41

608 69 4
                                    

"Bagaimana? Eunha sudah menghubungi lagi?" tanya Jaehyun pada Jungkook yang berdiri di bawah pohon. Sekarang ini mereka sedang menunggu kabar dari Eunha yang sudah sejam lalu berpisah dengannya demi menemui Jisoo.

Singkat cerita, Jisoo mengundang Eunha ke upacara nanti atas dasar tipu dayanya yaitu pembatalan kontrak. Eunha yang saat itu tertarik pun hampir saja percaya, namun semua itu disangkal oleh Yugyeom yang merasa jika semua ini hanyalah jebakan semata. Kendati demikian Eunha tetap saja berkunjung ke kastil tua  demi menjalankan rencana yang sudah Jungkook buat.

Lama menunggu, hingga pada akhirnya yang mereka nantikan pun terjadi. Jungkook berhasil menangkap suara Eunha lewat dari handsfreenya.

"Kenapa, Kook?" tanya Eunwoo panik. Sedangkan Jungkook hanya mengangkat tangannya seolah menyuruhnya diam agar suara Eunha terdengar jelas.

"Kemarilah, sudah banyak orang yang datang. Kami sedang menunggu Luckie muncul."

"Oke, tunggu kami di sana. Kami akan segera menyusul. Bagaimana dengan Jennie Noona? apa kau sudah bertemu dengannya?"

"Belum, daritadi aku belum melihatnya. Jisoo eonnie juga belum menemuiku. Aishh, cepatlah sebelum pintu masuk ada yang menjaganya! Berhati-hatilah, jika di depan nanti ada penjaga," kata Eunha terburu-buru.

"Hei, hei tunggu kau ada di sebelah ma-"

"Jangan lupa kalian pakai jubah yang aku beri!"

Belum sempat ingin menyahut, panggilan dari Eunha tiba-tiba saja terputus membuat Jungkook mendesah frustasi. Pemuda bergigi kelinci itu mengangkat kepalanya dan menatap pada ketiga temannya.

"Kita berangkat sekarang! Sebelum ada yang curiga," ucap Jungkook mengambil jubah miliknya.

🌸🌸

Tubuh Jennie bergetar ketika derap kaki itu terdengar semakin jelas. Remang-remang ia bisa melihat jika laki-laki itu membuka sel tahanan di seberang sana. 

Jennie harap jika pria yang hampir melecehkannya itu tidak melihat dirinya, untunglah jika sekarang ini ia sedikit terhalangi cahaya sehingga membuat orang yang melewatinya tak akan sadar jika Jennie berada di sana.

Tak menyerah ia  mencoba lagi untuk menghubungi Luckie dengan cara yang sama, namun semua itu terbantahkan ketika sosok laki-laki itu memutar balik tubuhnya dan sekarang melangkah menuju tempatnya.

Astaga! Siapapun tolong aku! Jangan biarkan dia mendekat!

Jennie menggerakkan kaki dan tangannya gelisah sehingga membuat tangannya lecet akibat borgol yang membatasinya. Pipi chubby miliknya sudah tak kering lagi melainkan terbanjiri buliran bening ketika laki-laki itu membuka pintu sel tahanannya dengan menampilkan seringnya.

"Kita bertemu lagi! Apa kau masing ingat denganku?"

Sebuah pertanyaan retoris keluar dari mulut Bobby.  Ia menggerakkannya kakinya mengikis jarak yang tercipta di antaranya. Wajahnya sedari tadi tak pernah melunturkan seringainya.

Langkah kakinya terhenti ketika ia berada tiga puluh centimeter dari tempat Jennie terduduk. "Eoh? Buat apa nangis? Apa kau takut, hm?"

Jennie tak menjawab, ia memilih memalingkan wajahnya dari hadapan Bobby.

"Tenang saja, aku tidak akan memakanmu kok," kata Bobby diakhiri dengan tawa kecilnya. Entah mengapa setelah mendengar perkataannya itu justru membuat Jennie semakin menciut. Ia masih trauma pada orang di depannya itu.

[2] She is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang