5. Oke

275 84 90
                                    


Jeno terkejut saat mendapati sesosok gadis bersurai panjang menyambutnya di depan pintu. Hyera. Gadis itu tersenyum lebar seraya membungkukkan tubuhnya sopan.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Jeno ketus. Matanya mengedar sekeliling, mencari mamanya yang mungkin saja belum pergi.

"Mama belum memberi tahu, Kakak?" tanya Hyera dengan nada lembut. Sejujurnya dia gugup dan takut pada Jeno yang sejak awal sudah menunjukkan sisi tempramen. Namun, dia percaya diri. Sudah hampir 10 tahun hidup dengan Nayeon, sepupunya yang memiliki temprament di atas tingkat dewa.

"Kenapa kamu masih di sini?!" bentak Jeno lagi.

"Mulai sekarang aku akan menjadi pengurus kakak. Semoga kakak nyaman," sahut Hyera dengan nada lebih lembut dari sebelumnya. Dibungkukkan tubuh lebih dalam lagi sembari melemparkan senyum ramah.

"Ck! Ada apa lagi ini?" gerutu Jeno pelan.

Tanpa menyahut Jeno menepiskan tubuh kurus Hyera dan menerobos masuk ke dalam. Diambilnya handphone dari saku, kemudian ditekannya tombol yang dituju.

"Aku butuh penjelasan mama sekarang! Ini maksudnya apa?"

Jeno mengernyitkan kening saat mendengar suara tawa renyah dari sana.

"Kamu senang tidak? Sekarang Hyera yang akan mengurus kamu, Sayang."

Suara mamanya terdengar senang, seolah tidak mendengar amarah Jeno barusan.

"Kenapa mama mengambil keputusan sendiri? Aku tidak mau! Sekarang mama yang suruh dia pergi!" ketus Jeno sambil melirik tajam ke arah Hyera yang berdiri gugup di belakangnya.

"Jen, kenapa kamu membentak mama?" gumam mama dari sana.

Suaranya terdengar pelan penuh belas kasih. Seperti seseorang yang sedang butuh perlindungan. Jeno mendengus kesal, dan menekan erat handphone di telinganya. Kini dia merasa bersalah sudah berteriak pada mamanya. Walau tahu mamanya sedang bersandiwara, tetap saja dia tidak tega.

"Bu-bukan begitu, Ma. Aku hanya tidak suka. Aku tidak butuh pengurus di rumah ini. Aku bisa mengurus diriku sendiri."

Jeno memelankan nada suaranya. Hyera menaikkan alisnya sebelah. Secepat itu Jeno melemahkan nada suara saat berbicara dengan mamanya. Apa itu artinya dia anak yang baik?

"Mama tidak tenang selama kamu tinggal sendiri, Sayang. Kamu tidak pernah mengizinkan mama ke tempat kamu setiap hari. Mama hanya khawatir, jadi solusinya hanya ini," sambung mama kembali menambahkan.

"Ma, aku baik-baik saja. Mama sudah melihatnya selama ini, aku baik-baik saja," tegas Jeno dengan suara penuh penekanan. Pelan diembuskan napasnya samar.

"Mama tahu bagaimana perasaan kamu, Jen. Kamu tidak bisa membohongi mama_____"

"Ma, please!" Jeno memotong ucapan mamanya masih dengan suara pelan.

"Kamu mau mama terkena serangan jantung karena khawatir? Mama masih selalu takut kalau itu terjadi lagi," tekan mama dengan suara tak kalah lemah, bahkan terdengar parau.

Jeno menghela napas kasar. Kemudian memutuskan panggilan sepihak. Tidak tidak ingin melanjutkan pembicaraan lagi. Kata-kata yang sama. Khawatir. Dia bahkan bukan anak kecil lagi.

Mata Hyera menatap Jeno penasaran. Baik-baik saja? Ucapan dari mulut Jeno barusan terasa aneh. Apa Jeno sakit?

Hyera yang sempat berpikir, tiba-tiba tersentak ketika mendapati wajah penuh amarah Jeno menghadapnya.

"Apa yang kamu ucapkan pada mama? Benar-benar penjilat. Sekarang aku menyesal sudah menolongmu kemarin. Ini sama saja dikasih hati minta jantung. Dasar gadis tidak tahu diri. Kalau begini caramu hidup selama ini, siapa pun tidak akan pernah simpati atas kematian orang tuamu sekali pun."

Last December (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang