Bab 9 : Sidang

29.1K 2.2K 17
                                    

Hari ini adalah hari yang menegangkan bagi Nada, hari ini dia akan melakukan sidang skripsinya. Nanti siang jam 13:00. Nada sudah belajar dan insyaAllah bisa menguasai skripsinya. Tentu saja karena skripsinya hasil karyanya sendiri. Nada sudah mengetahui para pengujinya dan salah satu pengujinya adalah dosen yang cukup di segani di jurusan Nada karena kedisiplinannya. Penguji Nada adalah pembimbingnya Indah. Tapi penguji Indah bukan pembimbingnya Nada. Sebenarnya pak Mukhlas dosen yang menyenangkan tapi karena kedisiplinannya itu para mahasiswa segan dengannya. Indah sudah selesai sidang skripsinya, dia lulus dengan nilai yang bagus. Tentu saja. Dia kan anak pinter dan juga rajin.

Setelah Nada mengetahui pengujinya dia merasa minder, apa aku bisa ya? Dia selalu berpikir sidang skripsi adalah hal yang menyeramkan. Di tambah ada salah satu temen Nada yang tidak lulus dengan sidang skripsinya. Itu semakin membuat Nada takut.

Tapi Nada punya Ayah dan bunda. Mereka bilang sidang skripsi tidak semenyeramkan yang ada di pikiran kita. Kita hanya terlalu gugup sampai-sampai mempunyai pikiran seperti itu. Akibatnya kita tidak bisa berpikir jernih untuk menjawab pertanyaan dari dosen penguji. Sebelum masuk kita khawatir apa yang akan terjadi di dalam ruangan sidang. Tapi lama-kelamaan setelah ujian berlangsung dan berjalan kita mulai santai dan rileks. Dan akhirnya ujian selesai tanpa kita sadari.

"Malahan dulu waktu bunda sidang skripsi bunda kayak sesi bimbingan. Padahal dosen penguji bunda itu dulu dosen yang di segani tapi juga jadi dosen favorit mahasiswa"." Kata bunda menceritakan pengalamannya.

"Serius bunda kayak gitu." Tanya ku tak percaya.

"Beneran. Bunda gak bohong. Bunda do'akan semoga Nada kayak bunda. Meskipun dapet penguji yang cukup killer. Tapi Nada bisa menjalani sidangnya dengan lancar, bisa jawab dan lulus dengan nilai yang baik."

"Aamiin"

"Nada, kuncinya kamu harus paham dengan skripsi kamu sendiri. Kan yang mengerjakan kamu sendiri masak gak bisa jawab. Penguji hanya menguji seberapa pahamnya kamu dengan skripsi kamu sendiri. Dan jangan lupa, kamu harus tetap tenang. Agar kamu bisa menjawab dengan lancar dan jangan gugup. Terkadang ada dosen yang suka berlama-lama menguji mahasiswanya karena mereka gugup" Kata Ayah memberi nasihat.

"Kalau Ayah masuk type yang mana?" Kataku bertanya. Ayah ku adalah salah dosen di universitas negri berbasis islam. Sedangkan bunda, dulu bunda sempat mengajar 2 tahun di tingkat SMP. Tapi karena bunda berhenti semenjak melahirkan Kaffa. Kata bunda dia ingin fokus untuk mengurus anak-anaknya. Jadi bunda adalah ibu rumah tangga. Meskipun bunda ibu rumah tangga, bunda memanfaatkan keahlian masaknya. Bunda punya usaha catering dan kue. Jadi kata bunda nanti kalau aku udah mau nikah gak usah ribet ngurusin catering karena udah ada bunda. Bunda pengen banget lihat aku nikah. Serius.

"Ayah selalu inget sama apa yang di bilang dospem Ayah dulu waktu masih kuliah S1 namanya ibu Hasanah, sesuai dengan namanya dia dosen yang baik dan banyak mahasiswa yang dekat dengannya dia bilang "saya gak mau menyulitkan mahasiswa, karena saya juga pernah jadi mahasiswa, saya mengerti perasaan mereka. Tapi, saya juga tidak melonggarkan mereka. Saya juga punya anak. Saya hanya merasa jika saya terlalu menyulitkan mahasiswa  saya takut anak saya diperlakukan sama. Saya percaya karma itu ada.

Aku tersenyum mendengar kalimat yang di ucapkan Ayah, itu adalah kalimat yang sama yang di ucapkan dospem Nada, ibu Hana.

"Setiap guru atau dosen punya ciri khasnya masing-masing dan itu akan di kenang oleh para murid-muridnya." Kata Ayah menambahkan.

Itu adalah obrolan Nada dengan Ayah dan bunda tadi pagi. Dan sekarang dia  sudah ada di depan ruang sidang. Di temani Indah dan kedua adiknya.

"Jangan lupa baca do'a, banyakin baca sholawat dan kamu harus tetap tenang. Percaya sama aku kamu pasti bisa Nada." Indah memberi semangat.

Nada (End/Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang