Bab 22 : Masa lalu

27.5K 1.8K 39
                                    

Sudah hampir sebulan aku tidak ketemu dengan Afika terakhir aku dapat kabar dari ibu Sinta waktu resepsi pernikahanku karena dia sedang sakit dan alhamdulillah dia sudah sembuh dan aku belum sempat untuk menjenguknya. Rencananya besok aku akan menjenguk Afika.

Setelah aku menonton tv dengan ayah dan ibu di ruang keluarga aku ke ruang kerja Haikal.

"Haikal.... " panggilku.

"Hemm" singkatnya. Dia sedang sibuk dengan laptopnya.

"Aku besok mau jenguk Afika yaa...."

"Sama siapa?" katanya yang sudah memperhatikanku.

"Sama Indah." kataku menampilkan senyumanku biar di kasik ijin.

"Naik apa?"

Pasti gak dibolehin kalau aku bilang naik si copy. Karena aku yang tak kunjung menjawab akhirnya dia bisa menebak jalan pikirku.

"Naik motor?"

Aku mengangguk.

"Gak boleh." Singkat padat dan jelas

Tuh kan apaku bilang.

"Ayolah Haikal, boleh yaa" kataku sambil mentowel-towel lengannya yang sedikit berorot. Malam ini dia memakai kaos hitam dan celana kain.

"Gak boleh Nada...."

Ternyata Haikal type orang yang sudah A ya A tidak akan berubah ke B.

"Terus aku naik apa kesananya?" tanyaku yang sudah cemberut.

"Aku anterin besok"

"Bukannya kamu besok ada meeting pagi yaa dan kamu lagi nyiapin proyek kamu itu."

"Gak pa-pa telat asalkan istriku tidak naik motor."

Aku cemberut dan tidak menjawab lagi ucapan Haikal. Aku mendumel tidak jelas dan berbaring di sofa membelakangi Haikal.

"Istri yang baik gak akan ngedumel-dumel sama suaminya." Sindirnya.

Akupun berhenti mendumel.

"Kenapa gak bareng Kaffa atau Daffa?" dia mencoba memberikan solusi.

"Mereka sibuk. Daffa mau ospek dan Kaffa salah satu panitianya."
Kataku tetap membelakangi Haikal.

Aku mendengar Haikal menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Seketika aku langsung teringat sesuatu aku bangun dari berbaringku dan menghampiri Haikal dia mengernyitkan kedua alisnya dengan moodku yang berubah-ubah.

"Haikal aku punya misi."Kataku sok serius.

Dia malah senyum mengejek.

"Ih kamu kok malah senyum sih?". Kataku yang tidak suka dengan senyuman mengejeknya itu.

"Kamu tuh yaa tadi ngambek sekarang udah gak ngambek." Ucapnya sambil mengelus kepalaku.

"Kata siapa aku udah gak ngambek aku masih ngambek yaa.. tapi ini demi sahabatku Indah"

"Kenapa dengan Indah?"

"Indah sama Amar cocok gak?"

"Cocok apanya?"

"Ish Haikal, ya cocok di jadiin pasangan." kataku gemas.

Haikal tampak berpikir sejenak lalu "Kamu mau jodohin mereka?"

Aku mengangguk dengan semangat.

"Kayaknya gak usah deh..."

"Kenapa?" Kataku dengan mood yang sudah berubah jadi sedih.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang