Prolog

1.2K 151 98
                                    

Dinginnya malam ini menusuk sampai ke tulang-tulang. Tentu saja, ini sudah memasuki bulan Desember. Semua orang sedang memakai mantel dan syal sebagai penghangat tubuh mereka. Hingga mereka bisa lebih leluasa menikmati keindahan salju malam ini.

Salju mulai turun. Dengan berbungkus sarung tangan, gadis itu menyentuh salju putih dan lembut itu. Walau tak disentuh langsung, dia tetap bisa merasakan hangatnya salju di tangannya. Jangan tertawa. Dia punya dunia sendiri. Saat menyentuh salju dia memang selalu merasa hangat, itu karena dia memiliki banyak kenangan menyenangkan pada setiap butir salju. Kenangan yang bahkan tidak akan pernah bisa kembali, walau akan turun berton-ton salju di sekitarnya.

Malam sudah semakin larut. Namun, tidak ada yang peduli. Jika saja mereka tahu, betapa sedihnya malam saat diabaikan seperti ini, mungkin mereka akan berhenti tertawa dan segera pulang. Apa mereka tidak pernah merasa diabaikan sehingga perasaan mereka pada kekecewaan malam tidak ada?

Tawa renyah manusia yang hilir mudik menghiasi sepanjang jalan. Terlihat jelas kebahagiaan mereka sedang melebur bersama dengan butiran salju yang berjatuhan menghiasi malam ini. Mereka tampak sangat bahagia seolah tidak akan ada hujan ataupun matahari yang kelak akan datang melelehkan salju-salju ini. Gadis itu paham perasaan mereka, itu karena bulan Desember adalah bulan yang sangat panjang untuk bisa ditemui, hingga mereka melepaskan sepuasnya kerinduannya dengan antusias.

Senyum gadis itu merekah saat matanya terpejam, tapi pipinya basah. Dia selalu menganggap itu adalah air mata kebahagiaan yang sudah lama ingin menemui bulan Desember ini.

"Selamat datang Desember. Aku merindukanmu," lirihnya.

Last December (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang