46. Harapan

188 34 10
                                    

"San, aku duluan, ya."

Hyera berpamitan saat mereka sudah di depan pintu kelas.

Sanna sudah tahu berita putusnya Hyera dan Jeno. Tentu dia terkejut, bahkan sangat terkejut. Akan tetapi, hal yang paling dikhawatirkan sekarang keadaan Hyera. Hyera terlihat lebih muram dari biasa.

Walau Hyera bukan gadis yang selalu ceria, tapi tetap saja Hyera tidak bersikap seperti hari-hari biasa. Tidak ada senyum manis di wajah pucatnya. Bahkan gadis bermarga Kang itu juga terlihat lebih sering menghabiskan waktu sendiri. Padahal dia ingin menghibur, tapi sepertinya dia tidak bisa melakukannya sendiri. Juga Dejun. Entah kenapa sekarang Dejun tidak lagi masuk kuliah. Sudah 2 hari dia tidak masuk tanpa kabar. Batinnya menerka-nerka, mungkin ada hubungannya dengan putusnya Hyera dengan Jeno. Bisa saja mereka terlibat cinta segitiga.

"Hyera, makan yuk."

Sanna tersentak saat Jaemin muncul tiba-tiba. Laki-laki yang kerap kali ada di samping Hyera beberapa hari ini memang tidak pernah terlambat datang saat kelas mereka berakhir. Seperti sebuah alarm yang berbunyi dan menyambut Hyera di depan kelas.

"Boleh." Hyera melirik Sanna. "Kamu ikut?."

Sanna langsung menggeleng keras. "Tidak! Aku mau ke perpustakaan mencari bahan untuk tugas."

"Baiklah. Aku duluan, San," pamit Hyera sambil melambai tidak semangat.

Hyera berjalan beriringan dengan Jaemin. Sebenarnya dia sedang tidak lapar, tapi dari pada mendengar omelan senior posesifnya ini lebih baik dia mengalah. Tohnya hanya makan, bukan mengerjakan sesuatu yang berat.

Matanya menangkap sesosok Jeno yang sedang berjalan santai dengan Hendery. Wajah Jeno tampak baik-baik saja. Hanya Hendery yang menatapnya aneh. Bisa saja karena kasihan. Saat itu, dia tersentak begitu mendapat pegangan di pundaknya dan membimbingnya melanjutkan langkah.

Sesampai di kafe Hyera bahkan tidak bisa menelan makanan. Dia jadi teringat dengan Jeno. Kafe ini memang tempat biasa dia dan Jeno makan. Entah kenapa nafsu makannya malah menghilang. Bukan karena hari ini saja, tapi sejak lima hari lalu.

"Kamu harus makan, Ra. Jaga kesehatan. Sebentar lagi ujian semester," tegur Jaemin sambil mendekatkan mangkuk sup ke arah Hyera.

Hyera mengangguk pelan dan mulai mengunyah malas suapan pertamanya. Lagi-lagi dia menghela napas berat. Pikirannya tertuju pada pemandangan yang dia lewati tadi. Jeno tampak baik-baik saja setelah putus dengannya. Sedangkan dia.

"Kamu diputuskan Jeno, bukan berarti kamu tidak layak buat dia. Tapi bisa saja sebaliknya." Jaemin menuangkan sup ke dalam nasi Hyera dan menyodorkan suapan kecil ke arahnya.

Hyera membuka mulut dan mengunyah perlahan. Matanya mulai memanas. Seharusnya dia membenarkan ucapan seniornya ini. Akan tetapi, entah kenapa dia malah berpikir sebaliknya.

"Kamu kenapa memikirkan orang yang sudah menyia-nyiakan kamu? Dia memang berengsek sejak awal, jadi kamu hanya perlu terus mengangganggapnya berengsek," sambung Jaemin lagi.

Dada Hyera semakin sesak. Kenapa dia seperti menolak ucapan Jaemin barusan. Entah karena mulutnya yang terlalu banyak nasi, atau mungkin saja dia memang tidak ingin membenarkan ucapan seniornya ini. Seolah dia memang tidak ingin menganggap Jeno laki-laki jahat. Hyera tersedak. Dan ini bukan pertama kalinya dia tersedak saat makan.

"Pelan-pelan makannya, Ra," tegur Jaemin sambil menyodorkan minum ke arah Hyera.

"Kenapa semua orang yang aku andalkan selalu pergi, Kak," ujar Hyera tiba-tiba.

Jaemin menghela napas samar. Tangannya menjulur membasuh sisa air di sudut bibir Hyera. Hatinya benar-benar sakit melihat Hyera putus asa seperti ini. Sungguh dia iri dengan Jeno. Sejahat apapun dia memperlakukan Hyera, dia tetap bisa mendapatkan harapan dan cinta dari gadis ini.

Last December (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang