FlashbackJeno menatap ke luar Jendela. Seperti biasa, saat ini dia sedang duduk di tempat favoritnya. Duduk melamum di perpustakaan tanpa melakukan apapun. Dia memang lebih sering menenangkan diri perpustakaan dibandingkan di rumah. Apalagi sekarang sudah ada penghuni baru di rumahnya.
Jeno terperangah saat matanya menangkap seseorang yang sedang duduk di luar perpustakaan dengan laptop di depannya. Dejun. Laki-laki yang juga sering membuatnya terganggu akhir-akhir ini. Itu karena dia juga sering terlihat bersama Hyera.
Mata Jeno membelalak lebar saat melihat pekerjaan Dejun di laptopnya. Ditajamkan pandangannya. Bahkan dia sampai berdiri. Dejun berada di luar dan mereka hanya terhalang oleh kaca jendela. Jadi, apapun yang ada di dalam laptop Dejun bisa terlihat Jelas. Bahkan apa yang laki-laki itu lakukan. Power point yang sempat dia lihat saat Hyera mengerjakan di rumah, Jeno ingat betul. Bahkan nama anggota yang ada di dalamnya. Dejun tampak sedang melakukan sesuatu, dan itu bukan hal baik.
Jeno langsung beranjak. Hendak keluar untuk menghentikan perbuatan Dejun, tapi handphone-nya berdering. Panggilan dari kakek. Sambil mengangkat telpon dia melihat Dejun yang beranjak dari duduknya hendak pergi.
"Jeno? Kamu mendengar kakek?"
"I-iya, Kek. Aku sedang sibuk, sudah dulu ya," sahut Jeno gelisah. Tentu saja dia berbohong. Apapun yang diucapkan kakek sejak tadi tidak didengarnya sedikitpun. Karena mata dan pikirannya sedang fokus pada laki-laki yang berada di luar sana.
"Ck! Kamu selalu begitu. Pokoknya kamu harus datang makan malam di rumah besok!" teriak kakek keras.
"Iya ... iya kakekku sayang. Sudah dulu ya," sahut Jeno masih dengan nada lembut.
Jeno sesekali melihat ke luar dengan kaki gelisah. Sungguh dia bingung mengakhiri percakapan dengan kakek. Karena pria tua di sana tidak ada tanda-tanda ingin menghentikan pembicaraan. Hingga dia tidak dapat menahannya lagi. Dejun sudah menghilang dari pandangan. Cepat-cepat dia meraih tas di atas meja dan beranjak.
"Kenapa kamu tidak mau mengangkat telpon kakek sejak kemarin?" oceh kakek lagi.
"Aku sibuk, Kek. Bukankah aku harus rajin belajar?" jawab Jeno masih dengan langkah terburu-buru. Matanya menyapu sekeliling. Dejun benar-benar sudah menghilang.
"Kamu memang selalu banyak alasan!" ketus kakek lagi. Nadanya terdengar sedang marah.
Jeno mendengus kesal dan menghentikan langkah kaki. Kenapa sulit sekali menghentikan pembicaraan dengan kakek. Dia bahkan tidak bisa fokus mencari tubuh Dejun yang sudah menghilang dari pandangan.
"Jadi, kakek ingin aku membolos kuliah? Tidak masalah, mulai sekarang aku akan sering mengunjungi kakek. Bagaimana?" omel Jeno dengan nada tak kalah ketus. Matanya ikut melebar seolah Sang kakek sedang berada di depannya.
"Kamu memang cucu durhaka!" omel kakek lagi dari sana.
"Ya sudah, kenapa tidak dipecat saja aku jadi cucu kakek," teriak Jeno jengkel. Entah kenapa pembicaraan dengan kakek malah tidak lagi jelas.
"Ck! Ya sudah. Pokoknya besok malam, harus! Tidak ada alasan," tekan kakek lagi.
"Iya ... iya, Kek," sahut Jeno pasrah. Dia hanya ingin segera mengakhiri pembicaraan dengan kakek, sehingga dia bisa fokus menyerbu Dejun secepatnya.
"Oya, jangan lupa membawa Hyera," perintah kakek lagi.
"Tidak!"
"Kenapa? Kakek tidak mau tahu, kamu harus membawanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.