The Beginning

2.5K 323 4
                                    

Aku mengelap bibirku yang belepotan coklat sebelumnya. Rasanya aneh juga ngeliat sikap Dongpyo yang seperti itu. Aku pikir Dongpyo itu orangnya kekanak-kanakan dan egois. Walaupun memang iya, tapi aku benar-benar tidak menduga hal yang tadi akan terjadi.

Setelah Dongpyo menempelkan coklatnya ke bibirku, dia seketika mengalihkan pandangannya, "cepet makan ih, leleh coklatnya." ucapnya. Aku menggigit coklat itu, setelahnya Dongpyo langsung berbalik pergi "udah ah aku mau nyemil coklat di kamar." Dongpyo kembali menaiki tangga. "Bagi-bagi coklatnya ama yang laen." ucapku sedikit keras. "Iya iya!" jawab Dongpyo tanpa menoleh.

Walaupun rasanya aneh, tapi Dongpyo lucu juga.

"tiap hari gw tinggal ama lu gw makin mikir kalo lu itu gila deh." Ucap Una, dia duduk di sisi lain sofa, menatapku dengan pandangan curiga. "Hehehe kan ga ada yang bilang psikolog gabisa gila." aku membercandainya. "Sumpah lu gila? Gw telepon atasan gw nih." Una pura-pura meraih handphonenya. "Ya nggalah bego, gw senyum senyum bukan berarti gila." Aku menendang Una pelan.

Kenapa Una masih ada di kamarku? Yap, jawabannya karena besok juga aku tidak diizinkan untuk pergi kemana-mana.

Besok adalah gladi resik X1_MA, jadi semua trainee pergi ke lokasi syuting. Entah kenapa alasannya, aku dikurung kembali disini.

Saat sore hari telah tiba, aku kira tidak akan ada trainee yang datang.

X Diary
Son Dongpyo (C)
Today 08.11

Tapi tiba-tiba suara bel pintu berbunyi. "Rin bangun rin." Una menggoyang-goyangkan tubuhku yang terkapar di kasur. Aku sedang menikmati waktuku tidur siang, namun Una membangunkanku karena suara bel itu. "Apaan" kataku setengah bangun. "Itu ada trainee." jawab Una. Aku segera bangkit lalu berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Hanya menggunakan coat andalanku saja, aku berjalan menuju pintu putih lalu membukanya. Disitu berdiri Son Dongpyo dengan mata sayu dan berkaca-kaca. Ia tidak tersenyum, tertawa, atau melompat-lompat seperti biasanya. "Dongpyo? Kenapa?" tanyaku. Belum menjawab pertanyaanku, Dongpyo tiba-tiba menangis.

Ni anak kenapa astaga...

Aku yang tidak tahu harus berbuat apa hanya refleks memeluknya sambil mengelus kepalanya. Tinggi Dongpyo yang sepantaran denganku membuat Dongpyo mudah untuk menyandarkan kepalanya ke bahuku.

"Kenapa pyo?"
Dongpyo hanya menangis dalam diam.
"Pelan pelan aja ceritanya ok," aku terus mengusap kepalanya.

"Noona.." akhirnya Dongpyo mengeluarkan suara dan tangisannya semakin menjadi. "pengen mati-" ucap Dongpyo tiba-tiba.

Aku terkejut, sedih, marah disaat bersamaan saat mendengar bocah remaja berumur 17 tahun mengatakan hal itu. "Apa yang terjadi?" tanyaku lagi, melepas pelukannya lalu menariknya ke dalam.

Dongpyo (sambil nangis) menceritakan kalau dia terpilih sebagai center lagu X1_MA berdasarkan voting produser nasional, tapi saat latihan tadi ia terus melakukan kesalahan, mulai dari tempo yang salah sampai gerakan yang salah, lalu Youngjoon-ssaem mengatakan kalau Dongpyo belum siap menjadi center, padahal mereka semua bentar lagi tampil.

"Aku gak tau harus apa lagi... Aku juga gak tau aku kenapa.." Dongpyo mencoba menahan air matanya dan menghapusnya, ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Tanpa banyak bicara aku kembali memeluknya lagi. "Itu karena kamu belum terbiasa... Tenang Dongpyo.. " ucapku mencoba menenangkannya. "Gimana kalo nanti aku ngelakuin banyak kesalahan pas syuting? 101 trainee kan ga mungkin mau ngulang koreonya lagi.." ucap Dongpyo.

"Aku percaya kamu pasti bisa, biasanya juga kamu bisa kan? Percaya sama diri kamu aja, latihan lagi, semuanya belum terlambat, Dongpyo. " Aku menepuk-nepuk punggung Dongpyo. "Inget waktu kamu pede banget kalau kamu bisa naik kelas A kan? Nyatanya kamu beneran berhasil naik kan? Sampai jadi center malah. Sekarang juga sama, kamu pasti bisa. Kamu kepilih jadi center karena kamu punya apa yang trainee lain ga punya, dan produser nasional percaya sama kamu." tambahku.

My X Mentor || Produce X 101 ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang