Taehyung menghela nafasnya kasar. Ia melahap bibir bawahnya sendiri. Kehilangan calon anaknya membuatnya terpuruk ditambah keadaan istrinya sekarang.
Pukk
Taehyung menoleh ke arah kanan, dimana sekarang tangan Yoongi di pundaknya. "Aku tahu perasaanmu, sekarang temuilah Jennie," ucapnya dengan lembut.
Taehyung menurut, kakinya melangkah menuju ke dalam ruangan. Nafasnya terasa sesak ketika melihat banyaknya alat medis di dekat istrinya. Sebegitu parahnya? Hingga sampai-sampai Taehyung harus rela mengorbankan calon anaknya pergi untuk selamanya.
Pria bersurai cokelat gelap itu memandang sekujur tubuh istrinya yang terbaring. Alat pendeteksi detak jantung terdengar memenuhi ruangan. Ia bersyukur, setidaknya salah satu dari mereka masih selamat walaupun itu ia harus kehilangan janinnya.
Taehyung mengenggam tangan istrinya dan menatap wajahnya yang sekarang terlihat pucat. Ia letakan telapak tangan Jennie di dada kirinya, tepat dimana sekarang jantungnya berdetak.
"Kamu tahu? Sekarang ini detak jantungku melemah?" tanyanya pada istrinya.
Mungkin sebagian orang berpikir kalau Taehyung sekarang gila, dimana sekarang ia menanyakan pertanyaan pada orang yang koma.
"Kenapa?" tanya Taehyung lagi.
"Itu karena aku takut jika kamu pergi. Mungkin sebagian orang akan panik di saat seperti ini dan detak jantungnya akan berdetak lebih cepat. Tapi, itu kalau orang lain. Dan sekarang yang kamu sentuh adalah dada kiriku. Tepat dimana jantungku berada."
Taehyung mendecih pelan. Matanya ia tatap ke arah langit-langit ruangan. Mencoba mencegah buliran bening membasahi pipinya.
"Aku takut mengatakan ini. Tapi bagaimanapun kamu harus tahu," sambungnya.
"Kamu mendengar omonganku kan? Kalau iya, bukalah matamu sekarang. Aku ingin melihat iris cokelat matamu, melihat gummy smile milikmu dan mendengarmu tertawa."
Kali ini Taehyung sedikit menggoyangkan tubuh Jennie, berharap sang empu segera membuka matanya.
"Maaf, aku sudah menjadi suami yang buruk. Menjadi orang tua yang buruk. Maafkan aku hikss."
Tangisan Taehyung pecah, sungguh ia tak tahan menahan bulir bening yang menetes dari matanya. Ia tertunduk menutupi wajahnya di samping tangan Jennie.
"Maafkan aku karena membuatnya pergi untuk selamanya hiks, maafkan aku karena membuatmu berpisah dengannya. Mungkin setelah ini kamu akan membeciku."
Deg.
Taehyung tersentak kaget. Apa sekarang dia sedang berada dalam mimpi atau ini kenyataan, batinnya.
Atau jangan-jangan ada sosok lelembut yang mengganggunya kali ini?
Taehyung bergidik ngeri ketika halusinasinya merujuk pada hal mistis yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Taehyung menaikkan kepalanya melihat apa yang baru saja terjadi dengannya.
"Kenapa menangis hm?" tanyanya dengan lirih.Taehyung mengerjapkan matanya berulang-ulang. Ia mengucek matanya berkali-kali. Ini sedang bukan dalam mimpi bukan?
"Jadi tadi itu tanganmu yang mengelusku?"
Wanita itu tersenyum kecil dengan bibirnya yang pucat. Tangannya di genggam Taehyung. "Aku sedang sadar kan kali ini?" tanya Taehyung untuk memastikan jika semua ini kenyataan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] She is Mine
Fanfiction(END) "Dalam keadaan apapun itu jangan biarkan hatimu kosong dan putus asa, karena hanya hati yang kosong lah bisa mendatangkan iblis dengan segala godaannya yang akan menjerumuskan mu dalam kegelapan." Jennie Kim, seorang model fashion yang sedang...