34 [MENINGGAL]

3.2K 243 72
                                    

Yeora terduduk dalam diam, menunduk merenungkan kesalahan yang telah ia perbuat. Hanya sendiri, yeora kini duduk di depan ruang UGD dimana seokjin sedang di tangani di dalam. Lampu merah masih menyala disana menandakan operasi masih berjalan.

Yeora menyesal tak percaya dengan perkataan seokjin, yeora selalu tak menuruti perkataan seokjin, yeora sangat menyesal akan hal itu. Kini ia menderita sendiri, merasakan panik, khawatir, dan ketakutan yang menjadi satu saat melihat kondisi seokjin yang terakhir kali sebelum di bawa masuk ke dalam ruang UGD itu.

Darah nya mengalir deras membasahi kemeja biru nya yang berangsur berubah menjadi merah. Yeora takut seokjin tak bisa selamat mengingat begitu banyak darah yang keluar dari perut seokjin.

Yeora benar-benar takut. Sekarang dia benar-benar sendiri. Tak bertenaga untuk menghubungi yang lainnya. Dia kini hanya diam menatap lampu UGD yang masih menyala.

Hingga tak lama, lampu itu padam. Membuat yeora berdiri seketika. Dia menunggu di depan pintu itu, menunggu kabar dan pemberitahuan dari dokter yang menangani seokjin.  Benar dugaannya, selanjutnya pintu UGD pun terbuka, memunculkan sosok dokter yang sedang membuka maskernya. Dia menatap yeora sedikit terkejut, dari pandangannya menunjukan sesuatu yang membuat yeora bertanya-tanya.

Dokter itu tersenyum miris pada yeora. Dia lalu menggeleng perlahan kepada yeora dan memegang bahunya seolah memberi kekuatan pada yeora. Yeora di buat kebingungan, dia hanya mengernyitkan alisnya dengan perasaan hatinya yang tak kentara. Tak lama, suara bangkar yang di dorong pun terdengar dari arah belakang pria berpakian operasi itu.

Pria itu lalu membuat yeora bergeser sedikit memberikan akses jalan pada bangkar pengangkut jenazah yang sedang di bawa keluar.

Entah kenapa, melihat itu rasanya segala pertahanan pada tubuh yeora seakan roboh. Ia sedikit lunglai membuatnya harus bertumpu pada tembok. Matanya menatap kosong bangkar berisi jenazah yang semakin dekat dengannya itu.

"Seokjin?...." ucap lirih yeora menebak siapa orang yang berada disana?.

Menguatkan dirinya, ia menghentikan Bangkar itu, dia mendekatinya dan memandangi seseorang yang tertutup kain putih itu dari kaki hingga kepala. Menguatkan dirinya, yeora pun menarik kain putih yang menutupi wajah orang itu, dan hal itu seketika membuatnya berteriak histeris dan menutup mulutnya terkejut.

Dunia yeora runtuh, dan benar benar hancur. Dunia nya sudah hilang, pergi meninggalkan nya selamanya. Seketika semua memori tentang dirinya dan seokjin terngiang dikepala, membuatnya semakin menangisi kepergian seokjin.

Yeora menyesali nya, yeora benar-benar menyesalinya. Andai dia tak membantah seokjin, mungkin semua ini tidak akan terjadi, mungkin saja seokjin tidak akan tertusuk. Andai saja yeora tegas terhadap woseok, mungkin saja seokjin tak akan menjadi kambing hitamnya. Andai saja..... andai saja.... sayangnya. Semua kini hanya lah andai bagi nya.

Tak ada lagi seokjin yang akan bersamanya, tak akan ada lagi seokjin yang menyayangi dan melindunginya. Dia kini hanya bisa memeluk mayat seokjin yang berada di hadapannya sambil menangis tersedu-sedu menyesali kesalahan yang di buatnya. Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Apa yang harus ia katakan pada semua orang? Bagaimana perasaan orang tua mereka? Bagaimana perasaan taehyung? Bagaimana perasaan teman-teman seokjin yang lainnya? Semua ini karena yeora, bagaimana yeora bisa menanggung nya?

"SEOKJJN!!!!!" Teriak yeora frustasi sambil menangis sejadi-jadinya memeluki mayat seokjin yang terbaring kaku itu.

"JANGAN PERGIIII, KUMOHON BANGUN!!!" ucap yeora sambil menangis dan mengguncang-guncang tubuh seokjin.

Dokter maupun suster yang melihatnya hanya bisa menunduk menyesal melihat itu. Mereka merasa gagal menyelamatkan nyawa seseorang. Mereka tak bisa berbuat apa-apa sekarang, hanya bisa membiarkan yeora melampiaskan kesedihannya sementara.

With Him?!|KSJ  [complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang