Bab 16 : Graduation

21.6K 1.7K 29
                                    

"Lihat kamera, satu, dua, tiga". Kata fotoghrapher yang membidikan kamera ke arahku dan keluargaku. Alhamdulillah aku bisa foto lengkap dengan keluargaku di hari yang spesial ini. Ayah, bunda, Kaffa, Daffa dan tentunya aku sendiri tersenyum menghadap kamera. Kenapa aku mengucap syukur, karena aku melihat ada beberapa teman angkatanku yang tidak bisa berfoto dengan ibu/ayahnya karena orang tua mereka sudah meninggal. Pasti mereka sedih sekali tidak bisa berfoto dengan orang tua mereka di hari wisudanya. Aku jadi teringat bunda, bunda pasti dulu kayak mereka. Aku lihat bunda yang dari tadi mengusap kedua pipinya mungkin bunda terharu, senang, dan sedih di waktu bersamaan. Bunda terharu karena bisa melihatku wisuda, bunda senang karena aku bisa wisuda tepat waktu. Bunda sedih mungkin ingat dulu waktu bunda wisuda tidak ada kakek dan nenek di sampingnya untuk foto bersama. Bunda hanya punya satu foto bersama dengan kakek nenek waktu ulang tahun bunda yang ke 10 tahun.

Aula kampus begitu sesak dengan  mahasiswa seangkatanku ada juga yang kakak tingkatku yang wisudanya barengan dengan angkatanku juga. Hari ini aku memakai kebaya pink dan Indah memakai kebaya biru. Kita sepakat untuk tukeran warna kebaya yang kita pakai.

Keluarga Indah datang semua ke acara wisuda Indah. Aku cukup dekat dengan keluarganya waktu liburan aku sering menginap di rumah Indah selama seminggu. Padahal aku betah tinggal di rumah Indah. Karena rumah indah dekat dengan pantai, tidak pernah lebih dari seminggu inginnya tinggal seminggu lagi tapi bunda menyuruhku untuk segera pulang takut aku ngerepotin kata bunda. Palingan bunda di suruh Daffa biar aku cepet-cepet pulang sama halnya dengan Kaffa. Dia akan menelponku di pagi hari dan bertanya kapan aku akan pulang dia akan menjemputku. Padahal aku sudah memberinya kabar kalau aku akan pulang sesuai jadwal tapi kata Kaffa siapa tahu aku berubah pikiran.

Indah menjadi terbaik kedua di jurusanku. Aku ikut senang dengan apa yang dia capai. Meskipun aku tidak sepintar Indah, tapi aku sudah berusaha semampuku dan sebisaku dengan masuk predikat  kelulusan Dengan Pujian, aku sudah senang. Setelah aku foto bersama dengan Indah akhirnya Indah ikut pulang bersama keluarganya. Aku melarangnya ikut pulang. Karena seminggu lagi aku akan nikah. Aku ingin mengahabiskan masa singelku dengan sahabatku. Tapi dia ingin pulang karena sudah lama tidak pulang. Dan dia berkata akan datang sebelum hari akad nikahku. Awas saja kalau dia tidak datang.

Ngomong-ngomong bicara dengan Haikal aku belum melihatnya saat ini. Aku mencari-cari Haikal diantara ribuan orang yang hadir di acara wisuda ini.

"Cari Haikal?" tanya bunda yang langsung mengerti.

"Ya" entah mengapa suaraku terdengar sedih.

"Masih di jalan kak macet". kata Kaffa.

"Alesan" kataku sedikit kesal.

"Hus gak boleh gitu Nada. Siapa tahu macet beneran." kata bunda membela Haikal.

"Kalau gak mau macet ya berangkat awal bunda." kataku tidak terima dengan ucapan bunda.

"Kan Haikalnya masih kerja Nada." kini Ayah yang membela Haikal.

"Ayah, waktu Nada sidang Haikal juga telat. Sekarang Nada wisuda juga telat nanti kalau mau nikah palingan telat juga dia... " kataku berasumsi.

"Tapi datang kan Kak bang Haikal, malah bang Haikal yang bayarin traktiran syukuran atas  sidangnya Kak Nada". Ujar Daffa.

Ok. Sekarang Haikal punya backing keluargaku. Aku tidak punya backing sama sekalipun. I am alone.

"Oh ya?? Kok bunda gak tahu"
Kata bunda antusias.

"Iya bunda, padahal yang paling banyak makannya Kak Nada eh malah yang bayarin bang Haikal." Masih dengan Daffa yang berbicara.

"Aku gak minta di bayarin!. Haikalnya ajah yang pengen bayar sendiri." Kataku membela diri.

"Iya itu sebagai permintaan maaf karena udah telat datang Nada." kata bunda yang masih membela Haikal.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang