"Kenapa kamu merahasiakannya dari kakak?"
Jaemin mencoba mengatur napas yang sejak tadi memburu. Tubuhnya bergerak gelisah.
"Maaf, Kak." Hyera menyahut pelan dengan tangan mengepal erat.
"HYERA!!!" bentak Jaemin. Jantungnya hampir meledak menahan emosi. Apa yang terjadi barusan bukan hanya membuatnya hilang akal, bahkan hilang kendali. Belum pernah dia semarah dan sekasar ini pada orang.
"Aku minta maaf, Kak," jawab Hyera tanpa menatap Jaemin. Tangannya menekan kuat kukunya yang tampak memutih.
Jaemin menghembuskan napas kasar.
"Kenapa kamu hanya bisa meminta maaf. Meminta maaf dan terus meminta maaf. Bukan itu yang ingin kakak dengar, Hyera. Kamu kesulitan ngomong. Ada masalah beri tahu kakak. Kalau kamu membutuhkan bantuan, kakak pasti akan membantu!" teriak Jaemin dengan mata melebar.
Tidak ada jawaban. Hyera masih menunduk dengan tangan yang sudah mengerat. Gadis itu tampak ketakutan. Jaemin tersadar dia sudah melewati batas. Emosi Jaemin perlahan menyurut. Ditatapnya Hyera lamat-lamat. Tangan besarnya menangkup pundak kecil Hyera sembari menundukkan tubuhnya sedikit.
"Sejak kapan kamu bekerja dengan dia?"
"Hampir seminggu," jawab Hyera sepelan mungkin. Bahkan hampir tidak terdengar.
Jaemin memejamkan mata sambil meremas rambutnya sendiri. Semakin dia tenggelam dalam frustrasi. Hyera sudah menjadikannya seseorang yang gagal. Gagal menjaga dan melindungi gadis yang selama ini tidak pernah luput dari pantauannya. Kenapa sekarang bisa? Apa dia sudah terlalu jauh dengan gadis ini?
"Tapi aku baik-baik saja, Kak," jelas Hyera mencoba menenangkan Jaemin. Iris mata hitamnya menatap Jaemin penuh, mencoba menenggelamkan kekalutan laki-laki yang sudah menjadi malaikat pelindungnya selama ini. Dia sungguh takut jika saja Jaemin kecewa karenanya. Bukan itu yang diinginkan, dia hanya ingin melepaskan Jaemin dari cekikan benalu darinya.
"Kamu tinggal dengannya?" tanya Jaemin lagi. Hyera menundukkan kepala dan mengangguk pelan. Mata Jaemin membulat sempurna. "Gila kamu!" Dadanya sesak, napasnya pun ikut memburu. Tubuhnya seperti tertimpa ribuan batu. Seberapa cerobohnya dia sampai tidak tahu kalau Hyera tinggal dengan laki-laki asing? Dan itu seorang Lee Jeno.
"Kenapa kamu bisa terlibat dengannya? Kenapa?" tanya Jaemin gencar.
"Aku punya alasan, Kak," jawab Hyera pelan. Tangannya mengepal erat seiring dengan napasnya yang tertahan.
Hyera berada di ambang serba salah. Jika dia tidak jujur, Jaemin pasti akan berpikiran tidak-tidak tentangnya. Namun, jika dia jujur Jaemin pasti akan menyalahkan diri. Padahal dia ingin melepaskan diri darinya. Apa seberat itu untuk bisa melepaskan diri dari seniornya ini? Seseorang yang selama ini menjadi penopang hidupnya.
"Kamu membutuhkan uang? Tempat tinggal?" todong Jaemin. Hyera terdiam sesaat, hingga kemudian mengangguk pelan.
"Kamu menganggap kakak apa? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahu kakak?!" dengus Jaemin pelan.
"Aku minta maaf, Kak."
Kembali Hyera menundukkan kepala. Sangat berat menatap wajah marah Jaemin sekarang.
"Lagi! Lagi-lagi kamu meminta maaf. Kenapa kamu harus meminta maaf. Kamu tahu, sudah berapa kali kamu meminta maaf barusan? Bukan itu yang ingin kakak dengar, Hyera."
Jaemin mengembuskan napas kasar. Ditatapnya nanar wajah putus asa Hyera. Dadanya terasa sesak, bahkan hampir meledak.
"Kakak selalu begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
Fiksi PenggemarTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.