"Mommy?!"
Jennie tersenyum kaku. Tangannya mengelus surai si kecil yang kini memeluknya sebatas pinggang.
Lama tak mendapat respon dari sang ibu, bocah itu menarik ujung baju Jennie sehingga Jennie teralihkan dari tatapan datar yang Taehyung beri.
"Mommy pergi kok tidak ajak Aecha, kenapa?"
Jennie melirik Taehyung yang sekarang justru menatapnya dalam. Dari raut wajahnya saja ia sudah bisa membaca Taehyung yang seolah ingin mengatakan padanya agar bersikap seperti biasa di depan Aecha.
Ya, Jennie tahu sendiri. Lagi pula terlihat berbeda dari biasanya akan membuat Aecha curiga. Ia tak ingin jika anaknya ikut sedih hanya karena mengetahui permasalahan orang tuanya. Bagaimanapun Aecha hanyalah anak kecil yang semestinya menikmati masa kanak-kanak pada umumnya.
"Daddy sudah bilang tadi, Mommy sedang sibuk, jadi Aecha tidak ikut dengan Mommy."
Bocah itu menoleh dan menatap polos pada sang ayah. "Tapi Aecha mau dengar jawaban dari Mom."
Jennie tersenyum simpul. Jujur saja senyum yang ia berikan itu bukanlah senyum tulus. Jauh dari lubuk hatinya ia memaki-maki Taehyung yang dari dulu tidaklah berubah. Pria itu sangat berbakat dalam berakting, terbukti entah banyaknya sandiwara yang ia lakukan di depan putrinya itu.
"Aecha, hari ini Mommy sibuk tapi jika Aecha ada perlu akan Mommy luangkan waktu untukmu."
Sontak tanpa sepengetahuan dari si kecil pria bermarga Kim itu membelalakan matanya. Tampak seperti orang tak terima akan perkataan Jennie tadi.
Ck, cari kesempatan saja.
"Benarkah? Yey Mommy sayang Aecha, tidak seperti Daddy menyeramkan, jelek lagi," pekik Aecha lantas mengundang tatapan maut dari Jennie.
Sedangkan Taehyung hanya mengendikkan bahunya acuh seolah dirinya tak berdosa di sini . Padahal jelas-jelas sebelum ia kemari Aecha dibuat takut karena perkataan dinginnya. Berakhir bocah itu yang menangis meronta-ronta. Bahkan bodyguard dan pelayan di rumahnya langsung berlari panik ke arah sumber suara.
Apa Aecha bilang? Menyeramkan? Apa Taehyung memarahinya? Jika itu benar terjadi itu sungguh keterlaluan.
Mengesampingkan Taehyung dengan acuh, wanita itu memilih membawa Aecha ke dalam gendongannya. Ia menelisik si kecil dengan penampilan yang membuatnya tergelitik. Ia tahu betul, pasti Taehyung lah yang telah menata rambut Aecha.
"Aecha yang menata rambut siapa? Kok tidak rapi begini?" kata Jennie guna menyindir sang pria yang sekarang mencabikkan bibirnya tak terima.
"Daddy."
Tepat setelah bocah itu menjawab, Jennie langsung memutar bola matanya malas dan menghela. "Patut saja hasilnya seperti ini. Sini mommy perbaiki," kata Jennie seraya membawa Aecha ke dalam. Rasanya tak enak jika harus mengobrol di depan pintu.
Tanpa di perintah pria Kim itu seenaknya mengekor Jennie. Tubuhnya terpaku setelah netranya tak sengaja melirik kearah dapur. Ruangan itu, ia masih ingat betul akan apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Di sana lah, dia memeluk Jennie sebelum wanita itu pingsan setelah melihat mayat orang tuanya.
"Daddy, kenapa liat dapur terus? Daddy masih lapar ya?" celetuk Aecha yang kini rambutnya sedang ditata oleh Jennie di pangkuannya.
"Emh- b- bukan."
Tepat setelah itu Taehyung segera menetralkan wajahnya. Kaki panjangnya mengarahkannya agar terduduk di seberang mereka.
Selagi Jennie menata ulang rambut si kecil, Taehyung tampak mengamati sekitar ruangan di sekitarnya. Ia tampak kagum melihat sekitarnya masih tampak rapi padahal kenyataannya rumah itu sudah lama tak dihuni. Sampai tiba-tiba saja pandangannya terhenti di sudut ruangan. Tepatnya pada sebuah bucket hat yang ada di atas kursi.
![](https://img.wattpad.com/cover/184194926-288-k59411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] She is Mine
Fanfiction(END) "Dalam keadaan apapun itu jangan biarkan hatimu kosong dan putus asa, karena hanya hati yang kosong lah bisa mendatangkan iblis dengan segala godaannya yang akan menjerumuskan mu dalam kegelapan." Jennie Kim, seorang model fashion yang sedang...