"Kenapa kau tiba-tiba datang ke sini?" tanya Hyera sambil menyodorkan cup kopi ke arah Lisa.
Tentu aneh. Sejak tinggal dengan Jeno, dia memang tidak pernah lagi bertemu dengan gadis pirang ini. Bukan karena sombong dan lupa diri. Dia hanya ingin memberi waktu luang untuk Lisa dari kesusahan yang biasa dia berikan padanya. Setidaknya sahbatnya bisa bernapas lega tanpanya.
"Kurasa berat badanmu berkurang lagi," sahut Lisa sambil menyesap kopinya. Matanya kini menatap Hyera lamat-lamat, penuh perhatian. Gadis di sampingnya memang terlihat lebih kurus sejak terakhir kali mereka bertemu. Apa dia banyak masalah? Bukankah katanya Hyera sudah hidup lebih baik sekarang.
"Ck! Kenapa tiba-tiba menemuiku, Lisa manoban? Nanya apa, dijawab apa," dengus Hyera kesal. Dia memang selalu salut dengan perhatian sahabatnya ini. Bahkan berat badannya saja dia tahu sedang turun.
"Kangen."
Hyera tersedak. Bahkan kopi di mulutnya mengenai kemeja birunya. "Kau kesambet." Hyera melotot lebar menatap heran sahabatnya.
"Ya ampun, begitu jahatnya aku di matamu," sungut Lisa kecewa.
Lisa meletakkan cup kopi di sampingnya sambil menatap ke depan. Pandangannya tertuju pada beberapa pejalan kaki di pinggir trotoar. Namun, pikirannya sedang melayang jauh.
"Bukan!" Hyera menghela napas ringan, dan mengikuti arah tatapan Lisa. "Biasanya aku yang mengucapkan itu."
Lisa menoleh dan tersenyum lebar. Kalau boleh jujur, dia memang merindukan Hyera. Sudah sebulan lebih mereka tidak bertemu. Syukurlah, Hyera masih mengingatnya sebagai orang terpenting.
"Benar. Tapi aku senang kau sudah bahagia sekarang."
"Mana bisa aku hidup bahagia, Lis. Kurasa garis tanganku memang tidak bagus."
Hyera memutar-mutar cup kopi di tangannya sambil tersenyum kecut.
"Jangan dilanjutkan. Aku ke sini hanya khawatir padamu. Katanya kau bekerja dengan orang kaya. Malah sekarang juga sudah pacaran dengannya."
Hyera melotot lebar. Tentu saja dia terkejut. Dan kini dia penasaran dari mana sahabatnya ini tahu tentang keadaanya.
"Dari mana kau mendapat gosip murahan itu, Nona Manoban?"
"Itu bukan gosip, Nona Kang. Apa itu benar? Kak Nana tidak mungkin berbohong."
Hyera seketika terdiam. Jaemin. Kini dia tahu kenapa setelah dia menjalin hubungan dengan Jeno, seniornya itu jarang menemuinya.
"Ck! Kak Nana lagi. Ya ampun. Tidak biasanya dia peduli dengan hal seperti ini," acuh Hyera, tapi masih dengan wajah datar.
"Kak Nana itu menyukaimu. Bisakah kau lebih peka sedikit?" omel Lisa ketus. Sejujurnya selama ini dia sangat lelah melihat hubungan Hyera dan Jaemin. Jaemin yang tidak percaya diri, dan juga Hyera yang tidak peka benar-benar membuatnya frustrasi.
"Terserah. Aku pusing," sahut Hyera tidak acuh.
"Gadis jahat. Untung cantik, kalau model sepertiku, tidak akan pernah kau mendapat laki-laki sebaik kak Nana."
Lisa mulai kesal. Dia memang tidak habis pikir dengan sahabatnya satu ini. Kenapa sampai sekarang dia tidak juga peka dengan Jaemin yang sudah jelas-jelas menaruh rasa padanya. Dia pikir dulu Hyera mati rasa, tapi kini dia malah mendengar kalau sahabatnya itu sedang menjalin hubungan dengan seseorang.
"Kau terlalu banyak makan abon sapi, makanya suka berlebihan menyimpulkan sesuatu."
"Apa orang itu tampan? Baik? Dan perhatian seperti kak Nana? Kalau memang benar, kurasa tidak masalah," tanya Lisa menyelidik. Jelas dia sangat penasaran dengan laki-laki yang sudah memikat hati sahabatnya ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/190235821-288-k426344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.