Bab 38: Rumah yang Ramai

61.5K 2.3K 69
                                    

"Huaaa....... "suara tangis Aqilla yang begitu cempreng mampu membuat Nada menghentikan acara masaknya. Dia masih ingat untuk mematikan kompor terlebih dahulu kalau tidak bakalan kebakaran rumahnya.

Nada berlari tergopoh-gopoh. Nada melihat Aqilla menangis, Arkan yang terpaku melihat adik kembarnya menangis.

"Kenapa abang?"

Arkan menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menundukan kepalanya takut dimarahi oleh bundanya karena sudah membuat adiknya menangis.

Aqilla memang sedikit manja. Dia selalu mau ikut kemanapun Arkan pergi. Dia mau ikut main meskipun itu juga bermain bola di lapagan sekitaran rumah. Nada melihat bola yang tergeletak di lantai. Pasti Arkan mau main dengan anak tetangga lainnya tapi tidak membolehkan Aqilla untuk ikut.

"Aqilla mau ikut, terus sama abang gak di bolehin?" Tanyaku.

Arkan mengangguk.

Kini Nada menghadap Aqilla yang sudah berhenti menangis dengan sambil sesegukan lucu.

"Aqilla sayang, abang Arkan mau main bola sama temen-temennya masak Aqilla mau ikut. Kan itu permainan cowok."

"Qilla gak mau ikut main, cuman mau nonton abang ajah." Katanya sambil melihatku.

"Boleh abang?" Kini aku melihat Arkan.

Arkan tapak menimbang-nimbang. "Di sana banyak anak laki-lakinya bunda. Qilla yang cewek sendiri. Kalau di gangguin gimana?"

Oh takut adiknya kenapa-napa takut di gangguin. "Kan ada abang yang jagain Qilla. Abang pasti bisa kan jaga Qilla?"

"Bisa bunda." Katanya semangat.

"Bagus dong. Itu baru jagoannya bunda."

Merekapun pergi dengan Arkan menggandeng tangan Aqilla. Setelah satu jaman. Akhirnya mereka datang dengan Aqilla yang masih menangis juga. Haikal yang sudah pulang bekerja dan Dan Ardiaz yang sudah pulang dari lesnya menghampiri si kembar.

"Loh kok nangis lagi? Loh Abang juga kenapa?"

Arkan terlihat berantakan seperti habis bertengkar.

"Qilla yang salah, abang Alkan kayak gitu soalnya ngebelain Qilla. Ada anak nakal yang nyenggol Qilla telus lolipop Qilla jatuh, dia gak minta maaf. Qilla malahin dia malah dolong Qilla. Abang malah. Telus belantem deh."

"Maaf bunda, Alkan gak bisa jaga Qilla." Arkan menunduk dan sesekali melihat bunda, abang dan ayahnya. Nada tersenyum melihatnya.

"Bunda gak malah?" Tanyanya

"Gak. Kenapa bunda harus marah. Kan Abang udah ngejagain Qilla dengan baik. Bunda bangga sama abang Arkan. Sini peluk bunda."

Arkanpun lega lalu memeluk bundanya dengan tersenyum. "Tapi, kalau bisa jangan berantem yaa..."

"Iya bunda, maafin Alkan."

"Aqilla juga salah." Kata Haikal mengelus rambut Aqilla "kenapa Aqilla makan lolipop. Kalau giginya lubang gimana?"

Aqilla tersenyum malu-malu. "Iya Aqilla juga salah. Maaf ya ayah" Katanya sambil menggunakan puppy eyes. Like mother like daughter. Imut sekali. Haikalpun mengggendongnya mencium pipinya gemas. Dan menghapus bekas air matanya.

"Yasudah, kalian mandi dulu. Sana nanti kita siap. Bunda tadi buat puding."

Keduanyapun langsung berbinar.

Ardiaz menghampiri Arkan. "Bagus. Kamu jaga Qilla dengan baik."

💙💙💙

"Tunggu dulu rambutnya masih kelihatan" Nada memasukan beberapa helai rambut Aqilla yang keluar. Mereka hendak pergi sholat isya' di masjid. Haikal sedang memasangkan sarung kepada Arkan. Ardiaz dia sudah bisa memakai sarungnya sendiri.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang