25

928 121 7
                                    

Jennie melangkah malas menuju mobilnya. Entah kenapa setelah mendengar pernyataan dokter tadi membuat moodnya hilang begitu saja.

"Kita mau kemana nyonya?" tanya sang sopir yang memang sengaja Taehyung perkejakan.

Wanita itu masih dalam diam dengan raut wajahnya yang dingin. "Kemana saja asalkan jangan ke rumah atupun ke kantor," setelah mengucapkan itu Jennie pun melempar tas miliknya ke belakang.

Jennie mendengus, mengalihkan pandangannya pada arah luar jendela yang terlihat mobilnya semakin menjauhi kawasan rumah sakit.

Jennie baru saja kontrol ke rumah sakit seperti yang Taehyung katakan waktu itu. Tapi apa tadi yang membuatnya kecewa?

Kau pasti ingat, ada pepatah mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Well, itu penggambaran yang cocok untuk rencana Taehyung. Menyembunyikan kebenaran yang sebenarnya  dan pada akhirnya Jennie pun mengetahuinya juga.

Jennie bingung harus melakukan apa sekarang, yang ia perlukan adalah mengatur emosinya, ia menemukan semacam tempat yang bisa membuat moodnya membaik.

Sungai, yah setidaknya ide spot itu tidaklah buruk. Di sana tenang dan jauh dari keramaian.

"Antarkan aku ke sungai, di depan ada perempatan lalu belok kiri itu jalannya," perintah Jennie dengan nada datarnya.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja Jennie telah sampai di tempat yang ia inginkan. Setidaknya idenya tidak terlalu buruk.

Ia menatap langit sekitarnya yang masih berwarna biru cerah dengan pepohonan yang bergoyang-goyang akibat desiran angin sehingga membuat daun berwarna warni pun mulai berguguran. Iya, hari ini sudah memasuki musim gugur.

"Kau boleh pergi, jangan katakan aku sedang di sini," perintah Jennie pada supir pribadinya.

"Tapi nyonya-"

"Ini perintah, kau hanya seorang supir biasa. Bisakah kau menuruti majikanmu?"

Ya tampaknya Jennie mulai terbawa emosi sehingga menaikkan nada bicaranya pada supirnya yang notabenenya tidak tahu apa-apa.

"Baiklah, maafkan saya."

Sang supir menunduk dan dengan terpaksa ia menancapkan gasnya meninggalkan Jennie sendirian di sana.

Itulah yang Jennie inginkan sekarang, angin semilir dan ketenangan itu sudah bisa membuat moodnya sedikit membaik.

Jennie menatap ke bawah, ia mendapati air jernih yang tengah mengalir deras. Angin semilir dan daun-daun layu pun semakin berjatuhan seakan-akan mengutarakan apa yang ada di hatinya.

Wanita itu terdiam dalam lamunannya. Membiarkan rambutnya tergerai bebas diterpa angin. Tangan mungilnya sengaja tergerak memegang perutnya dengan tatapan yang masih kosong ke depan.

'Infeksi radang panggul.'

Seakan-akan kalimat itu selalu menghantuinya sejak tadi. Jennie mendengus kecil. Tidak seharusnya ia bersedih dan menyalahkan Taehyung seluruhnya.

Wanita itu menatap ke arah langit yang masih cerah. Kemudian manik kembarnya menatap ke arah tanah dimana sekarang tanah begitu kotor akibat daun yang berserakan.

Jennie tersenyum tipis. "Bahkan tidak ada yang peduli dengan tempat sebagus ini, membiarkan sampah daun kering berserakan. Cih," Jennie tersenyum kecut dan  bergumam.

"Sama  seperti nasibku sekarang, aku sudah cacat pasti semua orang secara perlahan akan menjauhiku."

Jennie menarik nafasnya dalam-dalam mencoba meredam semua kesedihan yang memasuki hatinya. Ia memejamkan matanya sesekali meresapi rasa sakit pada hatinya itu.

[2] She is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang