30

553 68 0
                                    

Pendingin ruangan tampaknya sudah tak berpengaruh lagi pada Taehyung. Pasalnya pria Kim itu akhir-akhir merasa seolah terbakar karena pikirannya yang semakin dipenuhi oleh masalah. Mulai dari rumah tangganya, dan sekarang ditambah masalah baru tentang pekerjaannya. Ia tak habis pikir bagiamana bisa saham yang dimiliknya tiba-tiba saja hilang. Mengingat dia adalah tipe orang yang sangat berhati-hati menyimpan dokumen penting agaknya itu terlihat mustahil kecuali jika ada orang yang mengetahui tempat menyimpan dokumen-dokumen penting seperti itu.

"Jadi bagaimana? Apa yang akan kau lakukan jika sudah seperti ini?" tanya Jimin yang kebetulan sedang berkunjung ke sana.

Akhir-akhir ini pria bermarga Park itu seringkali mengunjungi Taehyung di kantor hanya sekedar untuk bercerita, ataupun saling bertukar pendapat. Sebenarnya bukan hanya itu saja tujuan Jimin ke sana, melainkan hal aneh dari buku yang beberapa minggu yang lalu ia temui selalu saja mengikat pikirannya. Terlebih perihal simbol yang sama dengan Jisoo—mantan istrinya—itu.

"Taehyung?" tegur Jimin. Sontak pria bermarga Kim itu menoleh dan tersadar dari lamunannya. Bukan hal biasa dari Taehyung yang notabenenya hiperaktif seperti itu tengah melamun, Jimin yang mengetahui sifat sahabatnya itu menjadi yakin kalau Taehyung sedang ada masalah berat.

"Apa yang sedang kau pikirkan, hm?"

"Bukan sesuatu yang penting, tapi- akhh sudah maafkan aku yang mengabaikanmu," jawab Taehyung. Mendengar itu Jimin yang mulai merasakan adanya aura berbeda dari Kim Taehyung menjadi menukikkan salah satu alisnya.

"Bukan masalah, tapi jika kau butuh tempat untuk bercerita, ceritalah padaku," sahut Jimin diakhiri dengan senyuman tipis di wajah tampannya.

Entah harus bagaimana Taehyung mengungkapkan rasa syukurnya karena telah diberikan sahabat seperti Park Jimin.
Pasalnya pria itu akan  menjadi tempat terbaik untuk bertukar pikiran mengenai pemecahan masalah.

"Jim, apa menurutmu aku keterlaluan?" ungkap Taehyung memancing guratan halus di dahi Jimin yang terpampang jelas.

"Keterlaluan? Memangnya apa yang kau lakukan?"

Helaan nafas terdengar diantara mereka, Taehyung sempat memberi jeda diantara pembicaranya guna menimang-nimang apa yang akan ia katakan pada Jimin.

"Kejadian ini sudah berlalu sekitar tiga mingggu yang lalu, aku membiarkan Jennie pergi dari rumah-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Jimin dibuat terkejut, alhasil sekarang ia membulatkan matanya seolah tak percaya akan apa yang dibicarakan oleh seorang Kim Taehyung.

"Aisshh! Jangan memotong perkataanku Jim!" sungut Taehyung kesal langsung saja mendorong kepala Jimin agar menjauh darinya.

"Yakk! Soalnya aku tidak percaya, apa benar seorang Kim Taehyung yang telah dibudakkan oleh cinta dari Jennie Kim berani melakukan hal sepeti itu?"

"Sekali lagi kau memanggilku budak cinta, jari-jari kecilmu akan patah, Jim. Camkan itu!" ancam Taehyung yang tidak terima akan omongan Jimin. Hey! Percayalah omongan Jimin itu tidaklah salah, mengingat beberapa kali Jimin dibuat iri dengan Taehyung ketika statusnya sebagai duda muda. Bagaimana tidak iri? Setiapkali Jimin berkunjung ke rumah Taehyung ia kedapatan melihat pasangan Kim itu tengah memadu kasih layaknya pasutri baru.

"Oh hey! Memang benar kenyataannya seperti itu kan?"

Akibat kalimatnya Jimin mendapatkan tatapan tajam dari Taehyung. Sedangkan ia hanya dapat terkeheh menanggapinya. Toh ia tak merasa bersalah di sini.

"Oh Taehyung-ah, jangan marah seperti itu dong," bujukkan yang Jimin lakukan akhirnya berhasil. Taehyung tak lagi menatapnya tajam melainkan meredupkan sorot matanya.

[2] She is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang