34. Stay here with me

214 40 18
                                    


Jeno berlari keluar kelas dan menuju kamar mandi. Darah segar keluar dari mulutnya. Tangannya bergetar memegang pinggiran wastafel. Napasnya tersenggal-senggal dengan bulir keringat di kening.

Setelah membersihkan mulutnya Jeno menatap ke depan cermin. Wajahnya pucat, matanya juga terlihat cekung. Dia tahu, kalau ini pasti akan terjadi. Tangannya mencengkram keras pinggiran wastafel. Air matanya mengalir.

Dengan air mata yang masih mengalir dia mengeluarkan botol plastik dari dalam tas. Diambilnya beberapa pil, dan langsung menenggaknya tanpa minum. Jeno terduduk di lantai sambil meremas kepalanya keras. Tubuhnya benar-benar sangat lelah sekarang. Dia sudah mencoba kuat dan tegar selama ini. Apalagi saat bersama Hyera. Namun, ternyata tidak juga bisa membuat kesehatannya membaik.

Mama dan dokter Doyoung memang bukan pembohong yang baik. Setiap kali mereka selalu mengatakan dia sudah lebih baik, tapi nyatanya tidak.

Sejujurnya dia sangat menyesal sudah mendengar pembicaraan mama dan dokter Doyoung beberapa hari lalu. Apa mungkin papa dulu meninggal karena kasus yang sama? Memiliki golongan darah langka, sehingga sulit mencari pendonor.

##

"Ini punya kamu?"

Jaemin menggelang keras. Dia sekarang sedang duduk di depan Ong seung woo, pamannya. Seung woo adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit di Seoul. Laki-laki berumur 26 tahun itu merupakan dokter spesialis bedah. Walaupun spesialis bedah, tentu pasti Seung woo tahu tentang obat resep dari dokter. Makanya Jaemin menemui Seung woo untuk menanyakan.

Saat Jaemin menemukan obat di kamar mandi kampus yang diduga milik Jeno, dia langsung kepikiran untuk bertanya pada Seung woo. Namun, siapa sangka kalau pamannya malah mencurigainya.

"Bukan?"

"Jadi punya siapa?"

"Punya teman."

"Jangan bercanda, Na. Ini memang benar bukan punya kamu?" tanya Seung woo gencar. Walau dia jarang menemui keponakannya ini, tapi tetap saja dia khawatir. Itu karena Jaemin sudah seperti anaknya sendiri.

"Ck! Paman jawab dulu pertanyaan aku. Ini obat apa?"

Jaemin mulai kesal dan ikut meninggikan suaranya. Dia sangat ingin tahu segera tentang obat itu. Tetapi, kenapa pamannya yang berlebihan ini malah banyak pertanyaan.

"Ini obat keras, Na."

"Maksudnya?"

Jaemin mengernyitkan kening. Matanya menatap sungguh-sungguh wajah serius pamannya, seolah dia sedang menungu hasil ujian negara.

"Ini obat kanker hati. Biasanya hanya dipakai untuk mengurangi rasa sakit saja," jelas Seung woo. Laki- laki itu kini menatap Jaemin dengan wajah serius. Sepertinya dia juga penasaran dengan isi pikiran keponakannya itu.

Jaemin meremas erat tangannya sendiri. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Matanya  menatap nanar, dengan pikiran melayang jauh. Ada banyak yang menari-nari di atas kepalanya. Namun, hanya satu yang mendominasi, Hyera. Gadis itu. Gadis yang kerap kali rapuh, karena harus kecewa.

"Siapa? Pacar kamu? Teman kamu?"

"Temanku."

Jaemin menatap kosong ke depan. Dia kembali teringat kejadian saat olimpiade cerdas cermat di kampus. Ternyata dugaannya benar, kalau Jeno sedang sakit. Akan tetapi, dia kembali teringat dengan Hyera. Apa mungkin Jeno juga menyembunyikannya dari Hyera? Karena sepertinya Hyera juga khawatir melihat wajah Jeno yang pucat waktu itu.

"Paman pikir punya kamu," lirih Seung woo bernapas lega.

"Kalau itu punyaku, untuk apa aku bertanya pada Paman," ketus Jaemin seraya mengambil obat di depannya dan beranjak.

Last December (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang