"Kakak kenapa? Sedang datang bulan?"
Hyera melotot lebar ke arah Jeno penuh amarah.
Lagi-lagi Hyera berada di ujung kesabaran yang hampir habis. Jeno memang tidak pernah membuatnya tenang sebentar saja. Tidak di rumah, bahkan di kampus sekali pun.
Jeno mendekatkan tubuh ke arah Hyera. Mengungkung gadis yang tampak marah itu dengan mata tajamnya.
"Kamu berani membentakku?!"
Jaemin membelalak. Sungguh emosinya tidak tertahan menyaksikan kekasaran Jeno pada Hyera. Apa ini yang selama ini terjadi tanpa sepengetahuannya?
"Kenapa? Memangnya kamu siapa?"
Jaemin membentak Jeno sembari berdiri menyembunyikan Hyera di balik tubuhnya. Dia bahkan bingung dengan keadaannya sekarang. Hidupnya yang selama ini tenang-tenang saja, kini penuh dengan teriakkan karena laki-laki bertempramen tinggi ini. Kini dia sadar kenapa tidak ada yang mau berhubungan dengan Jeno, selain memilik tempramen tinggi dia juga kekanak-kanakkan.
Jeno tersenyum tipis dan menatap Jaemin sinis. Didapatinya Hyera yang sedikit mengintip dari balik pungung lebar Jaemin. Manik mata hitamnya menatap penuh takut, dan Jeno menyukai itu.
"Sepertinya kamu sudah bosan bekerja denganku," ujar Jeno seraya melirik ke arah Hyera yang terlihat kecil di balik punggung Jaemin. Jeno mendecih kemudian beranjak.
Hyera tersadar. Apa pun keadaan dia memang tidak bisa melawan Jeno. Apa ini memang kutukkan? Dipertemukan dengan seorang Lee Jeno, Si laki-laki labil. Jangan lupa dengan tempramennya yang melebihi Nayeon. Akan tetapi, bukankah waktu itu dia sempat mandi hujan. Menurut penuturan ibunya, mandi hujan bisa membuang sial. Namun, kenapa dia malah terkena sial. Dan itu bertemu Jeno.
"Kak!!"
Hyera sudah berdiri di samping Jeno dengan kepala tertunduk. Sebisanya agar tidak mendapati tatapan kecewa Jaemin, juga tatapan penuh kemenangan Jeno.
Hyera memang gadis tidak tahu diri, memalukan dan jahat. Tidak masalah dia mendapat cercaan dari Jaemin, yang terpenting dia akan tetap pada pendirian. Dia tidak akan menyulitkan senior bak malaikatnya itu lagi.
Jeno melirik ke arah Jaemin yang melotot lebar. Laki-laki berambut hazle itu tampak terkejut dengan raut wajah bingung.
Bersikap tidak acuh, Jeno menarik paksa tangan Hyera meninggalkan Jaemin yang masih terpaku. Ekor matanya masih sempat melirik Jaemin yang mengeratkan genggaman tangannya sendiri. Sudut bibirnya melengkung ke atas menampilkan senyum sinis. Jeno tersenyum penuh kemenangan.
Setelah jauh dari Jaemin, Hyera melepaskan paksa tangannya dari Jeno. Entah kenapa kini tangannya bisa mudah terlepas. Keduanya saling menatap tajam dengan napas memburu, seolah sedang menahan amarah masing-masing.
"Sebenarnya kakak kenapa? Kakak punya masalah dengan kak Nana? Atau karena aku? Kakak membenciku?" cerocos Hyera dengan napas yang masih belum teratur.
Jeno mengalihkan tatapan ke arah lain kemudian berajak meninggalkan Hyera. Gadis itu malah mengikuti Jeno di sampingnya.
"Kak! please ...."
Tarikan Hyera menghentikan langkah kaki Jeno. Bukan karena kerasnya tarikan gadis bertubuh kurus itu, tapi suara Hyera terdengar menyayat. Membelenggu hatinya untuk menatap wajah sendu gadis yang terlihat putus asa. Namun, Jeno masih membisu, menatap Hyera yang sudah menundukkan kepala.
"Kalau kakak membenciku, tolong jangan melibatkan orang-orang di sekelilingku, termasuk kak Nana," ujar Hyera pelan.
Hyera mengangkat kepala dan menatap lekat mata coklat Jeno penuh harap. Darah Jeno berdesir. Lagi-lagi jantungnya bergemuruh tidak karuan. Hyera kembali membuatnya hilang kesadaran. Kenapa gadis bermata legam ini menuntun nuraninya untuk mengamati dan mendengarkannya lebih? Lagi dan lagi dia terkecoh dengan wajah polos Hyera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
Fiksi PenggemarTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.