20- [berubah]

2.6K 200 21
                                    

Yeora's POV

Rasa nya kembali seperti semula, aku menyadari, kali ini aku tertidur diatas sofa. Aku membuka mataku, dan saat aku melihat ke arah kasur, aku tak menemukan siapa pun disana. Bahkan, kasur pun terlihat sangat rapih seolah olah tak pernah di jamah.

Aku menduduki diriku perlahan karena rasa sakit dan pegal yang menyerang leher ku. Rasanya mata ini sangat amat berat untuk tetap terbuka. Aku bisa rasakan, mataku membengkak. Mungkin efek menangis tadi malam.

Kulirik jam di dinding kamarku, ternyata ini masih jam 6 pagi. Lalu dimana seokjin? Kenapa dia tidak ada di kamar? dimana dia tertidur? Menyadari tak ada keberadaannya. Aku buru-buru keluar kamar untuk mencarinya. Aku takut, dia pergi dari rumah karena hubungan kami yang sedang di landa bencana ini.

Kini aku berlari di koridor dari kamarku menuju tangga rumahku. Setelah benar benar sampai di depan anak tangga. Dari posisi ku, aku bisa melihat seokjin yang sudah rapih dengan pakainnya dan berbincang dengan Daeya di depan pintu utama rumah kami.

"Seokjin" panggilku padanya.

Tak lama, dia menoleh padaku. Tak ada perubahan ekspresi, dia tetap bertahan dengan ekspresi dingin dan tegas seperti saat dia sedang berbicara dengan daeya. Tak ada senyum selamat pagi padaku untuk hari ini.

Untuk persekian detik kami hanya saking bertatapan. Aku tersenyum dan melambai padanya, tak membalasku, dia malah membuang pandangannya untuk kembali berbicara pada daeya. Dia lalu berbalik dan berjalan menuju luar rumah, segera aku berlari menuruni tangga untuk mengejarnya. Melewati daeya yang menatapku.

"Seokjin!" panggil ku lagi mulai berteriak. Tapi dia tetap berjalan dengan santainya menuju sebuah mobil yang sudah terpakir tak jauh darinya.

"Seokjin! Tunggu." panggilku lagi yang sudah mulai dekat dengannya. Tak lama, aku menggapai tangannya, membuatnya berbalik dan menatap ku.

"Kenapa kau tak berhenti? Aku memanggil mu berkali kali." omel u padanya sambil menetralkan nafasku.

"Aku mau bekerja." jawabnya dingin kepadaku. Tunggu, mengapa auranya berbeda.

"Kau masih marah padaku? Kenapa kau jadi seperti ini?" tanya ku menatap matanya yang terlihat tajam itu. Tak menjawab, dia hanya diam menatapku.

"Seokjin, tolong jangan seperti ini, jangan berubah. Aku akui aku salah, aku minta maaf, aku bisa je-."

"Aku bisa terlambat, aku harus berangkat." ucapnya lalu bersiap untuk pergi, namun aku kembali menahnnya.

"Seokjin!" bentak ku agar dia berhenti.

"Apa?" tanya nya malas menatapku.

"Kumohon, jangan seperti ini, jangan berubah. Tolong maafkan aku..." ucapku tanpa sadar meneteskan air mataku, lalu aku menunduk menangis tak berani menatapnya. Hanya diam menggenggam tangannya.

"Maafkan aku...." ucap ku lirih sambil menunduk.

"Jangan katakan itu lagi yeora. Maaf mu, tak bisa memperbaiki semuanya." jawab seokjin yang kini sepertinya mulai melunak. Terdengar lembut, namun perkataannya menohok, segera aku mendongkak menatapnya.

"Lalu apa? Aku harus apa agar kau tidak berubah kepadaku?" tanya ku histeris padanya.

"Kau yang membuat ku berubah yeora. Maaf..." ucal nya padaku. Aku tidak paham maksudnya dan hanya bisa diam menunggu lanjutannya.

"Maaf, aku tidak mau menyia-nyiakan diriku sendiri. Untuk apa jika aku harus bertahan dengan perasaanku ini, sedangkan orang yang kucintai malah mencintai orang lain?" lanjutnya yang menatap tepat di kedua mataku. Sungguh, perkataan itu sangat tajam dan menusuk bagiku. Aku bahkan hanya bisa diam dan menangis.

With Him?!|KSJ  [complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang