Bab 10 : The Engagement

27.8K 2.1K 25
                                    

Setelah seminggu yang lalu aku deg-degan karena sidang yang akan aku hadapi. Kini aku deg-degan karena aku akan bertunangan dengan Haikal hari ini. Hari ini aku memakai kebaya biru dan dengan kerudung yang senada. Bunda yang mengurus semuanya. Bahkan aku katanya couple-an dengan Haikal. Bunda yang paling semangat dalam urusan ini. Sedangkan pihak keluarga dari Haikal setuju-setuju saja. Maklum lah ini adalah yang pertama bagi keluarga ku ada yang menikah. Sedangkan keluarga Haikal ini sudah yang ketiga kalinya mereka menikahkan anaknya. Maksudku tidak seheboh bunda persiapannya.

Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamar ku. Ternyata Kaffa.

"Kak ada kiriman ni". kata Kaffa menghampiriku

"Kiriman apa?" Tanya ku heran karena aku merasa tidak memesan barang apapun

"Gak tahu kak, tapi namanya dan alamatnya bener kok kak". lalu Kaffa memberikan paketan tersebut kepada ku.

Aku pun penasaran dengan kotak yang di bungkus dengan indah itu. Di dalamnya hanya ada selembar kertas. Lalu aku pun membacanya selamat dan berhati-hatilah. Apa maksudnya?

"Siapa kak?". Tanya Kaffa yang merasa penasaran juga.

"Oh enggak, hanya ucapan selamat dari temen kakak". kata ku setengah berbohong.

"Temen siapa"? tanyanya masih penasaran.

"Temen jauh kakak Kaff, udah ah sana. Kepo ini". Kataku mengusirya.

"Kakak gak mau turun?"

"Iya tunggu, kakak mau naruk ini". Aku menyimpan kiriman paketan itu di lemari ku, aku tidak mau keluarga ku khawatir.

Aku pun turun bersama Kaffa. Di bawah sudah banyak orang. Ada kakek dan nenek ku tersayang. Orang tuanya Ayah. Paman2ku dari bunda hadir semua dan juga sepupu2ku. Bunda anak bungsu dari tiga bersaudara juga. Dan cewek satu-satunya juga. Sedangkan dari Ayah aku punya paman tapi bukan saudara Ayah tapi sepupu Ayah. Ayah kan anak tunggal. Jadi dari Ayah aku tidak punya sepupu.

Aku salim kepada kakak-kakak bunda dan juga istri-istrinya. Jujur aku tidak terlau akrab dengan mereka. Kami hanya bertemu kalau ada acara penting saja semisalnya kayak sekarang ini. Di acara pertunanganku.

Akhirnya keluarga Haikal datang. Dia berjalan diantara kedua orangtuanya. Dan juga ada kedua saudaranya beserta anak dan istri mereka juga dateng. Oh, aku ingat itu abang Haidar dan abang Hilman. Tapi kenapa kalau dengan Haikal aku lupa yaa.

Acarapun langsung di mulai. Keluarga Haikal memperkenalkan diri mereka satu persatu dan menjelaskan apakah dia kakaknya atau iparnya atau sepupunya Haikal. Yang memasangkan cincin di tanganku adalah ibunya Haikal. Lalu tiba disesi foto-foto. Aku seperti artis saja, banyak yang mau berfoto denganku dan Haikal. Artis satu hari ini saja.

"Sudah sudah, sekarang Haikal dan Nadanya dong yang foto." Kata abang Hilman sambil senyum-senyum. Aku ingat dia. Dia mang usil banget orangnya. Dulu waktu kecil aku sering di gangguin dia. Karena aku cengeng dan kalau nangis lucu katanya. Kalau abang Haidar entahlah aku tidak begitu ingat. Soalnya selisih umurku dengan dia cukup jauh. Tapi aku yakin dia sebelas dua belas dengan adiknya, abang Hilman. Cuman Haikal saja yang beda. Gak suka usil.

Lalu akupun berdiri bersampingan dengan Haikal.  Berdua saja. Entah mengapa perasaanku tidak nyaman. Aku merasa kecil dengannya. Dari tadi aku tidak merasa kecil karena aku fotonya bareng-bareng tidak berdua saja. Ketika fotographer bersiap untuk memotret.

"Stop." kataku sambil menunjukan 5 jari tangan kananku. Jangan di lanjutin dengan nyanyi 5 jari tangan kiriku yaa.

Semua mata tertuju padaku. Termasuk Haikal.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang