1.6K 35
                                    

Sepulang dari acara reuni. Senyumku tak pernah lepas dari kabar gembira yang aku dapatkan.

"Kamu seneng yaa?" Tanyanya dengan senyumnya yang bikin meleleh. Seperti iklan artis yang bilang "cobain kuy". Ibu saja kalau ada iklan itu senyum-senyum sendiri dan bilang padaku kalau dia senyumnya seperti Haikal dan ternyata itu benar. Aku bilang kalau dia adalah salah satu member boyband K-pop NCT dan namanya Lucas. Ibu hanya mengangguk mendengar penjelasanku. Kok ibu mertua ku aneh yaa... padahal ketiga anak lelakinya ganteng semua. Abang Hilman meskipun dia ngeselin, harus kuakui kalau dia orangnya tampan. Tapi tetap yang paling ganteng adalah yang paling bungsu. Suamiku, Haikal.

"Iya." Kataku ikut tersenyum melihat dia tersenyum. Senyumnya menular kepadaku. "Itu kan apa yang aku bilang kalau Indah sama Amar bakalan jadi pasangan.".

"Iya iya kamu yang menang." Haikal Membuka kemeja kotaknya tinggal kaos putih polosnya yang dia kenakan saat ini. Mungkin kebanyakan perempuan menyukai laki-laki yang berkaos putih polos atau hitam polos dan aku termasuk kebanyakan dari perempuan tersebut. Menurutku mereka terlihat lebih keren dan tambah ganteng. Tapi itu tergantung dari orangnya juga sih, ada yang tambah keren seperti suamiku Haikal, ada juga yang biasa-biasa saja.

"Semoga Indah cepet dilamar sama Amar biar gak di ambil orang." Kataku cekikikan. Tiba-tiba aku merasa mual. Aduh, aku makan apaan tadi yaa, aku buru-buru ke kamar mandi. Haikal mengikutiku di belakang. Aku mencoba untuk mengeluarkan isi perutku tapi tidak ada apa-apa hanya merasa mual saja. Haikal memijat tengkukku.

"Lain kali, nafsu makannya di kurangi meskipun kamu lagi kesenengan. "

Aku tidak merespon ucapan Haikal. Malah aku bertanya-tanya kenapa aku mual?Apa aku hamil? Dan lagian Aku sudah lama tidak datang bulan.

"Aku ambil minyak kayu putih dulu, sekalian aku minta tolong buatin teh jahe ke ibu." pamitnya.

Setelah Haikal pergi aku mengambil alat test pack yang aku beli di apotek waktu itu ibu menyuruku untuk membelikan kapsul penambah darah. Awalnya tidak ada niatan untuk membeli alat test kehamilan itu. Hanya ingin saja. Aku mengunci pintu. Lalu mengetesnya.

"Nada, kok di kunci? Kamu gak papa kan?" Haikal mengetuk pintu khawatir. Samar-samar aku juga mendengar suara ibu dan ayah.

"Tunggu dulu Mas, aku masih pipis." Aku tidak bohong kan?
Aku menunggu hasilnya dengan was-was. Aku tidak mau kasik tahu Haikal kalau aku membeli alat ini aku takut terlalu berharap jika hasilnya tidak sesuai yang diinginkan. Takut kecewa.

"Nada, kamu kok pipisnya lama? Jangan bikin aku khawatir."

Aku membulatkan mataku untuk memastikan hasilnya. Ini sungguhan?! Aku melihat ada tanda dua garis merah. Yang menunjukan kalau aku positif hamil. Aku membuka pintu, aku melihat Haikal dan mertuaku dengan wajah khawatir.

Aku menangis melihat mereka. Aku senang sekali. Akupun memberikan alat test pack itu ke Haikal. Haikal mengambilnya. Ibu dan Ayah melihat bersama wajah mereka berubah senang seketika. Haikal masih terpaku memandanginya. Ibu menyentuh bahunya. Diapun menoleh kepadaku.

"Kamu hamil?" Tanyanya dengan wajah lucu.

Aku mengangguk.

Haikal tersenyum dan memelukku "Alhamdulillah, terima kasih ya Allah"

Akupun membalas pelukannya terima kasih ya Allah, engkau memberikan titipan anak lagi kepada kami. Sebagai pengganti Allea dengan begitu cepatnya.

Haikal melepas pelukannya dia lalu mencium keningku "terima kasih Nada." Dengan senyumnya yang memikat.

Ibu juga memelukku. "Selamat yaa nak, apa masih mual atau pusing?"

"Sedikit bu."

"Yasudah istirahat, besok yang ke dokternya."

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang