Bab 35 : Dokter Doni

25.1K 1.6K 32
                                    

Setelah kepulanganku dari umroh entah kenapa Haikal tambah manja. Dia sedang tidur di pahaku sekarang sekali-kali dia mencium perutku lalu fokus kembali menghadap tv. Ayah dan ibu sedang pergi ke kondangan anak dari temen Ayah. Jadi di rumah hanya ada Haikal dan aku. Tiba-tiba ada iklan yang kata ibu mirip Haikal aku tersenyum.

Haikal mendongak kepadaku lalu melihat ke layar tv.

"Gantengan siapa aku sama dia?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hah?"

"Aku sama dia gantengan siapa?"

Aku melihat ke layar kaca lagi yang tepat dengan dia bilang "cobain kuy".

"Gantengan kamu".

"Lama jawabnya."

Aku tersenyum dan mencubitnya gemas. "Gantengan kamu kemana-mana, gak usah merajuk." Lagian Lucas mana mau sama aku?

Suara teleponku berbunyi. Kaffa menelepon. Aku menggeser panel warna hijau tersebut dan meletakannya di pipi kiriku.

"Sejak kapan?" Kataku terkejut.
Haikal yang tidur di pangkuanku duduk dan menghadapku.

"Kok kamu baru bilang? Iya tetep saja Kaffa, kasik tahu kakak." protesku.

"Tapi gak papa kan ayah? Yasudah kakak mau sana." Akupun mengakhiri percakapanku dengan Kaffa.

"Ayah masuk rumah sakit." Kataku sedih menghadap Haikal.

"Yasudah, siap-siap sekarang kita kesana."

💙💙💙

Aku membuka pintu ruangan inap Ayah. Bunda lagi menyuapkan apel ke ayah. Kaffa dan Daffa duduk di sofa. Aku salim ke ayah bunda begitu juga Haikal.

"Ayah sakit apa?" Kataku sedih sambil memegang tangannya.

"Ayah cuman kecapean." Ayah tersenyum sambil mengelus tanganku.

"Kaffa udah bilang ayah tapi kak Nada malah marahin Kaffa." Kaffa menimpali percakapanku dan Ayah. Aku mengabaikan ucapan Kaffa mataku terus menatap mata seorang yang selalu menjadi hero untukku, raja di hatiku sejak kecil, cinta pertamaku.

"Awas kalo ayah bohong." Kataku cemberut.

"Kalau gak percaya tanya ajah ke dokter nanti."

Haikal memberikanku kursi untuk duduk. Dia duduk bersama Kaffa dan Daffa. Aku menggengam tangan ayah dan meletakannya di pipiku.

"Tekanan darahnya rendah dan Ayah kecapean habis datang dari lombok. Buat ikut seminar tentang kependidikan. Pulangnya malam. Besoknya langsung ngajar ke kampus. Full lagi. Sampek sore. Malamnya yah disini dah. Nginep rumah sakit." Bunda menceritakan kronologis kejadian ayah masuk rumah sakit.

"Bunda udah bilang, jangan masuk dulu. Biar masuk lusa, kasik tugas saja. Eh, ayahmu kekeh pengen masuk. Ayahmu dosen yang rajin." Kata bunda antara menyindir dan memuji.

"Ya maaf, ayah gak dengerin kata bunda. Maaf ya... udah bikin khawatir istri ayah dan anak-anak."

Seseorang mengetuk pintu dan seorang dokter muda dan perawat masuk memberikan senyumannya. "selamat malam."

"Malam."

Dokter itu bernama Doni. Masih muda ternyata. Dia menatapku lama. Apa ada yang aneh dengan mukaku. Haikal menghampiriku dan memeluk pinggangku seakan memberi tahu. Dia milikku. Jangan lama- lama melihatnya. Aku lihat ayah bunda dan kedua adikku tersenyum melihat tingkah Haikal. Haikal posesif.
Dokter Doni sepertinya mengerti lalu berdehem. Dan menjelaskan keadaan Ayah. Kalau besok sudah boleh pulang dan bisa beristirahat di rumah. Setelah satu hari istirahat di rumah boleh mengajar lagi.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang