Langit di atas sana mulai menyembunyikan mentari, sehingga membuat Taehyung beserta tangan kanannya semakin gusar. Setelah Mark memberitahu bahwa Jungkook yang membobol perusahaan, pria Kim itu sangat murka. Ia menginjakkan kaki di rumahnya dan mendapati pemandangan yang tak mengenakan. Petugas kemanan yang dikerahkan untuk menjaga gerbang rumahnya ditemukan dalam keadaan sekarat. Pembantu rumah tangganya termasuk bibi Ahn ditemukan terikat dengan mulut yang tersumpal. Bodyguard yang diperintahkan untuk mengawal Jungkook tiba-tiba saja tak bisa dihubungi. Tak hanya itu, bahkan Taehyung juga menghubungi Jungkook lewat telepon serta semua media sosial miliknya.
Namun semua itu tidaklah membuahkan hasil, Jungkook sama sekali tak menanggapinya. Oleh karena itu, Taehyung memutuskan untuk turun tangan sendiri mencari adiknya yang sudah kelewat batas. Berkat bantuan dari kenalannya, ia berhasil melacak keberadaan Jungkook melalui nomor telepon.
Berakhirlah dirinya yang kali ini masih menelusuri tempat aneh ini. Hampir seharian ini Taehyung melacak Jungkook, dan ini adalah kesempatan terakhirnya. Satu jam yang lalu ia kehilangan sinyal mengenai keberadaan pemuda bergigi kelinci itu, alhasil ia hanya mengandalkan insting dari tangan kanannya yang katanya pernah mengunjungi tempat itu saat memata-matai Jennie.
"Apa masih lama lagi untuk sampai ke sana?" tanya Taehyung melirik benda melingkar di tangan kirinya. Ah ayolah ia sudah muak mencari adiknya itu untuk dimintai pertanggungjawabannya.
"Tidak, sebentar lagi kita akan sampai. Hanya saja sebaiknya kita jangan menghentikan mobil di dekat sana."
"Kenapa?" tanya Taehyung.
"Akan lebih sulit bagi kita untuk melarikan diri jika ketahuan. Untung saja saat itu aku membawa motor," kata Jinyoung
Taehyung hanya dapat mengiyakannya, lagipula perkataan Jinyoung ada benarnya juga.
Tak lama kemudian kendaraan beroda empat itu berhenti, membuat Taehyung menoleh kearah Jinyoung penuh tanda tanya.
Seolah mengerti apa yang ada dipikiran tuannya, Jinyoung langsung membuka suara, "Tempatnya tidak jauh dari sini."
"Ah begitu? Lebih baik kau tunggu saja di sini, aku yang akan ke sana. Dan satu hal lagi aku tidak menerima penolakan," kata Taehyung tegas sembari melepaskan seatbelt yang membatasi pergerakannya.
Menurut Taehyung, masalah yang diakibatkan oleh Jungkook ini termasuk masalah keluarga dimana ia rasa tak boleh sembarang orang yang tahu.
Menghela nafasnya berat, Jinyoung selaku orang kepercayaan Taehyung hanya dapat memandangi punggung Taehyung yang semakin menjauh dan hampir tak tertangkap di indera penglihatannya.
Sementara itu di sisi lain Jungkook tengah menatap layar monitornya dengan serius. Tidak, dia tidak sedang bermain game, kali ini dia benar-benar sedang dalam mode serius. Bahkan sedari tadi matanya tak melirik pada Eunha yang sengaja ia bawa ke basecampnya. Tidak ada hal lain yang membuat Jungkook membawa gadis itu kemari selain karena misinya.
Keberadaan Eunha dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Jungkook, seperti sekarang laki-laki itu sedang mengorek informasi dari Eunha. Mata bulatnya tak teralihkan sama sekali kendati gadis itu berbicara di belakangnya.
"Tapi bagaimana kau bisa membobol CCTV di sana, Kook?"
Jungkook yang mendapati pertanyaan tak bermutu hanya mendengus, "Kau tidak perlu tahu, itu bukan urusanmu," kata Jungkook dengan nada ketus.
"Omong-omong kau tahu tentang wanita yang hari itu seperti kesetanan tidak? Dia kenapa?" tanya Jungkook ketika memori perihal Jennie kembali terlintas.
Gadis bersurai pendek itu mengerutkan dahinya, ia heran mengapa Jungkook tahu mengenai keributan di markas CWA saat itu.
Lama tak mendapat balasan, Jungkook memundurkan kursinya dan menoleh kearah Eunha. "Kenapa tidak dijawab? Kau di sana juga kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] She is Mine
Фанфик(END) "Dalam keadaan apapun itu jangan biarkan hatimu kosong dan putus asa, karena hanya hati yang kosong lah bisa mendatangkan iblis dengan segala godaannya yang akan menjerumuskan mu dalam kegelapan." Jennie Kim, seorang model fashion yang sedang...