BAB 9 (kehancuran Woseok)

2.5K 196 21
                                    



YEORA's POV

Aku bersyukur, dia masih bisa menjalankan hari-hari dengan baik. Iya benar, woseok terlihat baik baik saja tadi. Setidaknya aku tidak perlu terlalu mencemaskannya. Tapi aku hanya merindukannya.

Aku tak menyangka, aku bisa melupakan nya. Bagaimana bisa? Apa yang terjadi sampai aku bisa melupakan nya? Bodoh nya kau yeora. Kenapa kau tak memikirkan keadaannya?Apa semua Ini karena Seokjin, aku sampai melupakan Woseok hanya karenanya. Sungguh? Aku bingung dengan ke adaan ini. Apa yang harus aku lakukan. Di satu sisi aku mencintai woseok. Sedangkan disisi lain, aku terikat pernikahan dengan Seokjin. Tidak mungkin jika saat itu aku membantah keinginan ayah. Ya tuhan, tolong berikan aku petunjuk, jalan apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melupakan nya selamanya dan mencoba menerima seokjin? Tapi, astaga itu benar benar tidak mungkin. Aku tidak akan sanggup jika harus melupakan Woseok.

Persetanan dengan itu semua, aku hanya butuh menetralkan pikiranku. Jika ada peluang, maka aku akan memutuskan jalanku selanjutnya.

Sekarang aku sedang berada di perjalanan menuju rumah. Tadi setelah melihat woseok dengan senyumannya itu, seokjin menelfon ku. Dia menanyakan keberadaanku, aku terlalu malas untuk banyak bicara dengannya, makanya aku memutuskan untuk pulang. Lagi pula, aku juga memang sudah selesai dan akan pulang segera juga. Karena aku takut jika woseok menyadari keberadaanku. Aku belum siap untuk bertemu denganya.

Tiba-tiba saja pintu mobil ku terbuka. Aku terkejut karena itu terjadi secara tiba tiba. Bukan salah supir ku juga, ini salah ku karena banyak melamun.

"Maaf mengejutkan mu nona." ucap supir itu tak menatap ku, dan menunduk bersalah. Aku malah jadi tidak enak, walaupun begitu usianya jauh di atasku, dia tak pantas untuk menunduk padaku.

"Tidak apa..." ucap ku menanggapinya. Aku langsung segera turun sambil membawa belanjaanku. Dan langsung membungkuk berterimakasih padanya.

"Terimakasih sudah mengantarku." ucap ku setelah kembali berdiri tegak. Dapat ku lihat dia terlihat kaget saat aku membungkuk padanya. Saat pandangan kami bertemu dia langsung membalas bungkukan ku.

"Sama-sama nona..." ucapnya dengan sangat cepat. Aku hanya terkekeh saja.

"Baiklah, aku masuk dulu. Semoga hari mu menyenangkan." ucap ku sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam rumah.

Saat aku baru memasuki pintu, ada 1 pelayan yang menunggu ku, namanya Han Dae ya. Dia pelayan termuda di antara ke-6 pelayan lainnya. Usianya 25 tahun dia putri dari salah satu pelayan ku yang berusia paling tua dari yang lainnya. Awalnya aku tak menyadari dia baru berusia 25 tahun, tapi saat ku tanya pada bibi han, ternyata daeya adalah putrinya. Aku merasa kaget sekaligus kasihan, di usia mudanya dia harus bekerja seperti ini untuk membantu ekonomi keluarga nya. Dia terlihat pendiam, dan sedikit sulit untuk tersenyum, wajah nya terlihat selalu muram. Dia tak pernah banyak bicara padaku bahkan bertemu pun kami sangat jarang. Setauku, dia banyak mengurus rumah bagian sayap kiri, yang isinya ruangan ruangan yang jarang di kunjungi. Dan tumben sekali, kali ini aku bertemu denganya di pintu utama.

"Selamat datang nona." sapa nya menyambutku, dengan senyum yang terlihat kaku.

"Selamat sore." sapa ku balik dengan ceria padanya. Dia tak bereaksi banyak, hanya tersenyum sedikit lebih lebar.

"Biar ku bantu nona." dia kini bergerak mencoba meraih barang belanjaan ku. Reflek aku menarik tangan ku, menjauhi tangannya yang meraih tas belanjaanku.

"Tidak perlu eonni. Terimakasih banyak." ucap ku sedikit menunduk menolak bantuannya. Dia sontak menarik kembali tangannya dan menunduk. Aku jadi penasaran ada apa dengannya ini, dari awal aku datang kemari sampai hari ini, wajahnya terlihat tidak pernah cerah.

With Him?!|KSJ  [complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang