Hyera mengangkat tangan ke atas langit-langit sambil menguap lebar. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 02.30, tapi matanya belum juga mengantuk. Disandarkan punggungnya di kursi belajar sambil mendongak.
"Kenapa kamar sebesar ini malah membuatku kesulitan tidur," lirihnya pelan.
Hyera beranjak keluar kamar. Mungkin minum susu bisa mendatangkan kantuk. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara berisik dari lantai atas. Sepertinya dari kamar Jeno.
Hyera sedikit mendekati tangga, mencoba menajamkan pendengaran. Terdengar seperti suara erangan. Apa mungkin ada orang lain di kamar Jeno? Batinnya.
Hyera mondar-mandir di dapur dengan perasaan panik. Haruskah dia memastikan? Tapi bagaimana kalau itu pacar Jeno? Atau mungkin temannya. Kalau sampai dia kepergok sedang menguping, Jeno pasti akan marah besar.
"Kamu kenapa?"
"Mati! mati!"
Hyera terkejut setengah mati saat mendapati sesosok bertubuh tinggi berdiri tepat di depannya. Walau gelap, tapi dia yakin itu Jeno. Diusap-usap dadanya sambil menatap tubuh samar-samar Jeno lebih seksama.
"Ak-aku ... aku ...."
Hyera bernapas lega saat bisa melihat wajah Jeno dengan jelas ketika lampu sudah dinyalakan.
"Kakak sakit?" tanya Hyera gugup. Kali ini dia malah menatap Jeno khawatir. Bagaimana tidak. Wajah Jeno terlihat pucat. Bahkan terdapat keringat mengalir di pelipisnya.
"Kebiasaan. Ditanya selalu balik nanya," ketus Jeno.
"Aku mau minum susu, Kak," jawab Hyera cepat. Namun, matanya masih mengamati wajah Jeno penuh khawatir.
"Ya sudah sana!" ketus Jeno sambil mencondongkan dagunya ke arah kulkas.
Hyera bergerak enggan, dia masih memerhatikan wajah pucat Jeno penuh tanya.
"Kakak sakit? Wajah kakak pucat. Sepertinya kakak sakit. Bagaimana kalau kita ke dokter sekarang?"
Jeno menghela napas kasar. Perlahan didekatkan tubuhnya ke arah Hyera. Hingga menghasilkan respon terkejut gadis itu.
Hyera ketakutan, seketika dia beringsut mundur menjauh.
"Eh, tunggu, Kak!"
"Kamu mencoba menggodaku?" Jeno tersenyum miring. Ditatapnya Hyera dari ujung kaki sampai ke kepala. "Dengan gaun tidur seperti ini? Tidak buruk. Tapi tubuhmu terlalu kurus, kurang menarik," sambung Jeno dengan senyum mencibir.
Mata Hyera membelalak lebar. Dengan kasar didorongnya tubuh Jeno, hingga membuat laki-laki itu tersungkur di lantai. Hyera memekik dan cepat-cepat menuju Jeno lagi.
"Maaf, Kak. Aku___"
"Pergi sana!" sarkas Jeno kesal. Ditatapnya Hyera tajam.
Hyera bergerak ragu. Kini dia bimbang. Hingga dia pun kembali berjongkok mencoba membantu Jeno bangkit. Entah hanya perasaanya saja tubuh Jeno terasa sangat lemas. Sepertinya dugaannya benar kalau Jeno sedang sakit.
"Ternyata kamu memang benar-benar ingin menggodaku," olok Jeno lagi. Ditatapnya Hyera lama dengan senyum miring.
"Ck! Mati sana!" Hyera yang kembali kesal berlalu meninggalkan Jeno yang tertawa lebar. Tidak peduli Jeno sakit atau sehat sekali pun, yang pastinya Jeno sangat menyebalkan.
##
Jeno menopangkan dagu dengan tangan sambil mengamati wajah Hendery yang duduk di sampingnya. Saat ini mereka sedang berada di taman sedang menunggu Jenny yang belum keluar dari perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
Hayran KurguTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.