Bab 32 : Menata

23.2K 1.6K 17
                                    

"Main masak-masakan yuk, kakak buatin susunya kamu dulu yaa...."

"Cu...cu..."

"Iya Susu..."

Aku mendengar suara anak kecil yang sedang bermain dengan adiknya. Tapi ini tempat apa, rumah siapa, indah sekali semua bangunannya bercat putih. Aku mencari sumber suara tersebut. Dikejauhan aku melihat gadis kecil dan seorang bayi sedang bermain. Aku mencoba menghampiri mereka. Yang hanya beberapa meter saja padaku. Aku seperti kenal dengan mereka. Betapa senangnya aku ternyata itu Afika. Dan bayi siapa yang sedang bermain dengannya.

"Afika." Panggilku.

Mereka sama-sama menoleh. Afika tersenyum dan berdadah padaku "Kak Nada!!" Pekiknya senang. "Sini kak." Bayi kecil yang di samping Afika juga tersenyum padaku dan dia berdadah padaku "Ndaa..."

Ndaa..... entah kenapa, dia seperti memanggilku bunda. Aku menatap bayi tersebut. Dia semakin tersenyum padaku. Dia seperti Haikal atau seperti aku.
Dia seperti Allea.

"Allea." Pekikku.

Aku berlari menghampiri mereka. Kenapa aku tidak cepat  sampai ke mereka padahal jarak aku dan mereka hanya beberapa meter saja. Semakin aku mengejar mereka aku merasa mereka semakin jauh. Seseorang di belakangku menyentuh pundaku. Aku meneloh. Dia perempuan. Dia sahabat yang aku rindukan. Syifa. Dia semakin cantik.

"Syifa."

Dia tersenyum. "Iya ini aku."

Aku memeluknya. "Aku merindukanmu." Syifa membalas pelukanku.

"Syifa, kamu tahu aku sekarang sudah punya anak dan bayi itu adalah anak aku, ayo akan aku ajak kau ke sana." Aku menarik tangan Syifa. Tapi dia bergeming.

"Kamu belum bisa ke sana Nada."

Aku menautkan kedua alisku "kenapa?"

Dia tersenyum lagi "belum waktunya saja. Kamu akan bersama dengan anakmu, Afika dan aku nanti tidak untuk sekarang. Sekarang kembalilah, pulanglah. Jadilah Nada yang aku kenal. Berbahagialah, jangan pikirkan anakmu karena ada aku dan Afika disini yang menemaninya. Kau lihat bayimu senang berada di sini karena ada Afika yang bermain dengannya dan ada aku yang menjaga mereka berdua." Aku melihat bayiku, Allea dan Afika yang sibuk bermain dan tertawa mereka melihatku dan berdadah kembali. Tak terasa air mataku jatuh. Syifa menghapus air mataku. Samar-samar Aku mendengar seorang laki-laki yang sedang berdo'a sambil menangis. Dari suaranya dia begitu tulus atas permintaannya. Dia menangis sesegukan.

"Kamu tahu itu suara siapa?" Tanya Syifa.

Aku menggeleng.

"Itu suara Haikal, suamimu. Setiap hari di setiap sujud terakhirnya dia menangis dan memohon atas kesembuhanmu. Kau beruntung memiliki suami seperti dia. Jangan bersedih lagi, jangan memikirkan bayimu lagi tapi jangan lupakan kami jika kau sudah bahagia. Berbahagialah Nada. Karena kami bahagia di sini."

💙💙💙

Aku terbangun dari mimpiku. Tak terasa akupun langsung menangis. Ya Allah aku bermimpi tiga orang yang aku rindukan dan mereka berkumpul bersama. Terima kasih ya Allah atas mimpi indah-Mu ini. Aku mencari suamiku dia tidak ada di sampingku.

"Haikal..."

Tidak ada sahutan

"Haikal, kamu di mana...?" Aku mulai terisak. Begitu jahatnya aku sampai membuat suamiku selalu menangis dalam sujud terakhirnya.

Masih tidak ada sahutan. Aku mencoba bangun dan duduk. Aku melihat Haikal sedang sholat. Aku melihat jam yang ada di nakas. Jam 2 dini hari. Aku mengamati suamiku yang sedang tahiyat akhir lalu mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang