BAB 10 (harapan Seokjin)

2.8K 191 17
                                    


Ini sudah jam 10 malam. Yeora dan Seokjin sedang bersiap untuk segera tidur. Tak ada perbincangan di antara mereka. Yeora yang menyiapkan sofanya, dan seokjin yang merapihkan kasurnya. Namun yeora sepertinya lebih cepat dari seokjin. Dia kini sudah merebahkan tubuhnya dan menyelimuti sebagian tubuhnya. Sambil berselonjor, dia memainkan ponsel nya, untuk mendownload aplikasi sosial media yang sempat ia hapus sebelumnya.

"Kasurnya sudah rapih, kau tidak mau tidur disini?" tanya seokjin yang sudah selesai dengan kegiatannya. Yeora sempat menoleh, sebelum akhirnya memutar matanya malas dan mengabaikan pertanyaan seokjin itu.

"Baiklah, ku anggap kau akan pindah nanti." lanjut seokjin enteng sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hening seketika. Tak ada perbincangan di antara keduanya. Seokjin diam menatap langit-langit kamarnya, dan yeora yang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Yeora, aku saja yang di sofa ya? Aku janji tidak akan pindah ke kasur. Aku takut badan mu sakit sakit jika tidur disana." ucap seokjin lagi yang kembali gelisah sendiri, dia kini kembali duduk menghadap yeora

"Ck, bisa tidak sih. Sehari saja kau tidak membahas ini? Aku yang mau tidur kenapa kau yang repot?" jawab yeora galak mendelik tajam kepada seokjin. Melihat itu seokjin sempat terdiam sesaat, sebelum akhirnya terkekeh sendiri. Yeora memutar matanya malas saat reaksi seokjin ssperti itu, lagi-lagi seokjin tidak kecewa atau marah padanya.

"Kau ini, aku seperti ini karena sayang padamu. Aku tidak mau kau sakit badan." ujar seokjin terang-terangan membuat yeora terdiam. Matanya membulat mendengar itu. Entah, ada sesuatu yang aneh terjadi padanya saat mendengar seokjin mengatakan itu. Pasalnya, baru kali ini seokjin mengatakan hal hal yang berbau perasaan miliknya. Yeora pun sebisa mungkin memasang wajah datarnya dan tak menghiraukan ucapan seokjin tadi.

"Kau kapan menyayangi ku nya?" kini pertanyaan seokjin membuat yeora kembali terdiam.

"Astaga, dia benar benar berusia 29 tahun kah? Kenapa malah seperti bocah sd yang baru jatuh cinta?" batin yeora memaki seokjin yang menanyakan itu padanya.

"Tidak akan pernah." jawab yeora asal-asalan sambil terus memainkan ponselnya. Seokjin terkekeh lagi mendengarnya, dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Aku anggap kau menjawab secepatnya menyayangi ku." ucap seokjin sambil memandangi yeora dari posisinya.

"Ya ya ya, terserah kau saja." ucap yeora malas menghiraukan seokjin. Keadaan lalu kembali hening setelahnya.

"Yeora. Kenapa kau menolak untuk berkuliah? Ibu tadi menawarkan unuversitas bagus untuk mu. Soal pendaftaran aku bisa mengaturnya. Bukan kah waktu itu kau sangat ingin berkuliah? Aku tau itu dari ayah mu." ucap seokjin kembali membuka perbincangan.

"Ck, kalau aku kuliah. Apa aku akan di kucil kan gak ya dari teman teman seangkatan ku?" kini yeora berbicara sendiri sambil menatap dinding kamarnya. Mendengar ucapan yeora, seokjin di buat terheran-heran sekarang.

"Kenapa? Apa yang membuat mu harus di kucilkan?" tanya seokjin yang penasaran dengan maksud yeora. Kini yeora menoleh dan menatap seokjin dingin.

"Kau..." jawab yeora dingin.

"Aku?" tanya seokjin kurang mengerti.

"Ya, aku tidak mau di cap sebagai wanita tukang porot. Bagaimana aku berkuliah dengan status ku yang menikah di usia muda. Apalagi posisinya kau terkenal senagai pembisnis muda yang sangat sukses. Bayangkan, apa yang akan mereka pikirkan tentang ku?" tanya yeora tajam itu membuat seokjin tak bisa berkutik. Dia tidak bisa membatah pemikiran yeora itu.

"Maafkan aku, tapi jika kau ingin tetap berkuliah. Kau bisa menyembunyikan status pernikahan kita." ucap seokjin mencoba meyakinkan yeora kembali.

"Percuma, media menyorot pernikahan kita saat itu, seokjin.... Lagi pula, kau tidak perlu minta maaf. Ini bukan salahmu. Ini salah orang tua kita." ucap yeora acuh dan kembali memainkan ponselnya lagi. Seokjin hanya diam dengan ucapan yeora itu

With Him?!|KSJ  [complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang