.
.Mata Hyera mengamati sekitar. Dia sedang duduk di sebuah taman bangunan megah dengan cahaya minim. Tadi Dejun mengajaknya menonton di bioskop. Dan sekarang laki-laki itu mengajaknya duduk sebentar di taman.
Tangan Dejun memegang 2 minuman yang baru dibelinya. Sambil tersenyum dia menyodorkan pada Hyera. Gadis itu masih menatap nanar ke tanah, raut wajahnya masih sama seperti tadi. Sepanjang film diputar tadi, tak henti-hentinya dia menoleh memastikan wajah Hyera tersenyum walau sedikit saja. Akan tetapi, tidak. Sepertinya dia memang sedang kepikiran dengan Jeno.
"Ra," panggil Dejun yang sudah satu menit menyodorkan minuman ke arah Hyera. Gadis itu tampak terkejut dan meraihnya cepat. Sungguh akting yang buruk. Dia pikir aktingnya yang sangat buruk, ternyata Hyera lebih buruk. Bagimana tidak, senyumnya sangat tidak natural.
"Kamu masih kepikiran kak Jeno?"
"Eng-enggak, kok."
Hyera menoleh, menatap Dejun yang sedang menatap lurus ke depan. Raut wajahnya sangat dingin.
Sunyi. Hyera masih diam membisu. Tangannya berusaha mencari kesibukan dengan memutar-mutar minuman dalam genggamanya.
"Ra. Aku mau minta maaf sama kamu," ucap Dejun tiba-tiba. Gadis di sampingnya menoleh dengan kening mengernyit bingung. "Aku ternyata tidak bisa membohongi perasaanku terus-terusan."
"Maksudnya?"
Dejun memiringkan tubuh agar berhadapan dengan Hyera. Mata tajamnya menatap lekat manik kelam gadis yang masih tampak bingung. Sejujurnya dia senang, karena kini dia sudah mendapatkan perhatian Hyera. Karena sejak tadi gadis bersurai panjang ini selalu mengabaikannya, seakan tidak ada dia di sampingnya.
"Aku tidak suka kalau kamu lebih perhatian dengan kak Jeno. Aku tidak suka sejak tadi kita bersama tapi kamu malah murung, dan aku tahu kamu sedang kepikiran kak Jeno."
"Jun___"
"Aku tidak peduli kamu pacaran dengan kak Jeno. Tapi tetap saja aku tidak suka," sambung Dejun masih dengan wajah dingin.
Hyera menelan paksa ludahnya sendiri. Tenggorokkannya terasa kering. Sungguh dia terkejut dengan lontaran dari mulut Dejun barusan. Apa laki-laki di sampingnya ini sedang memberontak? Bukankah dia sudah membuat kesepakatan waktu itu, kalau dia tidak akan mengharapkan apapun dari Hyera.
"Aku mau pulang," celetuk Hyera seraya beranjak. Seketika dia enggan melanjutkan pembicaraan mereka. Dia hanya belum siap menyakiti siapapun.
"Ra, tolong kamu___"
Saat itu handphone Hyera bergetar. Segera dikeluarkan benda pipih dari sakunya. Panggilan dari Jeno.
Keduanya saling menatap. Hingga akhirnya Hyera mengangkatnya.
"Kamu di mana, Ra?"
Suara dari sana terdengar panik. Hyera menoleh ke arah Dejun gugup. Tidak tahu dia gugup karena apa. Hanya saja dia seperti tidak nyaman berbicara dengan orang lain saat Dejun sedang menatapnya dingin.
"Aku___"
"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Dejun tiba-tiba. Dia tidak peduli ucapannya membuat gadis di depannya seketika panik. Entah kenapa dia malah ingin orang di sana mendengar suaranya dengan jelas.
Jelas saja Hyera panik. Suara Dejun terdengar keras, dan dia yakin itu disengaja. Belum lagi hubungannya dengan Jeno sedang dalam suasana tidak nyaman tadi. Apa yang akan terjadi setelah dia pulang nanti?
Hyera menutup Handphone-nya segera. Mata tajamnya menatap protes Dejun yang berwajah tanpa dosa.
"Jun kenapa kamu jawab? Bagaimana kalau kak Jeno marah?" omel Hyera kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last December (Tamat)√
FanfictionTuhan.. Jika memang masih ada sedikit kebahagiaan yang kumiliki. Aku ingin memberikan semuanya untuk Hyera. Tidak masalah aku pergi lebih cepat, asal gadis itu benar-benar bahagia tanpaku.