"Bibi?"
Hyera menatap terkejut dua orang yang tampak ketakutan di sofa. Keduanya saling memegang tangan dengan penampilan sedikit berantakan, matanya juga terlihat sembab. Sepertinya habis menangis. Di depannya terlihat pria berwajah sangar dengan kaki terjulur angkuh di atas meja. Pria itu sedang menatapnya dari ujung kaki ke kepala. Melemparkan senyum sinis, pria itu menurunkan kakinya perlahan.
"Kalian keluar!!" perintah pria sangar itu pada dua orang yang membawa Hyera tadi.
"Siap boss," jawab orang-orang itu serentak.
Mata tajam pria sangar itu beralih mengamati Hyera yang masih mematung.
Hyera gemetaran. Ini pertama kalinya dia mendapati situasi yang menyeramkan.
"Kamu Hyera?" tanya orang itu dengan suara berat.
Hyera mengangguk pelan seraya meremas tangannya erat. Tubuhnya panas dingin. Susah payah dia menelan paksa ludahnya sendiri.
"Dia orangnya!" seru bibinya tiba-tiba. "Ra, kamu membawa uangnya, kan? Kenapa kamu lama sekali mengantarnya? Bibi menunggumu sejak kemarin."
Suara wanita paruh baya di samping Hyera terdengar bergetar. Jelas dia juga ketakutan. Dengan gerakan kaku diliriknya wanita paruh baya itu. Perasaannya kini tidak karuan. Walau dia benci dengan tindakkan bibinya, tapi tetap saja dia tidak tega. Rambut wanita itu acak-acakkan, wajahnya pucat pasi dengan bibir yang senantiasa bergetar.
Wanita itu kembali menangis. Hyera masih diam membisu, otaknya mulai berpikir keras. Sungguh dia bingung mengambil sikap untuk situasi kali ini.
"Kau sengaja, kan mau membawa uangnya kabur. Kau benar-benar tega menjebak kita, Ra," tambah Nayeon lagi. Kali ini gadis itu juga ikut menangis sambil memeluk bibinya.
Hyera memejamkan mata sambil menggigit bibirnya keras. Menekan kuat jemarinya dalam kepalan tangannya sendiri.
"U-Uangnya tidak kubawa, Paman," ucap Hyera gugup. Dia hanya perlu mengikuti permainan dua orang itu. Jika tidak, semuanya akan semakin rumit.
"Kamu jangan berbohong. Apa kalian ingin bunganya bertambah lagi? HAH??" bentak pria itu. Dipukulnya keras meja, hingga membuat semua orang di situ tersentak.
Hyera semakin ketakutan. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. "Aku memang tidak membawa uangnya. Bisa tidak besok saja, Paman?" pintanya dengan suara bergetar. Mata kelamnya menatap penuh harap pria angkuh yang masih bergeming dengan amarah.
"Ck! Jangan membohongi kami? Kamu pakai untuk apa uangnya? Hah? Muka polos begini, tapi otaknya kotor," dengus pria itu sambil memukul kepala Hyera keras.
Hyera meringis. Kepalanya terasa berdenyut, nyeri. Bahkan air matanya hampir keluar.
"KAU GILA, RA!!" bentak Nayeon lagi.
Gadis berambut sebahu itu juga tampak marah. Wajahnya ketakutan, tapi emosinya tak tertutupi. Seolah dia ingin menghabisi Hyera sekarang juga.
Hyera menggigit bibirnya keras. Menahan tangis yang sepertinya siap akan meledak. Dia sungguh bingung harus bagaimana.
"Tapi, aku tidak membawa uangnya. Aku janji besok akan kubawa," ucap Hyera gemetaran. Mata basahnya menatap sepenuhnya pada pria di depannya.
"Ck!! Kalian semua mau dibunuh??" bentak pria itu. Matanya kini menatap ke tiga orang yang tampak ketakutan bergantian. Mengintimidasi. Seakan tidak ada ampun sedikitpun untuk mereka bertiga.
"Jangan!!! Ra, kau harus tanggung jawab." Isak tangis Nayeon semakin keras. Wajahnya semakin ketakutan. Namun, tatapan tajamnya masih ditujukan pada Hyera di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.