"Hei, apa yang kau lihat?" tegur Taehyung membuat pria dihadapannya menoleh gugup.
"Tidak ada Mr," sahut pria itu. Taehyung yang tahu akan sorot matanya yang menuju kearah Jennie lantas tersenyum miring.
"Jaga matamu bung, aku menyuruhmu kemari hanya untuk membawa kelinci ini. Gara-gara petugas sialan itu, kami tak diperbolehkan masuk hanya karena membawa seekor kelinci," Taehyung menerangkan kejadian yang dialaminya dengan tatapan sinis untuk petugas di seberang sana.
"Baik Mr."
"Taehyung tersenyum puas lantas menepuk pundak lebar sang asisten. "Bagus, kau memang bisa diandalkan," kata Taehyung diakhiri dengan senyum lebarnya.
"Mr bisa saja."
Jujur saja pria itu merasa tak pantas jika harus menjadi asisten seorang pemimpin perusahaan ternama. Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika ia akan beralih profesi seperti ini. Hanya berbekal keterampilannya yang teliti membuat nilai plus diterimanya ia bersama Taehyung.
"Baik, aku percayakan padamu," lanjut Taehyung setelah itu membalikkan badannya guna menuju Jennie dan Aecha.
"Sudah beres, aku yakin setelah ini petugas sialan itu memperbolehkan kita masuk," ujar Taehyung.
Tak kunjung mendapat respon dari sang wanita, pria Kim itu mendengus dan menganalisis Jennie yang masih terdiam memperhatikan kepergian asistennya.
"Ada apa?"
Jennie tersentak, ia buru-buru menetralkan nafasnya dan menatap Taehyung. "Dia itu siapa?"
Namun bukannya menjawab pertanyaan Jennie, pria itu itu justru memiringkan kepala dan melontarkan sebuah pertanyaan. "Memangnya kenapa? Apa pedulimu mengurusi orang lain."
Sungguh saat itu juga rasa ingin mencubit mulut Taehyung naik duapuluh kali lipat. Namun Jennie masihlah normal, ia masih sadar jika sekarang ini sedang di tempat umum. Jika iya tolong siapkan obat pereda bengkak untuk bibir Taehyung yang terkena serangan cubitan maut dari Jennie.
Wajah tertekuk dengan jengkel Jennie mengijak kaki Taehyung yang hanya beralaskan sandal. Aishhh Taehyung menyesal tidak pakai sepatu tadi.
"Bisa tidak, sehari saja tidak menyebalkan? Agaknya mulutmu itu memang harus segera dikunci agar tidak asal bicara dan memaki-maki orang."
"Oh ya? Coba sini mulutku dikunci," ledek Taehyung yang sukses membuat Jennie mengepalkan tangannya.
"Tapi dengan bibirmu ya?"
Dan tepat setelah melanjutkan kalimatnya itu sebuah injakan diterima di kaki Taehyung. Percayalah kalau yang tadi itu lebih menyakitkan dari sebelumnya, salahkan saja bibirnya yang tidak bisa mengontrol perkataannya itu. Alhasil pria itu menjadi objek mata bagi orang-orang yang melintas di sekitarnya.
Mungkin beberapa orang yang melihatnya akan merasa aneh dan karena dirinya yang meringis tanpa bersuara dan tangannya tampak kejang seperti orang yang baru saja tersengat listrik bertegangan tinggi. Jika kau bertanya dimana keberadaan gadis kecil milik mereka jawabannya adalah bocah itu tengah berada di dunianya sendiri dengan sebuah permaian di gadgetnya.
"Rasakan itu Kim Taehyung," ujar Jennie segera meninggalkan Taehyung dan meminta Aecha menyudahi permainnanya. Wanita itu menyelipkan jemarinya diantara jemari kecil sang anak lalu melangkah terlebih dahulu menuju pintu masuk.
"Mommy, kenapa Daddy ditinggal?"
"Biarkan saja, nanti juga menyusul. Salahkan saja mulutnya yang perlu digembok itu," sahut Jennie dengan sinis melirik Taehyung yang masih berdiri memegangi ujung kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] She is Mine
Fanfiction(END) "Dalam keadaan apapun itu jangan biarkan hatimu kosong dan putus asa, karena hanya hati yang kosong lah bisa mendatangkan iblis dengan segala godaannya yang akan menjerumuskan mu dalam kegelapan." Jennie Kim, seorang model fashion yang sedang...