"Selamat pagi, Hyera. Kau terlambat lagi," sapa Sanna dengan suara keras. Dia yakin Hyera menyadari aktingnya yang buruk sekarang. Tidak masalah, setidaknya dia sudah berusaha membangkitkan semangat Hyera pagi ini.
Dia tahu sendiri bagaimana keadaan sahabatnya ini. Sejak putus dengan Jeno wajah cerah Hyera memang sulit ditemui walau di pagi hari sekali pun.
"Selamat pagi," sahut Hyera tidak bersemangat. Dengan gerakan malas dia mengambil duduk dan langsung membuka tas kemudian mengeluarkan beberapa buku.
"Oya, Ra. Kudengar ada dosen baru," seru Dejun penuh semangat. Sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa menatap Hyera lebih dekat.
Siapa pun bisa melihat, kalau saat ini Dejun juga sedang mencoba bertahan dengan aktingnya yang buruk. Namun, sepertinya tidak seburuk Sanna barusan.
Dejun sudah masuk kuliah. Dia bukan bodoh tidak tahu alasan Jeno memutuskan Hyera. Tentu karena keadaanya, dan dia sudah menjelaskan kalau dia akan membantunya. Namun, sepertinya keras kepala Jeno masih melekat. Konyolnya bahkan Jeno memberikan peluang padanya agar bisa mengambil hati Hyera. Sebenarnya dia ingin marah dan bahkan ingin memukulnya. Namun, niatnya terurungkan karena dia tidak tega dengan keadaan laki-laki labil itu.
Jika kemarin-kemarin dia senang saat tahu mereka putus, tapi entah kenapa saat ini malah tidak. Bisa saja karena dia sudah tahu keadaan Jeno.
Hyera hanya bergumam. Sedikit alisnya terangkat, masih dengan wajah lesu.
"Iya. Katanya tampan," tambah Sanna. Setidaknya dia ingin menyelamatkan Dejun yang hampir gagal dengan akting buruknya.
"Apa hanya ada laki-laki tampan di kepalamu?" kesal Dejun sambil menjitak kepala Sanna. Gadis bergigi kelinci itu meringis memegangi kepalanya, dan hendak membalas.
"Dosen apa?"
Hyera mulai merespon. Gerakan Sanna terhenti. Kedua orang di sampingnya tampak tersenyum penuh kemenangan.
"Dosen bahasa inggris," jawab Sanna yang masih memegangi kepalanya dengan senyum lebar. Sakit di kepalanya menghilang, bahkan dia mengurungkan niatnya akan membalas Dejun.
"Tadi ada pria yang datang ke kelas ini. Mencarimu ... eh tidak tahu juga, sih. Dia mencari mahasiswi yang bernama Hyera. Benar, tidak, Jun?" Sanna menyikut Dejun.
"Aku tidak yakin. Mungkin saja bukan Hyera kamu," sela Dejun sembari menggaruk keningnya ragu.
"Kurasa hanya kau yang bernama Hyera di kampus ini," jelas Sanna masih bersikeras.
"Ya, sudah. Bagaimana kalau nanti siang saja kita pastikan bersama?" saran Dejun sambil menyikut lengan Hyera dengan alis terangkat naik.
"Namanya siapa?" tanya Hyera lagi. Kini dia juga ikut penasaran. Wajar saja karena kedua temannya terlihat penasaran dengan dosen baru itu. Apalagi namanya disebut-sebut.
"Park ... Park Chanyeol kalau tidak salah. Iya, tidak, Jun." Sanna seperti kurang yakin dan melirik ke arah Dejun yang kini sibuk mengotak-atik Handphone-nya. "Hei! Kau dengar tidak?" sungut Sanna kesal.
Mata Hyera membelalak menatap kedua sahabatnya bergantian. Seketika napasnya terhenti, tubuhnya juga panas dingin.
"Kau kenal?" tanya Sanna kembali menoleh ke arah Hyera. Kini dia terkejut dengan ekspresi gadis di sampingnya. Wajah Hyera terlihat gugup.
"Tidak tahu. Atau mungkin aku lupa," jawab Hyera tanpa menatap kedua sahabatnya. Mencari kesibukkan tangannya merapikan buku di atas meja.
##
Hyera menoleh sekitar. Langkahnya semakin cepat menelusuri koridor kampus yang memang sedang sunyi. Jelas saja sunyi, karena sekarang sedang jam kuliah. Akhirnya dengan berbagai alasan dia berhasil keluar dari kelas dan memutuskan pulang lebih awal. Itu karena pernyataan kedua sahabatnya tadi. Dosen baru, Park Chanyeol. Kenapa pria gila itu bisa ada di kampusnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.