Bab 18 : Akad

29.1K 2.1K 35
                                    

Qabiltu nikaahahaa wa tazwiijaha bil mahril madzz-kuur haalan. Dengan satu tarikan nafas Haikal menjawab dengan lancar, tegas dan fasih. Ya Allah aku sekarang sudah resmi menjadi istri Haikal. Bunda masuk ke kamarku. Bunda cantik sekali meskipun dia sudah berumur 47. Aura kecantikannya tetap terpancar.

"Loh, bunda kok nangis?" Kataku terkejut melihat bunda menangis.

"Ini air mata bahagia". Kata bunda menghapus air matanya.

"Sekarang kamu sudah jadi istri sahnya Haikal, jadi istri yang sholehah ya nak, jangan maluin bunda dan ayah nanti di kira bunda gak bisa didik putri bunda jadi istri yang sholehah. Kamu harus patuh sama Haikal karena surga kamu ada di suami kamu sekarang bukan di bunda lagi." Kata bunda sambil mengusap air matanya. Bunda jarang sekali memanggilku dengan kata "nak" bahkan dengan Kaffa dan Daffa sekalipun. Kalau bunda sudah bilang begitu itu tandanya bunda lagi serius dan penuh dengan rasa sayang. Aku tidak bisa ikutan menangis juga. Bunda menghapus air mataku yang jatuh di pipiku.

"Kamu gak boleh nangis nanti jelek biar bunda ajah yang nangis, terima kasih yaa Nada putriku sayang, sudah mewujudkan mimpi bunda untuk melihatmu menikah. Bunda hanya tidak ingin putri bunda kayak bunda." Kata bunda yang sudah menangis sesegukan.

Aku memeluk bunda. "Bunda kok berterima kasih sama Nada seharusnya Nada yang berterima kasih ke bunda bahkan Nada belum bisa banggain Ayah dan bunda." kataku yang sudah tidak bisa menahan air mataku.

"Ayah dan bunda sudah bangga punya putri seperti Nada, jadi pesan bunda sekarang, jadi istri yang sholehah yaa nak, karena sebaik-baiknya perhiasan di dunia ini adalah istri yang sholehah."

Akupun mengangguk "insyaAllah bunda, Nada akan jadi istri yang sholehan buat Haikal."

"Bagus anak pintar" elus bunda di kepalaku. "Aduh ini gimana yang mau turun kalau nangis kayak gini." kata bunda kembali ke sifat asalnya heboh.

"Bunda" kata dua suara pria di pintu kamarku.

"Aduh sampek di jemput Kaffa lagi sama Daffa juga." kata bunda yang membetulkan khimarku dan kebayaku.

"Udah Nada kamu sama adik-adikmu mu dulu turunnya bunda masih mau ngebetulin riasannya bunda gak enak sama tamu-tamu."

Akhirnya aku turun dengan diapit dua adik laki-laki semua orang menatapku terutama Haikal. Hari ini gantengnya beda dia seperti punya aura. Dia memakai jas putih dan songkok putih di kepalanya. Haikal terus menatapku intens apa riasanku rusak padahal aku hanya nangis sebentar kok. Akhirnya aku tersenyum kepadanya. Haikal juga tersenyum. Sampai di akhir tangga Ayah yang menjemputku

"Bundamu mana?" tanya Ayah setelah dekat dengan kita.

"Masih nangis Yah". Kata Daffa berbisik ke Ayah. Ayah hanya tersenyum mendengar ucapan Daffa.

Ayah mengantarkanku untuk duduk berdampingan dengan Haikal. Aku milirik Haikal dan dia sedang menatapku. Ah, aku malu. Haikal memakaikan cincin di jari manis tanganku lalu aku mengambil tangan Haikal untuk salim dengannya dia menyentuh khimar putih ku yang senada dengan kebaya putihku. Lalu dia mencium keningku lama. Dalam hati aku hanya bisa mengucap syukur atas semua nikmat yang Allah berikan kepadaku. Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzdzibaan, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Setelah acara akad tamu undangan mulai pulang. Untuk acara akad kita hanya mengundang keluarga besar ku dan keluarga besar Haikal dan tetangga-tetangga. Kecuali Indah yang sudah dari kemarin hadir menemaniku. Tadi malem Dia sempat cerita tentang kekhawatirannya aku gak bakalan tidur bareng lagi dengan dia karena sudah ada Haikal yang menemani. Aku bakalan sibuk jadi istri Haikal dan dia bakalan sibuk dengan kuliahnya dan kita sudah berjanji untuk meluangkan waktu kita setiap minggu untuk menghabiskan waktu berdua.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang