36

452 64 28
                                    

"Kumohon hentikan Taehyung-ah..."

Rintihan itu terus saja berdengung di telinga sang iblis sehingga membuatnya muak. Seperti sekarang ini, makhluk itu hanya dapat menatap datar pada wanita yang sejak seperempat jam lalu di dekapan Jisoo.

"Gara-gara dia acara kita tertunda," katanya membuat Jisoo kian menoleh kearahnya.

"Apa katamu?" sahut Jisoo kemudian mendesis kesal. "Berkacalah dulu sebelum menyalahkan orang lain. Jika kau tidak gegabah dalam membuat kontrak mungkin dia tak akan menjadi seperti ini."

"Ck! Lebih baik dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa saja daripada membebankan kita di sini. Ingat Jisoo-ssi, tujuan kita pindah ke sini bukanlah menyelamatkan wanita lemah ini."

"Cukup! Jennie tidaklah gila. Dia hanya sedang frustasi. Lagipula salah siapa tadi yang mengobrak-abrik memorinya? Kau sendiri kan?"

"Sudah-sudah, jangan berdebat di sini. Telingaku bisa pecah jika mendengar kalian terus mengoceh," lerai Sashi yang sepertinya sudah tak tahan lagi ingin berada di satu ruangan yang sama dengan mereka.

"Kau mau kemana?" tanya Jisoo dengan lancangnya tanpa embel-embel apapun. Padahal yang ia ajak bicara adalah atasannya sendiri.

"Kemana lagi? Tentu saja aku akan memimpin penyusunan rencana dengan mereka."

Mendengar kalimat barusan sang iblis sigap mendekat ke arah sumber suara dan menatapnya dalam. "Satu hal yang kau harus sampaikan pada mereka adalah bulan purnama, mengerti?"

"Hmm apa kau yakin kita akan benar-benar melakukan itu?" balas Sashi ragu.

PTAKK!!

Tak terduga sebuah pukulan berhasil diterima di rahan pria pucat itu. Sontak saja Jisoo yang melihatnya pun ikut terkejut dan terperanjat.

"Jangan jadi manusia labil sepertinya. Ikuti saja perkataanku  jika kau tak ingin rugi," ucap Luckie sukses membuat Sashi mendecih kesal. Tanpa mempedulikan omongan makhluk tak sejenisnya itu ia melenggang dengan api yang menggebu.

Beralih kepada dua manusia itu, sang iblis lalu merendahkan posisinga agar setara dengan mereka. "Mau sampai kapan kau akan terus sepeti itu?"

Sebuah kalimat pertanyaan menjadi pembuka percakapan dengan Jennie. Wanita Kim itu menatap nanar dan mendesis. "Kau berengsek! Sama seperti Taehyung hiks... Pergi dari sini!"

Bentakkan yang diterima di gendang telinga menjadikan Luckie terjingkat. "Taehyung! Taehyung! Aku bosan mendengar nama itu! Berisik, mau aku sumpal mulutmu hah?"

Jisoo mendelik tak terima. Menurutnya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memarahi. "Luckie, kau harus bertanggung jawab. Sembuhkan dia jika kau ingin dia segera diam. Ini semua salahmu!"

Suara tepuk tangan terdengar jelas ketika Jennie meredakan isakan dan menetralkan nafasnya. Kedua wanita dengan marga yang sama itu menatap penuh tanya pada sang iblis yang tergelak dengan seringaian sinis.

"Woah!! Kim Jisoo sekarang berubah ya? Semenjak kedatangan teman barunya menjadi kemanusiaan."

Jisoo yang merasa tersindir pun mendengus dan segera merenggangkan lingkaran lengan di bahu Jennie. Tanpa disiasati, dan tak pernah Jennie duga wanita yang tadi merengkuhnya sekarang mendorong hingga tubuhnya hingga terhuyung ke belakang. Dengan buru-buru wanita dengan id name Lennie itu berdiri dan menatap tak terima pada sang iblis.

"Itu yang dinamakan kemanusiaan, tuan iblis?!" nada datar terdengar garang berhasil didapat sang iblis tepat setelah sang pemilik suara mendorong tubuhnya.

"Asal kau tahu, sampai kapanpun aku tak akan mempunyai rasa kemanusiaan lagi. Aku benci itu!" seru Jisoo lantas melengos meninggalkan ruangan itu.

Merasa perubahan suasana yang berubah drastis, Jennie kembali bergetar. Apalagi sekarang ini hanya ada dia dan makhluk yang dianggap aneh olehnya. Memori perihal saat pertama kali melihat sosok menyeramkan itu kembali terputar dengan lancangnya. Namun semua itu ia sembunyikan baik-baik guna makhluk berkedok pria di hadapannya tak akan mengetahuinya.

[2] She is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang