Hari ini akan ada syuting hari olahraga dimana seluruh trainee produce akan menjalan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan jasmani. Pagi-pagi sekali, terdengar alarm X1_MA menggelegar di seluruh penjuru asrama, bahkan aku yang masih ada di rumah pun dapat mendengarnya. Setelah itu terdengar suara ribut para trainee yang berlari dari asrama menuju tempat latihan. Aku hanya bisa nangkring di depan rumah sambil menyemangati mereka yang menyadari kehadiranku disitu.
Karena hari ini 'having fun' day, aku jadi tidak memiliki pekerjaan apapun, alhasil aku hanya duduk diam di sofa sambil memainkan HP-ku.
Mungkin apa yang mereka lakukan kemarin itu untuk membuatku tidak terlalu sedih, pikirku. Kejadian kemarin rasanya seperti mimpi, aku tidak mempercayainya, tapi mau berapa kalipun aku me-refresh aplikasi itu, notifikasi Seobin meninggalkan grup tidak pernah menghilang. Tidak ada satupun trainee yang bertanya atau apapun, benar-benar tidak ada. Dari 99 orang yang tersisa di grup itu, tidak ada seorangpun yang mengirimkan pesan setelah apa yang diucapkan server.
Setelah kupikirkan dengan baik, mungkin yang Midam maksud untuk berkumpul dan berbicara saat di grup dua hari yang lalu adalah mengenai hal itu. Ya, para trainee pasti mengetahui hal ini terlebih dahulu. Jumlah anggota yang ditampilkan aplikasi itu juga sudah menampilkan angka 99 sejak tiga atau empat hari yang lalu, mungkin aplikasi itu sudah seketika mengeluarkan akun Seobin dari grupnya, namun notifikasinya belum muncul, maka dari itu Midamlah yang mengajak semuanya berkumpul.
Rasanya memang sedih, tapi jika aku menangis, perjuangan Seobin dan Tim EXO kemarin akan jadi sia-sia. Aku menghela nafas, tanganku kubiarkan lemas terkulai begitu saja.
Meskipun Seobin jahil dan kadang menyebalkan, tentu saja ia adalah orang yang baik. Jujur saja rasanya lebih pahit karena ia keluar dari program ini bukan disebabkan tereliminasi.
Apa memang rumor mengenai Seobin itu benar?
Ah, kepalaku sakit kalau memikirkannya.
Malam hari, sehari sebelum syuting eliminasi dimulai. Awalnya aku sarapan dan makan siang di rumah, namun aku memutuskan untuk makan malam di kantin bersama para trainee.
'Brak,' Aku membuka pintu kantin sedikit terlalu keras, membuat 99 pasang mata menatapku seketika. Wooseok yang tadinya sedang meneguk air minum seketika tersedak, Jinhyuk yang ada di sampingnya langsung menepuk-nepuk punggung Wooseok. Suasana kantin yang awalnya riuh juga langsung menjadi senyap, rasanya begitu awkward.
"Noona," Eunsang tersenyum sambil melambaikan tangan, aku membalas sapaan Eunsang dengan anggukan dan senyuman. Aku berjalan menuju tempat ambil makanan dan mencari tempat duduk yang kosong. Sebenarnya tempat duduk yang kosong memang tidak begitu banyak, tapi Midam berdiri dari tempatnya. "Duduk disini aja, aku udah selesai." ucap Midam. "Oh, makasih," Aku langsung menaruh nampan makananku diatas meja itu.
Meja tim The 7th Sense.
"Hyungjun mau puding aku ga?" tanya Minkyu, menoleh ke arah Hyungjun yang sedang fokus dengan makanannya. "Hah? Boleh hyung? Serius?" Hyungjun menatap Minkyu dengan mata berbinar-binar. "Ih aku juga mau puding lagi," Jinwoo manyun, menatap Hyungjun iri. "Maaf Jinwoo, tapi hyung cuma punya 1 puding." ucap Minkyu, "Ini, boleh buat Jinwoo" Hyungjun memberikan pudingnya pada Jinwoo, jadinya sama saja Hyungjun hanya dapat satu puding. "Eh, gapapa deng hyung, satu udah cukup." Jawab Jinwoo. "mana cukup buat kamu," Jinhyuk berjalan mendekati Jinwoo lalu menyimpan seporsi puding di atas nampan Jinwoo. "Itu punya Wooshin, bilang makasih nanti" ucap Jinhyuk. "Makasih hyung!" Jinwoo sedikit berteriak sambil melambaikan tangan ke Wooseok yang berada cukup jauh darinya.
Percakapan yang terjadi di kantin cukup normal, memang sedikit terasa kalau beberapa trainee membatasi diri untuk melakukan kontak dengan diriku, cukup jelas kalau mereka semua mengetahui apa yang terjadi pada Seobin.
Dongpyo juga, padahal biasanya dia menerjangku langsung sambil berteriak nyaring, tapi kali ini ia hanya mencuri pandang beberapa kali lalu ia tampak kembali mengobrol dengan Seungwoo.
Setelah makan malam selesai, aku berjalan bersama Hyungjun ke dorm. Aku meminta izin untuk bertemu Midam sebentar.
Hyungjun membuka pintu kamar tim the 7th sense, "hyung." panggil Hyungjun. "Apa?" terdengar suara Jungmo dari dalam. "Bukan hyung yang ini," Hyungjun sedikit terkekeh, tidak lama kemudian sosok Midam pun muncul di ambang pintu. "kenapa?" tanya Midam. "Aku pengen nanyain sesuatu," ucapku.
Aku dan Midam akhirnya kembali ke kantin, kami duduk berhadapan dengan sedikit awkward karena suasana kantin yang sepi, apalagi karena besok eliminasi akan dimulai, mereka semua sudah kembali ke dorm. "Mau nanya apa?" tanya Midam, ia tidak menatapku, ia menatap ke arah meja.
"tentang Seobin?" tanya Midam lagi, belom sempat aku berkata apa-apa. "Iya, sedikit aja,"ucapku. Midam seperti mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, ia menghela nafas, lalu mulai bercerita. "Ia menceritakan semuanya sekitar dua hari yang lalu, rumor yang menjeratnya cukup berat dan akan merepotkan banyak pihak, ia sendiri sudah menerima kenyataan bahwa ia sebaiknya mengundurkan diri dari Produce. Tapi kenyataannya, Seobin bukanlah orang yang sama yang dirumorkan itu. Seseorang yang membencinya sengaja membuat rumor seperti itu saat ia sudah dikenal di produce dengan maksud menjatuhkannya." jelas Midam. Aku menggigit bibir bawahku kesal, bagaimana tidak? Rumor itu tidak terbukti benar namun Seobin yang menerima imbasnya.
"Bagaimanapun juga seperti yang ketahui kalau Seobin itu orang yang ya.. sedikit menyebalkan dengan sifat jahilnya, namun ia tetaplah orang yang baik." lanjut Midam.
"Ia juga menyuruhku menyampaikan ini padamu seandainya kau bertanya tentangnya." Midam memberikan jeda beberapa saat sebelum melanjutkan kalimatnya. "'Kita akan bertemu lain kali di kesempatan yang lebih baik.'" ucap Midam. Aku tertegun mendengar kata-kata itu, aku sedih dan kesal tentu saja, tapi aku tidak ingin membuat para trainee dan Seobin khawatir.
"Seobin juga akan dikeluarkan dari agensinya karena membuat kehebohan seperti ini." Midam kembali menghela nafas, ia juga tampak kecewa dengan keadaan ini. "tapi aku yakin itu tidak akan menjadi akhir bagi bocah itu, Seobin pasti dapat mencari jalan keluarnya." tambah Midam, ia tersenyum tipis. Aku mengangguk.
"Maaf mengganggumu malam-malam begini," aku bangkit dari kursiku, Midam juga. "Santai aja," seperti biasa, Midam mengusak rambutku seperti seorang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My X Mentor || Produce X 101 Imagine
Fanfiction[END] Pulang kuliah, kamu ngerasa capek banget dan memutuskan untuk cepet-cepet istirahat di rumah. Untungnya, hari ini adalah hari pertama acara yang kamu tunggu-tunggu ditayangin, Produce X 101! Kamu udah duduk manis di depan meja belajar di kamar...