Bab 29: Kehilangan

27.9K 1.8K 31
                                    

Acara 4 bulan kehamilan Nada berjalan dengan lancar. Acara 4 bulan ngumpul bersama keluarga disatukan dengan acara 4 bulan kehamilan Nada. Acaranya diisi dengan pengajian para anak yatim piatu dari Panti Kasih Ibu, ada Afika, Bagas ibu Sinta dan anak-anak lainnya yang serba berpakaian putih. Afika cantik sekali dengan kerudung instan putih yang dia kenakan. Ada ayah bunda dan kedua adikku. Tante Rika juga hadir bersama dengan Fika. Tante Rika menghampiriku dan meminta maaf atas perilakunya yang buruk terhadapku. Aku juga dapat kabar dari Fika kalau tante Rika sudah bisa menerima laki-laki pilihan Fika. Masih menerima bukan merestui. Lambat laun tante Rika pasti akan merestui hubungan mereka hanya masalah waktu.

Seminggu setelah acara 4 bulanan aku dapat kabar dari ibu Sinta kalau Afika masuk rumah sakit sudah 3 hari. Dia sakit tipes. Langsung saat itu juga aku datang ke rumah sakit di temani kedua adikku dan juga Indah. Haikal lagi keluar kota dan baru akan kembali besok. Aku sudah mengabari dia kalau Afika lagi di opname di rumah sakit. Di koridor rumah sakit aku ketemu dengan ibu Sinta ada Amar juga. Bagas ada di kamarnya menemani Afika.

"Nada, maaf kamu hamil-hamil harus ke sini."

"Ibu kok bilang gitu, kalau ibu ada apa-apa dan saya bisa banti, insyaAllah saya akan bantu."

"Afika mau ketemu sama kamu, maka dari itu ibu meneleponmu. Afika lagi tidur sekarang ada Bagas yang sedang menemaninya."

"Ibu, mau cerita sesuatu sama kamu."

"Cerita apa ibu?" Sepertinya penting sekali.

Ibu Sinta menghirup nafas dan mengeluarkannya secara perlahan. Sepertinya sudah terjadi sesuatu dengan Afika.

"Ibunya Afika datang menemui Afika."

"Ibu?" Kataku tak paham

"Ibu kandung." Kata ibu Sinta.

Aku terkejut. Wanita yang dengan teganya meletakan Afika di depan rumah ibu Sinta di malam hari datang kembali.

"Untuk apa ibu?"

"Dia ingin membawa Afika pergi."

Hatiku merasa sakit mendengar itu. Dengan seenaknya dia meninggalkan afika dan sekarang datang tiba-tiba ingin membawa Afika.

"Ibu sudah pastikan kalau dia memang ibu kandung Afika." Tanya Indah.

Ibu Sinta mengangguk pasti "dia datang waktu kita pulang dari acara syukuran 4 bulan kehamilan Nada. Dia menyebutkan ciri-ciri Afika waktu dia meninggalkan Afika dengan baju-bajunya yang di pakai dan kalung yang berinisial huruf A. Dan kita juga sudah melakukan tes DNA. Dan ternyata cocok. Dia memang ibu kandung Afika. Namanya Sarah."

Ibu Sinta menjeda ceritanya dengan menghembuskan nafasnya perlahan "Ibu tidak tahu, harus bagaimana. Afika sakit karena dia terkejut dengan kedatangan ibunya. Dan ingin membawanya pergi. Dia tidak ingin pergi tapi dia merasa harus ikut dengan ibunya. Dia tidak mau menjadi anak durhaka dengan menolak ajakan ibu kandungnya."

Aku mengerti perasaan Afika dan itu mengganggu psikis dan mental Afika. Afika kepikiran tentang masalah ini sehingga membuat dia jatuh sakit.

"Apa ibu memberitahu kalau Afika sedang sakit." Tanyaku

"Aku terlebih dahulu menelepon mu karena orang yang ingin di temuinya bukan ibunya tapi kamu Nada. Tapi aku berpikir dia harus tahu makanya aku menghubunginya. Dan dia sedang ada di jalan."

Seorang wanita berambut sebahu dengan memakai dress selutut berwarna biru navy berjalan terburu-buru menghampiri kami. Kalau di lihat dia memang mirip Afika. Cantik.

"Bagaimana keadaan Afika? Tanyanya ke ibu Sinta.

"Dia sedang tidur sekarang. "

"Kenapa ibu baru bilang sekarang. Seharusnya ibu bilang waktu hari pertama Afika masuk rumah sakit." Sarah menyalahkan ibu Sinta dan aku merasa tidak suka dengan nada suaranya itu.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang