Di luar sana cahaya senja masih dapat terlihat kendatipun dahan-dahan menutupinya. Bau tanah akibat hujan ringan yang menyapa indera penciumannya berhasil didapati oleh Jennie. Sesekali menyeka peluh akibat latihan yang harus dijalaninya akhir-akhir ini. Singkat cerita, setelah keributan di lantai satu hari itu tak lama kemudian Luckie kembali mengunjungi kamarnya dan melemparkan pistol di hadapannya. Jennie yang terkejut pun langsung saja tak bisa berkutik, apalagi di ujung kakinya tergeletak sebuah benda yang sangat ia takuti. Masih ingatkah kalau Jennie mempunyai phobia dengan senjata api itu?
"Kenapa bergetar seperti itu? Ambil. Jangan diam saja!" kata Luckie saat itu.
Jennie yang tak paham pun hanya mengerutkan dahinya sembari menjauh dari benda tersebut.
"Mau sampai kapan kau lemah seperti itu? Di sini bukan tempatnya orang lemah, kau tahu bahkan yang tadi menembak itu wanita?"
Jennie melebarkan matanya tak percaya, ia terperangah. "Apa peduliku? Aku tidak tertarik," sahut Jennie ketus lalu beranjak dari duduknya.
Karena hal inilah Luckie mendecih, "Manusia lemah saja berlagak sok kuat. Cepat atau lambat kau pasti akan menyukai benda itu. Itu akan berguna," jelas Luckie.
Jennie yang mendengar itupun hanya tertawa pongah, "Omong kosong. Lebih baik kau pergi dari sini! Kau membuatku pusing saja," usir Jennie, tak tanggung-tanggung ia mendorong dada Luckie tapi sayangnya makhluk itu tak bergeming sedikitpun dari posisinya.
"Eh? Berani mengusirku ya? Mendorong saja tidak mempan," ejek Luckie diakhiri dengan kekehannya.
"Yakk! Makhluk aneh! Menyebalkan! Jelek lagi!" balas Jennie. Ah sepertinya sudah bertahun-tahun tinggal bersama Taehyung yang notabenenya nyaris sempurna itu membuatnya memiliki standar ketampanan yang melambung. Jika boleh jujur, kalau dilihat-lihat Luckie sang iblis yang menyamar menjadi pria mempunyai visualisasi yang dibilang lumayan.
Rambutnya hitam legam dengan gaya undercut, hidungnya bengir, kedua matanya terlihat jernih dengan iris mata berwarna cokelat kemerahan, kulitnya putih bersih bahkan melebihi Sashi, dan bibirnya merah seperti bayi yang baru saja lahir. Ia bahkan terlihat seperti lampu yang bercahaya jika ditempat gelap. Namun semua itu Jennie tepis karena senyuman yang Luckie tampilkan terlihat menyeramkan.
"Baiklah, kalau kau tidak mau pergi. Biarkan aku pergi dari tempat ini!" pekik Jennie berusaha menyingkirkan tubuh Luckie yang menghalanginya.
Pergerakan Jennie yang terlalu mudah ditebak oleh Luckie langsung saja terhenti akibat lengangnya yang berhasil menahannya. "Kau pikir semudah itu pergi dari sini? Ingat kau sudah menjalin kontrak denganku."
Jennie memutar bola matanya malas, ia melipat lengannya di depan dada. "Ya! Kontrak, kontrak, terus! Memang apa sih kontrak itu? Aku harus tanda tangan dimana?" kata Jennie ketus.
Akibat kalimat Jennie barusan sang iblis hanya dapat menghela nafasnya berat, lengannya sudah terkepal menahan marah akibat kesal pada Jennie yang tak kunjung paham. "Bodoh! Kau pikir ini kontrak biasa yang sering dilakukan manusia? Ck! Oke, oke biar aku jelaskan. Dalam kontrak yang kita buat, kau berhak mendapatkan apa yang kau inginkan. Apapun, bukankah itu menyenangkan?"
"Sebagai gantinya kau harus ikut menjadi anggota di sini. Jangan khawatir kau akan mendapatkan kesenangan yang tak pernah kau dapatkan sebelumnya, percayalah jika kau bergabung tak ada alasan lain yang membuatmu menangis," ujar Luckie. Ia mengamati Jennie dapat ia baca jika ia tertarik akan tawarannya.
"Karena aku tidak ingin melihat orang yang menjalin kontrak di sini sengsara akan masalah yang dialaminya, dengan sukarela aku menerima jasa penitipan jiwa. Kau boleh menitipkan jiwamu untukku jika kau tak ingin ketakutan dan masalahmu mengikatmu terus menerus," ucap Luckie meyakinkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] She is Mine
Fanfiction(END) "Dalam keadaan apapun itu jangan biarkan hatimu kosong dan putus asa, karena hanya hati yang kosong lah bisa mendatangkan iblis dengan segala godaannya yang akan menjerumuskan mu dalam kegelapan." Jennie Kim, seorang model fashion yang sedang...