Bab 36 : Ardiaz Reagan Akbar

29.8K 1.7K 28
                                    

Lagu Calum Scott- You Are The Reason mengalun indah. Sebelumnya lagu janji suci dari Yovie and Nuno. Itu lagu benar-benar bikin baper.

Yah hari ini pernikahan Indah dan Amar mereka sedang menjadi raja dan ratu malam ini. Indah selalu tersenyum dari tadi terpancar dari tatapannya dia begitu bahagia.

"Kan udah pernah kayak gitu mau lagi?" Haikal berbisik di telingaku

Aku menoleh ke arahnya dan reflek mencium pipinya karena begitu dekat dengan wajahku. Aku mendorongnya. Dia pasti sengaja. Lihat saja dia seperti tersenyum senang. "Enggak. Aku hanya ikut senang saja."

Haikal mengulurkan tangannya kepadaku mengajakku berdansa "Mumpung Ardiaz lagi sama Omnya." Haikal melirik ke arah kanan.

Akupun melihat ke arah yang dilihat Haikal. Di sana ada Ardiaz sedang di gendong Kaffa dan Daffa sedang melakukan cilukba. Ardiaz tertawa. Iya dia bayi ku Ardiaz Reagan Akbar. Yang memiliki arti Raja muda besar yang memiliki kehormatan. Anak keduaku dan Putra pertamaku.

Akupun menerima uluran tangan Haikal. Kamipun berdansa bersama.

"Kamu cantik malam ini?" katanya Sambil menatapku intens.

"Cuman malam ini?" Aku mengangkat satu alisku.

Haikal tertawa. "Pinter yaa sekarang. Kamu cantiknya tiap hari tiap malam." Ralatnya.

"Kamu bahagia?" Katanya sambil memutar tubuhku.

"Tentu." Aku pun menjatuhkan kepalaku di dada bidangnya. Nyaman sekali. Tapi nyaman itu hanya berlangsung beberapa detik saja aku mendengar suara tangis bayi dan itu suara Ardiaz. Oh sayang... kamu gak bisa lihat bunda dan ayah beromantis-romantisan. Cemburu sama ayah?

Kaffa membawa Ardiaz kepadaku. Haikal cemberut.
Dia masih cemburuan meskipun ke anaknya sendiri.

"Sebaiknya kita pulang awal saja." Kataku melihat Ardiaz yang mulai mengantuk.

Haikal mengangguk "pamit dulu ke Amar."

Akupun pamit ke pengantin baru. Dalam perjalanan Ardiaz terlelap dalam pangkuanku. Lagu Jazz-Dari Mata mengalun dalam mobil kami.

Ardiaz lebih mirip ke Haikal. Hanya matanya dan bibirnya yang mirip ke aku. Berbeda dengan Allea mata dan bibirnya yang mirip Haikal.

Ardiaz bukan bayi yang rewel terbukti dari sejak aku hamil. Dia benar-benar mirip Haikal. Dulu aku pernah curhat ke bunda tentang ke khawatiranku. Apa benar Ardiaz anak aku? Kok gak ada mirip-miripnya sama aku? Kontan bunda tertawa mendengar ucapanku. "Kamu gimana sih Nada? Kamu yang hamil kamu yang ngelahirin sendiri kok gak yakin kalau Ardiaz anak kamu?" Kata bunda di sela tawanya.

Haikal hanya tertawa mendengar ucapanku malahan dia bilang "yasudah kita kasik adik buat Ardiaz sampek adik Ardiaz mirip kamu, kalau gak mirip kamu. Kita bikin lagi sampai mirip kamu." Katanya sambil menjewer hidungku. Aku cemberut mendengarnya.

Aku mencium pipinya gemas. Ardiaz begitu nyamannya tidur di pangkuan ku. Sepertinya aku akan uring-uringan kalau Ardiaz benar-benar akan mirip Haikal. Aku jadi inget Haikal waktu kecilnya dulu. Benar-benar cuek, Pendiam, bicara seperlunya. Lebih suka belajar dari pada main. Bukan aku tidak suka melihat anakku rajin belajar. Yah tapi kan anak seusia dia harus diimbangi dengan bermain juga. Jangan belajar terus. Sepertinya aku akan menyetujui usul Haikal untuk segera memberikan adik kepada Ardiaz tapi nunggu beberapa tahun lagi.

Ardiaz tumbuh menjadi anak yang sehat kuat dan selalu bikin gemes. Ketika baru pertama belajar berdiri dan terjatuh dia hanya sekali menangis setelahnya dia tidak akan menangis. Kalau tidak bisa dia akan menautkan kedua alisnya dan mengembungkan kedua pipinya yang tembem itu. Lucu sekali. Setidaknya anakku masih ada lucu dan gemesnya meskipun mirip dengan Haikal suamiku yang cuek itu.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang