19. Hyera sakit

199 54 22
                                    

Hyera menghela napas kasar. Punggung tangannya menyeka titik-titik peluh di keningnya. Perutnya terasa perih. Dia benar-benar melupakan makan siangnya lagi. Dan ini sudah pukul 21.00. Syukurnya sudah jam pulang.

Semua orang sudah dalam perjalan keluar kafe. Hyera termasuk di antaranya. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati laki-laki berwajah ramah menyambutnya di depan pintu. Jaemin. Laki-laki itu tersenyum lebar  penuh kebanggaan. Tidak tahu bangga untuk apa. Dan Hyera tidak ingin  memusingkan itu. Karena dia ingin segera pulang untuk mengisi perutnya.

"Kakak punya kupon gratis makan pizza," ucap Jaemin sambil mengangkat 2 kupon bewarna kuning di depan Hyera.

"Aku memang belum makan, Kak."

Hyera tersenyum tipis, dan mengangguk keras. Segera dia menarik tangan Jaemin untuk beranjak. Perutnya tidak lagi bisa diajak berbasa-basi dengan laki-laki manis di depannya.

Jaemin membawa Hyera ke sebuah kafe pizza. Dan dia memang benar-benar menggunakan kupon itu untuk memesan. Ternyata kali ini Hyera salah. Tadi dia pikir Jaemin hanya mengakalinya saja. Karena dia memang sering menolak kala seniornya itu mengajaknya makan.

"Wajahmu sedikit pucat? Kamu sakit?" tanya Jaemin sambil menatap wajah Hyera lebih seksama. Sedikit dia khawatir dengan gadis bersurai panjang di depannya. Apalagi sejak tadi dia terlihat sibuk di perpustakaan.

Hyera memegang wajahnya dan menggeleng.

"Tidak. Perasaan kakak saja. Apa aku juga semakin cantik?" goda Hyera sambil tersenyum centil. Matanya dikerjapkan berkali-kali dengan punggung tangan menumpu dagu sempitnya.

Jaemin menarik hidung Hyera gemas. Gadis itu meringis dan menepiskan tangannya kasar. Sedikit bibirnya manyun. Hidangan favorit Jaemin. Melihat senyum dan wajah menggemaskan Hyera sudah membuatnya kenyang. Hingga hampir saja dia lupa tujuan mereka datang ke tempat ini. Syukurnya pegawai kafe datang menyajikan pesanan mereka.

"Ck! Anak ini kalau diajak bicara serius memang susah. Untung benar."

Jaemin menuangkan saus ke pizza di tangan Hyera.

"Jangan berlebihan, Tuan Nana," ujar Hyera dengan suara dibuat-buat.

"Kakak hanya khawatir. Sejak tadi kakak melihat kamu di perpustakaan, bahkan sampai kakak pulang," jelas Jaemin. Ditopangkan dagu dengan kedua punggung tangannya. Lagi-lagi dia berkesempatan menikmati pipi Hyera yang sedikit mengembung terisi pizza di mulutnya. Dan lagi senyumnya mengembang.

"Banyak tugas, Kak," jawab Hyera sambil mengunyah potongan pizza ke dua.

"Jangan suka memaksakan diri, Ra. Kalau ada kesulitan kasih tahu kakak. Siapa tahu kakak bisa membantu," ucap Jaemin sambil memukul dadanya sendiri. Wajahnya penuh percaya diri. "Ehem, walau kakak tidak sepintar kamu," tambahnya lagi.

Hyera terkekeh ringan. Seniornya ini memang selalu terlihat aneh saat melucu. Bukan karena ucapannya, tapi wajahnya tampak lucu saat mengatakan hal yang serius.

"Kakak kenapa bicara begitu!" kesal Hyera dengan bibir manyun.

"Jadi mahasiswa beasiswa pasti berat, ya?" tanya Jaemin sambil mengambilkan Hyera satu potongan lagi. Apa Jeno tidak memberinya makan? Kenapa dia lahap sekali makan. Namun, dia tidak ingin menanyakan itu. Melihat Hyera bersemangat makan saja sudah membuatnya senang.

"Hmmm, mau bagaimana lagi. Syukur aku bisa kuliah. Kalau bukan karena beasiswa aku juga tidak akan kuliah, kan."

Hyera menghela napas kasar dan meletakkan sisa pizza dari tangannya. Kini dia kembali teringat dengan nilai-nilainya.

"Ckckckc! Kakak bangga padamu, Ra," ucap Jaemin sambil menepuk-nepuk pelan kepala Hyera. Gadis itu tampak mencibir. Bibirnya juga mengerucut.

"Jangan berlebihan, Kak. Baru semester pertama. Aku malah kepikiran, bagaimana kalau nanti tiba-tiba beasiswaku dicabut karena tidak  memenuhi standar." Hyera mengembuskan napas berat, dan merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Wajahnya kini putus asa.

Last December (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang