Bab19 : Malam pertama?

34.5K 2.2K 40
                                    

Jam menunjukan hampir jam 11 malam. Badanku terasa pegal semua dan aku merasa lengket. Akupun bergegas menuju kamarku aku ingin mandi. Kamarku menjadi super duper cantik dan indah. Tentu saja ini kan kamar pengantin. Aku pulang dengan Haikal. Haikal masih mengambil beberapa barangnya yang tertinggal  di rumahnya. Aku belum tahu aku akan tinggal dimana aku hanya akan mengikuti Haikal kemanapun Haikal tinggal. Akupun mandi setelah 30 menit akupun selesai. Aku keluar dengan memakai kimono baju mandiku yang berwarna pink dengan gambar strowbery dan lilitan handuk di kepalaku. Tiba-tiba suara pintu ke buka. Aku menoleh. Ternyata Haikal yang wajahnya sudah kelihatan lelah sekali tapi tetep ganteng. Dia berdiri di pintu dengan masih memegang kenop pintu dan melihatku. Akupun melihat diriku sendiri.

"Aaaaaaa.... kamu ngapain berdiri di sana. Sana keluar." Kataku berteriak mengusir Haikal sambil memeluk tubuhku sendiri dan reflek memutar tubuhku.

Haikal yang terkejut karena aku berteriak dia juga reflek langsung menutup pintunya kembali.

Hening

Tunggu dulu... kenapa aku menyuruhnya keluar dia kan sudah jadi suamiku. Aisshh... malunya. Aku buru-buru memakai baju dan segera mengambil mukena dan memasangnya yang memang sudah kusiapkan untuk sholat aku belum sholat isya'.

Akupun membuka pintu dan melihat Haikal yang duduk di lantai bersandar pada dinding dekat pintu. Kasian. Dia berdiri dan melihatku. Aku menunduk.

"Mmm... Haikal aku gak bermaksud untuk ngusir kamu, aku hanya....." kataku terbata-bata yang tidak bisa menemukan kata yang pas untuk kuucapkan ke Haikal.

"Tidak pa-pa aku mengerti." Katanya tersenyum dan mengelus kepalaku yang tertutup mukena.

"Kamu mau sholat?" tanyanya yang melihatku memakai mukena putih.

Akupun mengangguk.

"Tunggu yaa kita sholat bersama."

Sekali lagi aku mengangguk. Diapun masuk ke kamar mandi.

Ya Allah, kenapa jantung ini gak bisa berdetak normal sih. Aku merasa sesak. Ini pertama kalinya selama aku berumur 22 tahun aku berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramku.
Aku hanya tidak biasa saja. Kalau sama Ayah, Kaffa dan Daffa mereka kan sudah biasa melihat ku selesai mandi. Meskipun Haikal sudah halal untukku tapi aku belum terbiasa. Aku masih belum genap 24 jam menjadi istrinya, jadi Haikal bisa memaklumi. Mungkin.

Setelah 20 menit diapun keluar kamar mandi dengan telanjang dada dan lilitan handuk di bawahnya. Dia keluar dengan wajah yang lebih segar. Tubuhnya tinggi tegap. Haikal tersenyum melihatku. Aku menjadi salah tingkah dengan menyibukan diri dengan hal yang tidak jelas kulakukan. Dia lalu dengan santainya mengganti pakaiannya dengan sarung dan baju koko putih tanpa peduli ada aku atau tidak. Aish, kenapa gak ganti di kamar mandi sih.

Dia meletakan sajadahnya di depan sajadahku. Ya Allah ini sungguh hal yang diinginkan oleh setiap pasangan pengantin baru yang menikah bermakmum kepada imam yang mana imamnya adalah suaminya sendiri. MasyaAllah.

Suara merdu Haikal melantunkan ayat suci Al-quran menggema di dalam kamarku yang sunyi. Haikal membaca surah Asy-Syarh di rakaat pertama dan surah Al-Fil di rakaat kedua.

Selesai sholat kami membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali  lalu di tutup dengan membaca laa ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa a'la kulli syai-in qadiir. Setelah itu Haikal membacakan do'a dan aku mengamini setiap do'a-doa'nya yang dia panjatkan.

Ini romantis tapi romantisnya berbeda waktu Haikal mengajakku berdansa tadi. Rasanya beda entahlah aku tidak tahu mendeskripsikannya mungkin pasangan lain yang posisinya sama denganku mungkin paham seromantis apa yang aku maksud ini.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang