Bab 23 : Sunset

27K 1.8K 22
                                    

Manusia bisa berencana tapi tetep saja Allah yang menentukan. Aku yang rencananya mau menjenguk Afika akhirnya tidak jadi. Indah membatalkan rencana karena dia sedang ada acara ngumpul-ngumpul dengan calon teman kelas S2nya biar tambah akrab katanya. Karena aku tidak ada temennya Haikal melarangku. Meskipun awalnya aku sedikit memohon sama dia agar tetep di bolehin. Tapi tetep tidak bisa. Tidak ada tawar menawar kalau sama Haikal. Meskipun dia maksudnya baik sih. Lagian kalau aku tetep jalan dan aku tidak mendapaat izin dari Haikal aku dapat dosa karena melawan suami. Akhirnya aku berada di salah satu outlet toko roti bunda. Sekalian bantu-bantu bunda. Dan sekarang sudah waktu jam makan siang. Aku melihat salah satu karyawan bunda dia sedang menghias kue yang mau di kirim ke pelanggan dia sedang menulis ucapan selamat ulang tahun. Oh ya, aku belum tahu ultahnya Haikal kapan. Kalau dia sudah tahu ultahku. Sandi Hpnya tanggal lahirku. Dia pasti kesal kalau dia tahu aku belum tahu tanggal ulang tahunnya.

Bunda memberikan handphoneku. Aku mengernyitkan kedua alisku.

"Haikal." kata bunda yang ternyata panggilan itu sudah berjalan satu menitan.

Aku mengambil Hpku dan mengucapkan salam ke Haikal.

"Wa'alaikumumussalam, Kamu ngambek?"

"Enggak."

Haikal merubah telepon suara menjadi video call lalu aku menggeser panel hijau tersebut.
Aku melihat wajah Haikal. Meskipun wajahnya tidak se fresh tadi pagi dia tetap ganteng.

"Kok gak nanyak aku udah selesai makan apa belum?" tanyanya. Meskipun Haikal type cowok yang cuek, cool tapi dia aslinya manja. Mungkin karena bungsu yaa. Aku gak nanyak satu kali ini ajah dia udah kayak gak ada orang yang merhatiin sama sekali.

"Tadi banyak pelanggan yasudah sekalian bantu bunda Hpnya ada di ruangannya bunda di taruk di tas." kataku menjelaskan Haikal terus menatapku.

Dia menghela napasnya. Wajahnya berubah jadi lebih senang.

"Nanti sore mau ke pantai?" ajaknya dengan senyuman yang meluluhkan hatiku.

"Ngapain?" Aku mencoba tetap dengan rasa gengsiku.

"Lihat sunset."

"Mau!!" Hilang sudah rasa gengsiku ketika dia mengajakku melihat sunset aku langsung mengiyakan ajakan Haikal. Aku kan pengen lihat sunset berdua dengan Haikal.

Dia tertawa melihatku begitu antusias dengan ajakannya.

"Yasudah, nanti aku jemputnya dimana?" tanyanya 

"Aku pulangnya sama bunda ajah. Nanti sekalian jemput di rumah bunda yaa..." kataku berubah manis.

"Iya, udah gak ngambek lagi kan?" tanyanya memastikan

Aku menggeleng "Enggak" Kataku tersenyum.

"Kamu sudah makan?" tanyanya

"Belum. Bentar lagi mau makan sama bunda. Kamu?

"Ini bentar lagi. Salam ke bunda."

"Tunggu ya.. "aku menghampiri bunda. "Ini bunda, bilang ajah langsung." Dengan tetap memegang Hpku bunda berbicara dengan Haikal "maaf yaa nak Haikal kalau anak bunda suka ngambek kamu harus sabar  ya jadi suaminya."

Haikal tertawa "tidak pa-pa bun, saya tetap sayang Nada meskipun dia suka ngambek." Aku yang awalnya cemberut dengan ucapan bunda seketika aku senyum-senyum sendiri.

"Duh, malu dia Haikal" kata bunda meledekku.

"Udah ah, Assalamua'laikum." Kataku buru-buru memutuskan telpon tanpa mendengar Haikal menjawab salamku. Bunda melihatku dengan senyum-senyum. "Apa sih bunda?"

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang